[caption id="" align="alignleft" width="243" caption="Yusril Ihza Mahendra & Hartono Tanoesudibyo (Sumber: Googling)"][/caption] Apa jadinya jika seorang pakar hukum dan pernah punya akses pada pusat pemerintahan jika "berkoalisi" dengan pengusaha yang “punya” jaringan media massa besar? Inilah yang terjadi tatkla Yusril Ihza Mahendra (YIM) dan Hartono Tanoesudibyo ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus sisminbakum. Kasus ini menjadi semakin seram tatkala mendengar ancaman Yusril:”tiji-tibeh” …. “mati siji mati kabeh” …. alias "mati satu, mati semua". "Kita akan habisi. Prinsip saya, mati satu, mati semua. Saya akan bongkar semua yang saya tahu," ujar Yusril saat itu (Lihat di sini). Benarkah YIM akan memakai jurus "tiji-tibeh" tersebut? Atau itu semua hanya jurus YIM untuk keluar dari permasalahan yang dihadapinya? Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, lahir di Lalang, Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956, adalah seorang politikus dan mantan menteri di era Gus Dur, Megawati, sampai SBY. Di bidang politik, dari tahun 1998 hingga 2005 ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Sedangkan di pemerintahan, Ia menjabat Menteri Sekretaris Negara Indonesia pada periode 20 Oktober 2004 s.d. 8 Mei 2007. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (26 Agustus 2000-7 Februari 2001 di era Gus Dur dan Agustus 2001-2004 di era Megawati). Melihat posisi YIM di atas, tentu bukanlah hal aneh jika YIM punya banyak "kartu AS" atau informasi kunci yang sangat berbahaya jika dibuka lebar-lebar. Sebagai pemanasan, YIM mencoba mempermasalahkan keabsahan jabatan Jaksa Agung Hendarman Supandji. Isu keabsahan jabatan jaksa agung mendapat tanggapan dari berbagai tokoh, termasuk Mahfud MD, ketua MK, yang mengiyakan pendapat YIM tersebut. Dalam konteks ini, YIM masih sebatas mempergunakan kepakarannya dalam hukum tata negara. YIM belum memunculkan isu “rahasia negara” yang sudah pasti banyak diketahuinya. Namun demikian, "pemanasan" ala YIM ini sudah memunculkan polemik tersendiri. Publik tentu masih ingat bagaimana YIM langsung menyerang KPK ketika dirinya dipanggil sebagai saksi terkait kasus dugaan korupsi pengadaan sistem identifikasi sidik jari otomatis. YIM mempermasalahkan mengenai penunjukkan langsung dalam pengadaan alat penyadap senilai Rp 34 miliar. Untuk mendukung serangannya tersebut, YIM dengan gagah berani “membuka rahasia negara” dengan melampirkan surat KPK tertanggal 27 September 2005 tentang permintaan penunjukan langsung dalam pengadaan alat penyadapan. Ketika itu YIM meminta KPK memeriksa pemimpinnya terkait dengan penunjukkan langsung dalam pengadaan penyadap di KPK. Serangan YIM tersebut menimbulkan polemik berkepanjangan. Sayang publik tidak mengetahui bagaimana status YIM selanjutnya dalam dugaan korupsi pengadaan sistem identifikasi sidik jari otomatis. Oleh karena itu, tidak salah jika publik menyimpulkan bahwa YIM berhasil lolos dari “jerat” KPK kala itu dengan jurus "menyerang balik". Jurus menyerang balik, kembali digunakan YIM ketika dirinya ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung. Ancaman “tiji-tibeh” tentu tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Kejaksaan Agung, bahkan oleh SBY sendiri. Sebagaimana dijelaskan di atas, YIM adalah politisi berotak encer, bahkan pernah dijuluki Mohamad Natsir muda. Dengan jabatan strategis sebagai Mensesneg dan Menhukham, tentu saja YIM punya banyak informasi strategis. Boleh jadi termasuk informasi "very-very confidential". Apalagi dalam kasus ini, YIM kemungkinan didukung oleh Hartono Tanoesudibyo, kakak kandung Hary Tanoesudibyo, si raja media massa yang menguasai RCTI, TPI, Global TV, Indovision, dan harian Seputar Indonesia. Kasus ini diprediksi akan menjadi headline menggantikan kasus video porno yang sudah berminggu-minggu menjadi topik hangat berdampingan dengan Piala Dunia. Pengakuan adanya lobi-lobi yang disampaikan Ali Mochtar Ngabalin, orang kepercayaan YIM, merupakan salah satu faktor penentu ke arah mana kasus ini akan berujung. Menarik diperhatikan, apakah kasus ini akan menjadi headline sejenak kemudian hilang (akibat lobi-lobi tersebut) atau akan menjadi "hot headline" jika YIM benar-benar membuka kotak pandora tentang berbagai rahasia yang selama ini tertutup rapat? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H