Sulit sekali mengingat ingat rangkaian peristiwa tahun 1998 lalu. Tapi sebagai salah satu anak bawang reformasi beberapa hal tidak penting yang saya ingat ketika itu, di Yogyakarta :
1. Demo terjadi dimana mana. Di dalam maupun di luar kampus. Sebagai mahasiswa, sepanjang yang saya ingat awalnya demo-demo menentang Soeharto dimulai di kampus kampus, termasuk kampus FE UII tempat saya kuliah. Pas lagi padat padatnya jadwal demo suara heli aparat berseliweran di angkasa Jogja, bagi saya suasananya begitu mencekam, meski aparat dalam kondisi sulit saking banyaknya titik lokasi demonstrasi.
2. Demonstrasi dilaksanakan oleh berbagai macam elemen gerakan dengan nama yang aneh aneh. Gabungan dari lembaga ekstra kampus, ekstra dan intra, gerakan mahasiswa dan LSM, Banyak sampai bingung. Gerakan mahasiswa yang biasanya saling curiga ketika Mei 98 mencair dengan kepentingan yang sama. Elemen gerakan yang suka turun ke jalan lagi naik daun saat itu.
3. Saya merasakan demo dari yang hanya beberapa orang (bisa dihitung dengan jari tangan), demonstran yang tampil malu malu dan salah tingkah karena saking sedikitnya mahasiswa yang mau ikut demo. Tapi saya juga sempat menyaksikan puluhan ribu masyarakat Jogja turun ke jalan tumpah ruah dan meriah, long march ke Malioboro atau alun alun Jogja.
4. Sebagian demo berakhir dengan kekacauan dan bentrokan dengan aparat, gas air mata, luka luka bahkan korban jiwa. Meskipun begitu, demo yang tertib, aman, tentram, syahdu dengan peserta kebanyakan dari lembaga dakwah kampus lebih berkesan dan menancap di ingatan sampai sekarang.
5. Orasi di depan TOA samar samar diingatan. Sepanjang yang saya ingat saya lebih suka ikut merumuskan tuntutan demo dan menuh-menuhi orang jika peserta demonya sedikit sekali.
6. Tanda tanda demonstrasi mau chaos/kacau biasanya dimulai dari demontran yang tidak mau dibubarkan. Demo biasanya berakhir ketika hari sudah menjelang malam atau izin demo sudah melampau jam yang disepakati dengan aparat. Biasanya sebelum demontrasi semakin kacau, saya (sebagai peserta) cepat cepat pulang, nongkrong di angkringan atau mesjid kampus, daripada jadi sak tinju polisi atau jadi korban lars sepatu tentara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H