Siang hari setelah Jumatan saya mendapat telpon dari Kasat untuk mewakili beliau menghadiri kegiatan Safari Ramadan 1445 H Pemerintah Kabupaten Barito Utara di Desa Nihan Hulu, Kecamatan Lahei Barat (22/3).
Saya diperintahkan untuk mengkoordinasikan kegiatan dengan panitia penyelenggara dan mempersiapkan perjalanan dengan beberapa anggota. Meskipun dirasa mendadak, tugas harus dilaksanakan, setelah mendapat informasi lokasi kegiatan dan lokasi kumpul, saya menghubungi anggota yang bisa membawa mobil dan menemani administrasi.
Sejak dulu, entah kapan saya selalu menganggap bahwa kerja adalah ibadah. Kerja adalah jihad, ibadah yang sungguh sungguh harus dilaksanakan. Ketika kita menganggap ibadah sudah seharusnya kita tidak mengotori ibadah kita dengan perbuatan dosa.
Bayangkan kita kerja untuk memberi makan keluarga dan anak-anak kita. Kita pasti tidak ingin memberi makan keluarga kita dengan uang kotor, hasil korupsi contohnya. Dengan menganggap kerja adalah ibadah kita akan selalu berupaya melaksanakan kerja sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan agama.
Sesuai dengan Surat Undangan Pj. Bupati Barito Utara, safari Ramadhan akan dilaksanakan di Mesjid Al Falah Desa Nihan Hulu Kecamatan Lahei Barat. Sebagai mantan Sekretaris Kecamatan Lahei Barat saya langsung tahu bahwa untuk menuju tersebut tidak dapat dicapai dengan menggunakan mobil.Â
Saya langsung menghubungi Kepala Desa Nihan Hulu dan mendapatkan informasi bahwa rombongan dari Kabupaten akan dijemput di desa Nihan Hilir (Desa tetangga) kemudian akan diseberangkan dengan menggunakan kelotok besar. (Kelotok : Kapal kecil). Saya menganggap perjalanan sudah siap karena mobil dan anggota sudah siap untuk berangkat.
Rombongan safari Ramadhan diharapkan berkumpul di rumah jabatan pada jam 15.00. Sebelum jam 15.00, saya sudah dijemput pak Basis dan Pak Lujian dengan mobil Palwal Satpol PP.Â
Setelah mencium Alisha Kayana Cinta (anak saya yang bungsu) dan pamit dengan isteri, saya dan kawan-kawan berangkat dengan sebelumnya berkumpul di rujab Bupati.
Melaksanakan tugas/kerja keluar kota dengan kondisi ibadah puasa tentu lebih melelahkan, saya bahkan mengalami mabuk darat, bahkan hampir muntah karena jalan yang dilalui berkelok-kelok dan naik turun seumpama roller coaster.
Untungnya setelah kurang lebih 45 menit sampai satu jam kami tiba di pelabuhan Nihan Hilir untuk melanjutkan perjalanan kami menuju desa Nihan Hulu dengan menggunakan Kelotok besar sesuai rencana yang telah disusun.
Saya selalu merasa perjalanan di atas kelotok menyusuri sungai Barito meskipun hanya berkisar 10 sampai 15 menit adalah aktivitas yang menyenangkan. Memandang hutan yang masih hijau dipinggir sungai dan kampung penduduk dari kelotok adalah kesenangan hidup yang perlu disyukuri.
Safari Ramadan Pemkab Barito UtaraÂ
Tiba di pelabuhan Desa Nihan Hulu, kami disambut oleh banyak masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama Kecamatan Lahei Barat. Dan yang paling menyenangkan dan mengharukan dari sambutan tersebut adalah saya masih mengingat dan mengenal sebagian besar dari mereka dan sebaliknya. Tali silaturahmi yang sekian lama terputus kembali tersambung. What a beautiful life.
Kegiatan Safari Ramadan dilaksanakan di Mesjid Al Falah, diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci al Quran, kemudian dilanjutkan dengan Sambutan Pj. Bupati kemudian tausiyah dari ustadz yang dibawa khusus dari Muara Teweh.Â
Sepanjang yang saya amati Pj. Bupati tidak menggunakan teks ketika memberikan sambutannya, sehingga interaksinya dengan masyarakat juga menjadi lebih ramah dan cair. Masyarakat juga banyak yang meminta foto bersama ketika acara sudah selesai.Â
Rangkaian ibadah safari Ramadan dilanjutkan dengan buka puasa bersama masyarakat, kemudian shalat Magrib bersama. Safari Ramadan memang terkesan kerja yang juga ibadah, tidak bisa dipungkiri.
Sejak kedatangan kami, tidak terhitung berapa kali saya menyempatkan ngobrol berbincang-bincang mengenai kenangan, keadaan sekarang, dan kemungkinan dimasa depan, dan banyak hal tidak penting lainnya.Â
Saya semakin mengerti kenapa setiap kegiatan Musrenbang dan Safari Ramadan di Lahei Barat, selalu saya yang diberi kesempatan mewakili Kepala Satuan menghadiri kegiatan tersebut.
Karena salah satu kesenangan kita sebagai manusia adalah mengenang-ngenang masa lalu, terutama masa lalu yang indah. Memberi saya kesempatan datang ke Lahei Barat selain kerja juga mungkin untuk kesenangan dan kebahagian saya pribadi.
Sepanjang jalan terutama di atas kelotok pada sungai Barito, saya menyalurkan kesenangan untuk membuat video dan mulai memikirkan untuk menulisnya. meskipun kesenangan pribadi namun sesuatu yang baik dan bermanfaat bisa kita bagi kepada masyarakat tentu memiliki nilai ibadah juga.
Setelah semua kegiatan selesai, kami pun undur diri. Kembali ke Muara Teweh dengan rute yang sama di malam hari. Di mobil sayapun kembali mengalami keadaan setengah mabuk dan memohon kepada pa Basis untuk diturunkan di kantor.Â
Kantor letaknya di ujung kota, saya merasa menghemat rute mobil yang memabukan. Setelah menunggu beberapa saat, saya kemudian dijemput isteri tercinta. Sesampai di rumah disiapkan es jeruk yang segar, kemudian bergumam dalam hati, nikmati apalagi yang kau dustakan?
Kerja (Work) kesenangan hidup (life) dan ibadah saling jalin menjalin, apakah seimbang? Dengan kesadaran bahwa kita diberi kehidupan untuk beribadah dengan sendirikan keseimbangan antara kerja, hidup dan ibadah akan tercipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H