Di salah satu pesantren, Pada ulasan nitizen google ada orang tua mundur batal memasukan anaknya ke pesantren ketika melihat ruang asrama berantakan, kejadian mungkin di pagi hari ketika kamar asrama baru mulai dibersihkan.
Murah, juga menjadi salah satu pertimbangan kami memilihkan pesantren untuk anak tercinta. Sebaliknya uang bulanan yang terlalu murah juga menjadi kekhawatiran tersendiri, takutnya makanan yang dikonsumsi jauh dari kecukupan gizi yang dibutuhkan anak.
Di pencarian google tinggal ketik biaya masuk ... (masukan nama pesantren) untuk mengetahui biaya masuk sekaligus kita akan tahu biaya bulanan yang harus dibayarkan. Beberapa pesantren membebankan lagi biaya tahunan (ini bikin bingung sebenarnya).
Uang bulanan yang tidak mahal tapi rasional penting diperhatikan karena kelak masih ada adik-adiknya yang insyallah juga (sebaiknya) di pesantren yang sama. Kelak tidak perlu lagi mengulang proses pencarian seperti sekarang, masih ada dua lagi anak kami yang siapa tahu mengikuti jejak kakaknya.
Jumlah santri yang tidak terlalu banyak juga perlu menjadi pertimbangan. Meskipun pesantren adalah sekolah agama namun pem-bully-an kadang terjadi. Semakin banyak orang yang berinteraksi kemungkinan terjadi kekerasan juga semakin besar.Â
Kenyataannya jumlah santri yang banyak tampaknya masih menunjukan "kebonafitan" pesantren. Di media sosial banyak sekali ditemukan kegiatan yang melibatkan atau menunjukan bahwa jumlah santri di suatu pesantren banyak banget.
Lingkungan yang bersih, asri, nyaman, sehat tentu menjadi salah satu pertimbangan kami, tidak harus megah dengan gedung pencakar langit, sederhana namun terawat dan bersih saya kira cukup membuat hati tenang untuk melepaskan anak kita belajar di sana.
Dari hasil pencarian dengan mbah google, mengamati media sosial pesantren dan dengan berbagai pertimbangan tadi sebagai ortu yang awam saya memilih 3 pesantren yang akan dijenguk untuk melihat kondisi sebenarnya, semoga tidak berbeda dengan yang terpaparkan di dunia maya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H