Mohon tunggu...
Harry Darmawan Hamdie
Harry Darmawan Hamdie Mohon Tunggu... Relawan - PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Barito Utara, Inisiator Beras Berkah Muara Teweh Kalteng.

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mendamba Alpokat, Meraih Pisang Ambon (Menu Sahur Sarat Serat)

17 Maret 2024   14:16 Diperbarui: 18 Maret 2024   13:50 1821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Sahur minimalis /Dokpri

" Ma, kata pamannya dua puluh ribu, bukan delapan belas" kataku kepada isteri yang menunggu di kursi depan mobil. Ketika di perjalanan ujar isteriku harga pisang Ambon delapan belas ribu. 

Padahal ketika turun dari mobil saya membawa uang pas, ternyata kurang. Untung di dompet masih ada sisa uang sepuluh ribu, sehingga bisa membayar harga pisang Ambon yang ternyata dua puluh ribu pas ga mau di tawar.

Sepulang dari salah satu Klinik mengobati si bungsu sakit, kami mampir ke warung buah. Rencananya memang mau membeli buah apel untuk Aa Digni (10 tahun) dan pisang Ambon, karena pisang Ambon di rumah sudah habis.

Pisang ambon Rp. 20.000/Dokpri
Pisang ambon Rp. 20.000/Dokpri

Anak kami yang terakhir belum terdaftar sebagai peserta BPJS, ongkos berobat lumayan mahal padahal kami hanya menerima layanan dokter umum karena dokter anak libur atau cuti, entahlah. (Biaya dokter dan obat bisa untuk sahur dan buka beberapa hari)

Melihat duit yang tersisa di dompet, kami membatalkan membeli apel, beli satu harga lima belas ribu, yang makan cuma Aa Digni, sementara pisang ambon bisa kita makan sama sama. 

Menurut informasi tulisan-tulisan di Google, alpokat adalah buah yang seratnya tinggi namun di kota kami, mendapatkan alpokat yang bagus lumayan sulit juga. Alpokat yang bagus-bagus menurut isteri biasanya dibeli terlebih dahulu oleh pedagang jus-jusan. Akhirnya terpaksa pisang Ambon yang menjadi andalan. 

Untungnya sekarang baru dibuka toko buah modern, sayangnya belum sempat kami kunjungi. Semoga di toko buah tersebut menyediakan buah alpokat yang bagus yang bisa kita beli dan diolah di rumah untuk memenuhi kebutuhan serat sekeluarga.

Kalo harus membeli jus Alpokat untuk satu keluarga, rasanya kok berat sekali. 5 Gelas Alpokat dikalikan 15.000 sudah 75.000 sekali sahur (atau sekali buka) Meskipun tidak tiap hari kalo cuma untuk alpokat aja sebesar itu kebutuhan makanan lain bisa tidak terbeli.

Apalagi nasi sudah semakin mahal, ikan dan ayam juga naik terus wajar bila banyak keluarga tidak memprioritaskan kebutuhan serat apalagi yang berasal dari buah-buahan mahal.

Kami sendiri biasanya selalu mengusahakan ada sayur di setiap hidangan baik sahur maupun berbuka, tapi anak-anak susahnya buka kepalang makan sayur. Mereka masih mau makan buah apel, alpokat, mangga, jeruk atau pisang.

Dan kenyataannya, pengunjung pasar Ramadan (pasar wadai) jauh lebih banyak dibandingkan pengunjung warung buah buahan, hal ini bisa jadi menunjukan kesadaran banyak masyarakat (apalagi menengah kebawah seperti kami) bahwa buah dan sayuran adalah sebagai penyedia kebutuhan serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Pedagang wadai yang manis-manis masih lebih menarik bagi masyarakat. Selain itu pedagang buah juga kalah bersaing dengan kafe-kafe yang tumbuh menyasar anak muda. Buka puasa di kafe mungkin menu-nya kopi dan rokok? mungkin ada kurmanya.

Saya jadi agak maklum kenapa pedagang buah adalah salah satu yang paling sulit ditertibkan karena paling sering melanggar berjualan lewat ke trotoar, semakin maju dagangan harapannya mungkin penjualannya semakin laku.

Kami berlima yang tadi pagi sahur, pasti banyak kekurangan serat. Banyangkan saja tidak semua memakan pisang yang sudah dibeli. Tidak semua memakan sayur. Semuanya bersepakat memakan nasi dan lauk.

Menu Sahur minimalis /Dokpri
Menu Sahur minimalis /Dokpri

Namun ternyata yang berpuasa sampai sore hanya kami berdua, saya dan Iqra, anak saya yang paling besar. Sementara ibunya sedang halangan, Vira (7 tahun) seperti biasa selalu buka ketika merasa lapar tak mampu ditahannya dan Aa Digni merasa kurang enak badan. 

Ternyata menjadi orang tua butuh kesabaran tinggi untuk menyakinkan anak anak pentingnya serat bagi tubuh kita dan besarnya pahala puasa. Ada yang punya pengalaman yang sama dan bagaimana trik dan tipnya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun