Mohon tunggu...
Harry Darmawan Hamdie
Harry Darmawan Hamdie Mohon Tunggu... Relawan - PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Barito Utara, Inisiator Beras Berkah Muara Teweh Kalteng.

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perpusda, Novel-novel Andrea Hirata, dan Pulau Rempang

17 September 2023   08:34 Diperbarui: 19 September 2023   14:35 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap Sabtu, sejak Agustus lalu kami sekeluarga suka ke Perpustakaan Daerah (Perpusda). Kemaren, setelah menjemput Dede (anak saya yang ketiga) dari sekolahnya, kami ke Perpusda di Jalan Durian Muara Teweh untuk meminjam buku. Seperti biasa, Dede meminjam buku cerita anak-anak dan saya meminjam buku-buku hukum dan buku-buku karangan Andrea Hirata.

Perpusda Gedung Baru, Semangat Baru.

Saya, istri, dan Digni (anak saya yang kedua) sudah menjadi anggota sejak 2016 atau tujuh tahun lalu. Namun, kami sempat vakum ke Perpustakaan karena rehab gedung dan Perpustakaan pindah ke eks gedung sekolah di Jalan A. Yani. Saya cuma sekali ke Perpusda darurat tersebut, tempatnya kurang representatif dan buku yang di-display juga sedikit.

Kartu-kartu perpustakaan kami semuanya sempat hilang, namun sejak bulan lalu sudah diganti dan dicetak dengan yang baru, dengan barcode yang harus di-scan ketika masuk ke perpus. Bocoran dari mbak-mbak Perpusda, harus rajin scan agar suatu saat bisa dapat hadiah, senyum.

Kartu Perpusda/dokpri
Kartu Perpusda/dokpri

Di gedung baru, dengan keramik yang jauh lebih licin, terang dan mengkilap, ruangan yang full AC, internet yang tersedia, dan apabila beruntung pengunjung yang datang di waktu tertentu bisa mendapatkan gorengan atau nasi kuning gratis dari petugas Perpusda yang piket. 

Di gedung baru, menghabiskan waktu di Perpusda semakin menyenangkan dan bersemangat, apalagi bagi yang hobi membaca. Sayang anak sekarang lebih suka main hape daripada membaca, dan orang tua terutama yang pegawai sibuk dengan si dian dan si siska (aplikasi absen e-kinerja di pemda) sehingga waktu lowong ke Perpusda hanya di hari Sabtu (Ini merujuk pada diri sendiri).

Sementara kantor lain libur di hari Sabtu, Perpusda tetap buka meskipun hanya setengah hari. Mungkin untuk mengakomodasi pegawai atau karyawan yang tidak dapat meninggalkan kerjanya di hari biasa.

Pelayanan perpusda/dokpri
Pelayanan perpusda/dokpri

Meskipun tidak selengkap Perpustakaan Nasional atau Toko Buku Gramedia, buku-buku di Perpusda lumayan banyak. Bagi yang suka membaca novel, ada banyak pilihan novel di sini.  Begitu pula dengan buku hobi, agama, ekonomi, dan bisnis.

Saya memang fans berat novel-novel Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi, Ada beberapa buku Andrea di Perpusda, sebut saja Ayah, Sirkus Pohon, Sang Pemimpi, Guru Aini, Mozaik-Mozaik Terindah, Buku Besar Peminum Kopi, banyak kan Boi.

Novel yang Menggugah Nurani

Saya lebih sering menangis dan tertawa karena novel-novel Andrea Hirata daripada drama Korea dan India sekaligus. Mungkin karena saya jarang juga nonton drakor, saya sering nonton sinetron India, Uttara dan kawan-kawan di zaman televisi di rumah masih eksis dan Ibu masih ada, beliau penyuka sinetron (ibu saya meninggal di tahun 2021). 

Saya begitu mudah tersambung secara emosional dengan novel-novel Andrea Hirata. Setting tempat, joke atau lelucon, cerita penderitaan, kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, kisah sekolah serta percintaan di novel-novel Andrea tergambar jelas di pikiran saya. Mungkin karena usia kami terpaut tidak terlalu jauh. Yah, ketahuan ketuaan deh.

Cerita-cerita anak rantau di novel Andrea pun dengan mudah terbayangkan karena saya memiliki sejarah merantau yang tidak kalah lamanya namun sangat kalah jaraknya, saya merantau sejak SMP. Mimpi-mimpi tempat yang jauh di novel Andrea masih menjadi mimpi bagi saya sampai sekarang. Curhat!

Dengan latar belakang ekonomi pertambangan timah sejak zaman Belanda sampai zaman sengsara, orang-orang Melayu sebagai penduduk "asli" malah dililit penderitaan, sebuah keadaan di mana sumber daya alam yang seharusnya menjadi berkah bagi penduduk, karena keliru kelola malah menjadi semacam kutukan bagi masyarakat.

Semacam dejavu, karena dulu tempat saya lahir adalah surga penebangan kayu, sekarang surga batu bara. Sangat mengkhawatirkan bila anak-anak kita hanya mendapatkan akibat dari "berkah" yang kita dapatkan sekarang.

Saya juga sangat sepakat pake banget, gagasan Andrea Hirata bahwa pendidikan adalah jembatan bagi masyarakat menuju kemakmuran, alat meningkatkan taraf ekonomi yang harus diperjuangkan habis-habisan sampai tetes darah terakhir.

Eks Kabag Hukum dan Anggota Satpol PP/dokpri
Eks Kabag Hukum dan Anggota Satpol PP/dokpri

Rempang antara Hukum dan Hati

Seperti yang saya tulis di atas, di Perpusda saya meminjam buku hukum dan novel. Menurut salah satu ahli hukum, sesorang yang ingin menegakkan keadilan harus membaca novel selain tentu buku-buku hukum. Novel akan mengasah hati, karena keadilan bukan hanya masalah legalitas dan otak semata.

Saya suka membaca novel Andrea. Saya menjadi sensitif dan mudah berempati, meski saya tidak tahu betul masalah yang terjadi di Pulau Rempang saat ini. Warga melayu yang tinggal di sana melakukan perlawanan fisik yang massif dan ricuh telah menjadi keprihatinan banyak pihak.

Pendekatan hukum dengan mengumbar kewajiban memiliki sertifikat dan menegakkan hukum dengan kekuatan fisik mungkin menunjukkan pemimpin kita kurang membaca novel yang membuat hatinya lembut.

Masyarakat yang sudah tinggal sejak 1834 berhadap-hadapan dengan kepentingan bisnis besar seperti mengulang cerita-cerita kejayaan pemilik modal dan penderitaan masyarakat lokal, mengulang cerita buruh tambang timah masyarakat Melayu di Pulau Belitung.

Semoga masyarakat Pulau Rempang terhindar dari bencana, politisi mampu menahan diri karena akan memasuki tahun politik, investor menahan diri untuk menggusur, polisi bersabar dan pemerintah mampu mencarikan solusi terbaik dan kita tidak berhenti berdoa untuk kebaikan semua, amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun