Hidup di kota kecil dengan keluarga besar, saya bisa meraba-raba ataw meramal menu lebaran masing-masing keluarga besar. Kakak saya yang sulung biasanya Soto, tante saya Sate, Tante isteri, bakso, kakak saya yang lainnya lagi lontong.
Dulu ketika ibu masih ada dan tinggal dengan kami, beliau biasanya memesan lontong dan makanan lainnya. Beliau adalah sepuh dan kita semua tahu ketika lebaran tiba, adik, anak, cucu, cicit pasti akan datang.
Sebagai seorang pedagang ibu juga berpikir praktis untuk memesan makanan sesuai keinginannya pada saat lebaran. Dari lebaran ke lebaran biasanya berubah-ubah sesuai selera beliau.
Sekarang, Setelah ibu tidak ada, sebagai anak bungsu, ada makanan di rumah ketika lebaran jarang terjadi. Saya dan keluarga biasanya berburu makan siang dan malam di tempat keluarga, sesuai menu yang dihidangkan.
Pada suatu lebaran, tahunnya lupa, saya pernah memesan makanan untuk tamu, namun apa yang terjadi makanannya harus kami makan sendiri. Sudah orang yang datang tidak ada, makanan yang kita sajikan pun sudah berlimpah di tempat keluarga yang lain.
Karena tantangan Ramadan bercerita, topiknya adalah resep lebaran warisan keluarga. Saya pikir perlu juga keluarga kami memiliki resep andalan sehingga ketika lebaran orang tahu di tempat kami, ciri khasnya adalah suatu masakan tertentu.
Isteri juga memiliki kemampuan memasak makan sehari-hari di rumah maupun memasak agak banyak untuk event tertentu misalnya ketika giliran arisan RT, dan sempat menyediakan makan untuk buka puasa bersama di salah satu mesjid.
Setelah memikirkan dengan seksama memperhatikan beberapa fakta-fakta di atas kami memutuskan Lodeh Patin Plus Iwak Karing Sapat (Ikan Kering Sepat) sebagai menu lebaran tahun ini.Â
Sementara minumnya teh, sirup susu dan Buavita Jambu dengan es. Sirup akan dibuat sendiri, bukan sirup beli yang sudah jadi.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk lodehnya sebagai berikut : Nangka takaran 30ribu, Bumbu Lodeh takaran 15ribu, Bumbu Kareh Banjar takaran 10ribu, Ceker ayam 20ribu, Santan 2 kotak.