Mohon tunggu...
Harry Anjani
Harry Anjani Mohon Tunggu... Model - Stylist

Banyak bergaya setiap hari. Hari-hari penuh gaya~

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kukira Aku Rangga, Ternyata Nerd!

19 Februari 2024   00:17 Diperbarui: 19 Februari 2024   00:19 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa-rasanya tidak ada yang tidak ingin jadi Rangga dari film Ada Apa dengan Cinta.

Sejak film itu mulai ditayangkan di televisi nasional, sosok karakter Rangga selalu di kepala dan berharap ada satu waktu dalam hidup: merasakan sendiri scene Rangga di dunia nyata.

Bukan. Ini bukan soal sosok Cinta yang akan dipilihnya, tetapi sosok Rangga jauh lebih besar dari itu.

Apalagi jika boleh dipilih, ketika masa-masa sekolah, mulai mencari cara bagaimana bisa dekat dengan petugas kebersihan sekolah.

Aku mulai dekat justru setelah tingkat akhir. Duduk-duduk tidak lagi di warung, tetapi di tempatnya istirahat.

Tidak ada ruang kosong seperti di ruang Pak Dirman. Tetapi, setidaknya, aku bisa duduk-duduk di sana sambil baca buku bersama beberapa alat bersih lainnya.

Waktu berlalu. Aku lulus dan kuliah. Mimpi menjadi Rangga pupus, tetapi aku mulai suka membaca buku.

Tak ada tempat khusus untuk membaca selama di kampus. Di manapun itu, selagi bisa duduk-duduk dan menyendiri, aku pasti membaca.

Sampai pada akhirnya kampusku diinvasi sekolah tingkat atas: kampusku satu gedung dengan SMEA.

Ingin sebal, tetapi momen seperti itulah yang akhirnya membawaku pada sebuah adegan yang kucita-citakan dulu: menjadi Rangga, paling tidak, satu scene saja.

Waktu itu sedang dalam perayaan ulang tahun kampusku. Ada beragam lomba, satu di antaranya: lomba menulis puisi.

Kukirimkan puisiku. Kulombakan. Aku menang. Ya, seperti yang sudah kelen bayangkan: hadiah lomba tak kuambil. Namaku disebut-sebut oleh panitia dan aku tak maju mengambil hadiah.

Orang-orang tahu aku ada di mana saat itu. Aku memakai pakaian SMA dan duduk-duduk di kantin dengan sebatang rokok dan segelas kopi.

Singkat cerita, muncul kelanjutannya: Ada Apa dengan Cinta 2.

Selesai menonton itu aku baru sadar, ternyata Rangga tidak sebegitunya. Tenyata Rangga tidak melulu bikin puisi. Apa-apa puisi. Minum kopi, jadi puisi; makan ingat puisi; berangkat kerja bikin puisi.

Tenyata seperti halnya manusia biasa, Rangga juga hidup layaknya kita-kita yang jelata ini.

Sayangnya yang tertinggal dari itu semua: karakter Rangga. Berpuluh tahun aku mengikuti (gaya) hidupnya dan lalu akhirnya membentukku hingga hari ini.

Aku, bagi sebagian orang, dianggap aneh. Sering kikuk berhadapan dengan orang baru. Aku kira, aku Rangga ternyata aku nerd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun