Tadinya kukira hanya aku yang merasakan, ternyata aku tidak sendirian: merasa bahwa Januari ini berjalan begitu (terasa) lama.
Namun, ketika kucoba cari lewat Twitter (ya, sekarang namanya, X) dengan kata kunci "Januari lama", maka keluar beragam keluhan hingga lelucon, tentu saja.
Awalnya yang buat aku merasakan ini ketika melihat kalender dan saldo di ATM tidak berbanding lurus: masih tengah bulan, tapi saldo ATM menampilkan isi akhir bulan.
Coba bayangkan, ternyata hari-hari yang kulewati berjalan begitu lama, tetapi pengeluaran dengan mudah keluar begitu cepat.
Ironi, tentu saja. Lucu, ya tertawakan dengan lapang dada.
Kemudian aku coba ingat-ingat, kenapa ini semua bisa terjadi?
Ya, karena gajian bulan lalu sudah turun lebih awal dari biasanya!
Itu baru satu hal, masih ada hal yang membuat Januari itu terasa berjalan begituuuuuu lamaaaa.
Dari beragam alasanya yang kubaca-baca mengarah pada seorang mahasiswa PhD di UCL, Zhenguang Cai yang berpendapat karena  memulai kembali pekerjaan setelah liburan Natal menyebabkan banyak kebosanan.
Itu tentu berbading terbalik dengan menikmati kesenangan selama liburan Natal dan tahun baru.
Kalau membaca secara utuh, pusing. Karena ia coba memaparkan bagaimana relativitas waktu. Waduh.
Tetapi, intinya, ketika kita merasa bosan maka waktu akan terasa berjalan begitu lama.
Jadi, apakah aku merasa bosan saat ini? Sepertinya tidak, karena ada hal-hal baik yang bisa kita dapat dari apa saja yang membuat kita senang.
Lagipula, kalender juga banyak betul warna hitamnya. Warna merah cuma ada pada hari minggu. Kalau ada yang punya kalender banyak tanggal merahnya, mau, dong!
Oleh karena itu, ambil saja hikmahnya. Karena memang hikmah baru bisa dipetik besok, bukan hari ini maupun kemarin. Jika itu bisa dilakukan namanya bukan hikmah, tetapi rahmah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H