Mohon tunggu...
Harry Darmawan Hamdie
Harry Darmawan Hamdie Mohon Tunggu... Relawan - PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Barito Utara, Inisiator Beras Berkah Muara Teweh Kalteng.

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Makan di Lanting Sambil Mengenang Perjalanan Sungai di Masa Lalu

10 Mei 2024   19:26 Diperbarui: 12 Mei 2024   16:03 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah makan lanting di Benao, Lahei Barat/Dokpri

"Makan di mana kita Yo, di Lanting kah?" Ujar ku kepada Rio, salah satu fungsional Pol PP yang ikut ke Benao. "Iya pak di Lanting aja, sudah lama tidak makan di sana" sahut Rio dengan semangat, selain kangen makan di sana, Rio memang sudah lapar, waktu sudah menunjukan jam 12 siang.

Benao, salah satu desa Kecamatan Lahei Barat Kabupaten Barito Utara. Dari Muara Teweh ke Benao butuh waktu satu sampai satu jam setengah perjalanan darat, sementara perjalanan sungai biasanya memakan waktu lebih lama bervariasi tergantung sarana yang digunakan.

Di Benao terdapat rumah makan lanting yang sangat terkenal bagi masyarakat yang sering berpergian dari dan ke Puruk Cahu (ibu kota Kabupaten Murung raya) atau desa lain di hulu sungai Barito.

Keberadaan Rumah makan lanting di Benao tidak lepas dari sejarah masyarakat yang menggunakan alat transportasi sungai karena  jalan darat belum layak atau terlalu berat untuk dilalui. Speed boat, perahu motor, long boat biasanya transit makan siang di desa Benao sebelum melanjutkan perjalanan.

Kami pun bergagas ke rumah makan lanting Benao Lestari (BL), yang hanya beberapa menit dari tempat kami melaksanakan tugas mensosialisasikan peraturan daerah sekaligus mendata Rumah sarang burung walet warga.

Sesampai di tujuan, dan memarkir sepeda motor, kami pun harus meniti batang pohon besar yang berfungsi sebagai jembatan ke BL. Bagi Rio, yang berasal dari Muara Laung (Salah satu desa di Murung Raya) yang sudah biasa turun naik batang lanting, turun ke BL tentu tidak masalah. Bagi yang belum terbiasa apalagi yang tidak bisa ber-renang tentu harus ekstra hati-hati. 

Titian ke rumah makan lanting /Dokpri
Titian ke rumah makan lanting /Dokpri

Alhamdulillah kami semua sampai di warung dengan selamat, demi memenuhi hajat mengisi perut yang sudah keroncongan. Sejak di jalan menuju BL tadi sudah terbayang berbagai masakan lezat yang tersaji di sana.

Karena BL adalah rumah makan transit transportasi sungai, makanan memang sudah tersedia. Kita tidak perlu menunggu terlalu lama. Pengunjung tinggal menunjuk langsung makanan, baik lauk maupun sayur yang sudah tersedia di mangkuk-mangkuk kecil.

Bayangkan bila harus memasak terlebih dahulu, sementara pengunjung yang datang turun speed atau long boat secara bersamaan tentu akan sangat banyak waktu terbuang di rumah makan tersebut.

Saya memilih ayam kareh dan sayur bening, saya lihat teman-teman ada yang memilih ikan patin goreng, dengan pucuk jawaw baupet, sup ayam, sebagian lainnya memilih udang asam manis, dengan macam-macam sayur, sedap sekali. 

Udara segar, pemandangan indah/dokpri
Udara segar, pemandangan indah/dokpri

Sayangnya, jenis minuman cukup terbatas, hanya teh kopi dan minuman kaleng di kulkas. Tidak ada es jeruk apalagi jus buah-buahan. Dulu ketika tugas di Benao (16 bulan sebagai Sekcam Lahei Barat) saya hampir tidak pernah melihat Mangga, Alpokat apalagi Buah Naga.

Meskipun begitu, Desa Benao adalah salah satu desa penghasil buah-buahan hutan, semisal Durian, Cempedak, Papaken, Kapul atau buah hutan lainnya. Buah-buahan itu bukan untuk di jus dan biasanya hanya musiman.

Bila musim durian, sebagai tempat transit transportasi sungai banyak orang berhenti di BL, biasanya ada pedagang durian yang membuka lapaknya di depan BL. Pengunjung bisa membeli untuk oleh oleh atau dimakan di tempat.

Dahulu, selain BL ada satu lagi rumah makan lanting di Benao, sayangnya karena perkembangan jalan di darat pengunjung rumah makan lanting berkurang hanya BL yang sekarang tersisa.

Selain itu, dulu di samping BL ada penginapan, penginapan lanting juga, malah di darat di desa Benao sampai sekarang tidak ada penginapan. Pada tahun 2014, sepuluh tahun lalu ketika tugas ke Benao saya pernah menginap di situ, sayangnya sekarang penginapan lanting itu sudah tidak ada lagi. 

Kapal Motor dari Murung Raya, transit di rumah makan BL Benao /Dokpri
Kapal Motor dari Murung Raya, transit di rumah makan BL Benao /Dokpri

Di Muara Teweh masih ada penginapan lanting, namun penginapan dan hotel di darat masih menjadi pilihan utama masyarakat yang berkunjung ke Muara Teweh.

Setelah selesai makan kami pun sejenak bersantai, ngobrol, menikmati semilir angin sungai Barito, sambil menyaksikan pemandangan hamparan hutan di seberang sungai Barito. 

Sungguh mengasyikan, di sela-sela tugas ke desa, Rio yang sudah terobati kangennya serta kami yang merasakan sensasi masa lalu makan di rumah makan lanting, adalah pengalaman yang perlu disyukuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun