Saya juga sering menyampaikan hal-hal di belakang layar kenapa sebuah kegiatan kami lakukan. Semacam sosialisasi agar masyarakat memahami tindakan, tugas dan fungsi yang dilakukan, karena jangankan masyarakat biasa, aparat birokrasi pun sering tidak begitu memahami tupoksi kami di satpol PP.
Dengan pekerjaan yang kebanyakan di lapangan, Kompasiana menyediakan ruang bagi saya untuk terus berpikir kemudian menuliskan dan membaginya serta mengabadikan pikiran tersebut.
Apalagi di Kompasiana saya seperti menemukan lingkungan yang teduh, diisi tulisan-tulisan yang bermanfaat dan inspiratif, yang lebih berguna daripada ledakan informasi di media media sosial lainnya.
Kompasiana berhasil mengumpulkan orang-orang baik yang dengan senang hati membagikan informasi, pengetahuan dan cerita inspiratif. Menjadi semacam tetangga di dunia nyata, menjadi guru, senior dan teman.Â
Kompasiana adalah platform yang luar biasa, wajar bila hadirnya Kompasiana di kehidupan saya adalah sebuah keadaan yang perlu di syukuri bukan?
Panji Sakti, Religius Mencintai
Religiusitas lagu Panji Sakti, bukan musiman. Tidak melonjak hanya di bulan Ramadhan, namun Ramadhan saya tahun ini terasa lebih syahdu di-soundtrack-i dengan lagu-lagu Panji Sakti di Spotify.
Sebut saja "Kepada Noor", "Jiwaku Sekuntum Bunga Kamboja", "Tanpa Aku" atau "Sang Guru" diiringi dengan alat musik minimalis adalah paket lengkap nan sederhana dari musik dan lirik.
Lirik-lirik lagu Panji Sakti sangat puitis, bisa pula musikalisasi puisi. Selain puitis liriknya sangat religius dan sufistik. Usia saya sekarang membuat lirik-lirik cinta manusia kurang berkesan apalagi kalo dibungkus musik koplo.
Berikut salah satu bait dari lirik Tanpa Aku-nya Panji Sakti :