Mohon tunggu...
Harry Darmawan Hamdie
Harry Darmawan Hamdie Mohon Tunggu... Relawan - PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Barito Utara, Inisiator Beras Berkah Muara Teweh Kalteng.

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wisata Gianyar Bali, dan Pelajaran yang Bisa Didapat

1 Desember 2023   07:00 Diperbarui: 1 Desember 2023   17:36 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas di Alun-alun Gianyar pada malam hari/Dokpri

Kunjungan kerja ke kawasan wisata di Kabupaten Gianyar adalah agenda kedua dari kegiatan kaji tiru Satpol PP Kab. Barito Utara. Kunjungan ini bertujuan melihat secara langsung peran Satpol PP dalam mendukung sektor pariwisata dan melihat pelaksanaan peraturan daerah atau peraturan kepala daerah (Perda dan perkada) di kawasan wisata.

Sebelumnya pada saat pertemuan, saya sempat berseloroh kepada Kasatpol PP Kab. Gianyar, "Saya kepengin sekali-sekali ke objek wisata dengan menggunakan seragam, karena menggunakan baju biasa sudah terlalu mainstream" yang disambut gelak tawa peserta pertemuan.

Selepas pertemuan di Kantor Satpol PP Gianyar, masih dengan seragam Satpol PP tentunya kami pun meluncur ke salah satu objek wisata air terjun Kanto Lampo di Kabupaten Gianyar, dengan menggunakan Gocar. Sebagai informasi, di Kabupaten Gianyar ada belasan air terjun. Kanto Lampo adalah air terjun yang terdekat dengan Kantor Satpol PP Gianyar.

Air Terjun Kanto Lampo

Air terjun Kanto Lampo memiliki ketinggian 15-20 meter, rentang aliran air yang lebar, sangat mempesona. Jalan menuju air terjun sangat baik dan terawat. Posisi air terjun berada di dataran rendah, Kita harus menyusuri jalan menurun, dan menuruni banyak anak tangga untuk menikmati keindahan air terjun Kanto Lampo, apalagi kembalinya, sungguh melelahkan untuk usia setengah baya seperti saya.

Banyak turis asing yang datang untuk mandi menikmati sejuknya air terjun Kanto Lampo, banyak juga yang mengambil momen indah air terjun dengan foto-foto atau membuat video. Sementara saya sibuk mencari sesuatu hal yang bisa menjadi pelajaran terkait dengan pelaksanaan perda dan perkada.

Air terjun Kanto Lampo/Dokpri
Air terjun Kanto Lampo/Dokpri

Di kawasan wisata air terjun Kanto Lampo banyak terdapat bak sampah khusus botol plastik air minum yang dibuat semacam jeruji besi berbentuk lingkaran. Sebuah ide yang kreatif dan cerdas, bak sampah terbuka tersebut efektif praktis menampung botol-botol plastik.

Bak sampah "kerangkeng" khusus diperuntukan bagi sampah botol-botol plastik. Sampah botol plastik tidak tercampur dengan sampah lainnya misalnya sampah organik yang membuat kotor botol plastik ketika akan di daur ulang, hemat biaya pemilahan dan pembersihan.

Selain itu bentuknya yang tinggi dan berwarna warni membuat lingkungan kawasan wisata tampak lebih bersih dan menambah corak warna kawasan wisata air terjun Kanto Lampo. Sebuah usaha menjaga kebersihan sekaligus sarana kampanye peduli lingkungan, bagus banget.

Tempat sampah botol plastik di Air terjun Kanto Lampo/Dok.polpp Barut
Tempat sampah botol plastik di Air terjun Kanto Lampo/Dok.polpp Barut

Masalah sampah plastik di Kabupaten Barito Utara masih menjadi pekerjaan rumah bagi dinas pengelola objek wisata. Meskipun Perda 2 tahun 2005 sudah berumur 18 tahun namun kesadaran masyarakat membuang sampah masih sangat memprihatinkan. Ide bak sampah seperti di kawasan air terjun Kanton Lampo layak untuk dicoba diterapkan di Kabupaten Barito Utara.

Bak sampah - bak sampah yang disediakan di tempat wisata di Kabupaten Barito Utara, seperti air terjun Jatur Doyam, Dam Trahean dan Dam Trinsing saat ini sangat rentan hilang atau rusak. Daerah wisata yang jauh dari ibu kota kabupaten sulit untuk mengawasi bak-bak sampah tersebut.

Selesai menikmati curahan air terjun Katon Lampo kami pun harus mendaki melalu jalan dan tangga menuju pintu keluar. Di sisi jalan menuju pintu keluar tersedia warung masyarakat dengan air kelapa muda dan minuman segar lainnya, sebuah kolaborasi yang cantik antara pengelola dengan masyarakat sekitar air terjun, sungguh mendaki pulang cukup melelahkan.

Gua Gajah

Objek wisata kedua yang kami kunjungi adalah Gua Gajah. Gua Gajah adalah gua buatan dari jaman purbakala, yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Masuk ke komplek Gua Gajah kita mesti menggunakan pakaian yang layak. Karena kita masih dalam rangka kunjungan kerja oleh penjaga kami diberikan kain tanpa membayar sewa ataupun tiket masuk.

Pintu masuk Gua Gajah adalah pahatan di batu padas keras yang menjorok keluar dengan berbagai motif yang menunjukan jiwa seni masyarakat jaman dahulu, tepat di pintu gua adalah mulut raksasa dengan kedua mata melirik kekanan. Di dalam gua digunakan untuk melakukan peribadatan, Salah satu anggota Satpol Barito Utara yang masuk, merasakan sensasi ketenangan di dalam Gua Gajah.

Gua Gajah/Dokpri
Gua Gajah/Dokpri

Berdasarkan temuan arkeologi terutama pahatan tulisan, Gua Gajah diperkirakan dibangun 1.000 tahun yang lalu atau sekitar abad ke 11. Gua Gajah juga memiliki komplek pemandian yang kaya akan sejarah. Sayangnya karena waktu yang sempit kami tidak memanfaatkan pemandu tour yang dapat menjelaskan banyak hal terkait sejarah Gua Gajah.

Yang juga keren dari Gua Gajah adalah pengunjung baik wisatawan asing maupun domestik harus menghargai adat istiadat dan nilai agama, memakai pakaian yang layak. Pengunjung juga dilarang merokok di kawasan Gua Gajah, sebuah kebijakan yang relevan apalagi semua daerah sekarang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok demi menjaga kesehatan pengunjung yang tidak merokok. 

Di Barito Utara, saya membayangkan rumah betang adalah warisan arkeologi masyarakat dayak yang bisa meniru kebijakan di Gua Gajah, tidak hanya berpakai layak namun juga menjaga tutur kata baik, tidak merokok atau minum minuman beralkohol selama berada di Rumah Betang atau sekitarnya.

Seperti halnya Gua Gajah sebagai tempat ibadat, kegiatan ibadah keagamaan di rumah betang dapat dijadikan agenda tahunan bagi Daerah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang menyaksikannya, terutama di Rumah Betang Tambau, desa Nihan Hilir yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ibu kota Barito Utara, Muara Teweh.

Menjelajahi 2 tempat yang berkontur tanjakan, baik Air terjun Kanto Lampo maupun Gua Gajah, cukup melelahkan, apalagi sebagian besar anggota tidak lagi berusia muda. Kami niat melanjutkan kunjungan pun harus kompromi dengan kemampuan fisik, kami memutuskan untuk istirahat di hotel di daerah Gianyar juga.

Sore hari, setelah istirahat memulihkan kondisi fisik kami pun berangkat lagi menuju daerah Ubud. Ubud, kota terbaik keempat di dunia menurut para pelancong dari seluruh penjuru dunia rasanya keindahannya tidak perlu diungkapkan lagi. 

Menikmati keindahan Ubud yang berbukit bukit serasa kembali ke Kampung halaman yang juga berkontur bukit dan gunung, Barito Utara dikenal juga sebagai kota seribu riam, karena banyaknya anak sungai yang mengalir dari dataran tinggi hingga bermuara di Sungai Barito.

Tegallalang Rice Terrace.

Rombongan yang menggunakan dua buah mobil rental online bergerak terus menuju desa Tegallalang untuk mencapai Tegallalang Rice Terrace. Persawahan berundak khas Bali dengan pemandangan yang hijau dan asri.

Banyak rumah makan, restoran dan kafe yang memberikan pelayanan makan dengan pemandangan sawah, sayangnya kami memilih tidak bermain-main di sawah, hanya menikmati pemandangan yang menjadi salah satu icon wisata Bali itu. 

Tegallalang Rice Terrace Gianyar/Dokpri
Tegallalang Rice Terrace Gianyar/Dokpri

Barito Utara juga memiliki persawahan meskipun tidak seindah Tegallalang Rice Terrace, namun cukup banyak wisatawan domestik yang berfoto-foto di sawah-sawah desa Trahean. Di desa trahean juga terdapat resto dan pemancingan yang sangat ramai bila di waktu liburan. 

Sayangnya pemandangan sawah tidak dimanfaatkan dengan maksimal mendukung wisata di Barito Utara, mungkin bagi masyarakat pemandangan sawah tanpa undakan, biasa saja. 

Berbeda dengan di Gianyar, selain memang keunikan Tegallelang Rice Terrace pemandangannya pun dipromosi dengan massif, cukup ketikan Tegallelang Rice Terrace di laman pencarian google maka akan keluar banyak sekali informasi tentangnya, artinya banyak sekali yang dapat kita pelajari tentang bagaimana memasarkan dan mengelola objek wisata yang kita miliki.

Pengelolaan Tegallelang Rice Terrace juga perlu dicontoh, pemandangan sawah gratis untuk dinikmati namun pemilik restoran dan vila membuat pemandangan tersebut menjadi daya tarik bagi rumah makan yang ada di sana. 

Dengan sistem yang sudah terbangun seperti itu di hampir semua tempat wisata di Gianyar Bali, wajar bila Pemerintah Daerah mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pajak hotel dan pajak restoran yang besar. Pemerintah cukup memfasilitasi dan mendorong perkembangan dunia usaha tanpa menjadi pemain di sektor wisata.

Pasar di Gianyar

Komitmen pemerintah untuk mendorong dan memfasilitasi dunia wisata juga tampak pada pembenahan dua buah pasar seni di Kabupaten Gianyar yaitu Pasar Seni Ubud dengan Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar. 

Di Pasar Seni tentu menjadi target wisata belanja oleh-oleh wisatawan. Seperti halnya pasar tradisional kemampuan tawar menawar menentukan harga yang diperoleh. Tawar menawar adalah salah satu ciri pasar di kategorikan tradisional namun dari sisi bangunan pasar meskipun masih memperhatikan seni dan tradisi, pasar seni Sukawati sangat bersih dan modern.

Berbeda dengan nasib Pasar Rakyat Gianyar yang terletak di tengah kota Gianyar. Bangunan yang modern ternyata tidak memancing minat pembeli, penjual menjadi sepi. 

Pasar Rakyat Gianyar di malam hari/Dokpri
Pasar Rakyat Gianyar di malam hari/Dokpri

Meskipun pasar dibangun semewah Mall namun di malam hari tidak tampak aktivitas apapun, menurut bekas salah satu pedagang di situ berbeda ketika belum di rehab/renovasi Pasar Rakyat Gianyar cukup ramai bahkan hingga malam hari. Sungguh disayangkan uang yang dikeluarkan untuk pembangunan tidak mencapai tujuannya. 

Pelajaran yang dapat ditarik dari kebijakan ini adalah agar pemerintah daerah lebih cermat dalam melakukan pembinaan dan pembangunan yang berkaitan langsung dengan hajat masyarakat banyak. 

Perda terkait pasar di Kabupaten Barito Utara juga perlu dicermati bila akan dilakukan perubahan karena usia perda yang sudah cukup lama.

Alun-Alun Kota

Saya sempat mengunjungi Alun-Alun Kabupaten Gianyar di malam hari. Penampakan muka Alun-alun cukup keren, patung Pandawa Lima, jiwa seni orang Bali memang jempolan, patung-patung ini bagus sekali, sayang saya sendirian sehingga tidak bisa mengabdikan momen bersama patung Pandawa Lima.

Alun-alun Gianyar/Dokpri
Alun-alun Gianyar/Dokpri

Alun-alun Gianyar cukup luas, di malam hari banyak aktivitas yang dilakukan masyarakat di sana. Anak-anak bermain, dan orang dewasa berolah raga, sebagian lagi bernyanyi sementara di sisi lain ada yang merenung dan menikmati malam, sementara saya sibuk mengamati dan berpikir pelajaran apa yang dapat dipetik dan dibawa pulang ke Kalimantan.

Saya membayangkan seandainya Kab. Barito Utara memiliki alun alun, tidak sedikit masyarakat yang akan memanfaatkannya baik untuk olah raga maupun aktivitas seni dan budaya. Saat ini, masyarakat joging masih di stadion sepak bola, sesuai namanya aktivitas di sana khusus untuk olah raga sepak bola.

Alun-alun seperti alun-alun Gianyar dapat menampung banyak aktivitas olah raga masyarakat seperti joging, jalan kaki, sepatu roda dan aktivitas olah raga ringan lainnya. Alun alun karena letaknya di tengah kota tentu sangat mudah dicapai oleh masyarakat sehingga semakin banyak olah raga yang bisa terakomodir tentu semakin baik.

Aktivitas di Alun-alun Gianyar pada malam hari/Dokpri
Aktivitas di Alun-alun Gianyar pada malam hari/Dokpri

Banyak sekali pelajar sebagai oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Meskipun kedatangan kami ke Gianyar Bali cukup melelahkan, jauh dengan biaya yang juga cukup mahal (era pesawat murah sudah berlalu), insyaallah perjalanan kami ke sana ada banyak manfaatnya bagi masyarakat di Barito Utara, aamiin.

Sumber Wikipedia
Sumber Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun