Mohon tunggu...
Harry Soloman
Harry Soloman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulis, Kemerdekaan Berpikir

8 Mei 2019   11:46 Diperbarui: 8 Mei 2019   11:52 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata merdeka sering kali diucapkan saat kemeriahkan Hut RI, pidato kenegaraan, demonstrasi mahasiswa dll. Namun ada yang tahu apa itu merdeka ? Menurut Profesor Driyakara salah satu pemikir besar Indonesia memaknai kemerdekaan sebagai kekuasaan untuk menentukan diri sendiri untuk berbuat atau tidak berbuat. Penekanan yang disampaikan Prof. Driyarkara bahwa merdeka itu harus punya kekuasaan untuk menguasai diri sendiri dan perbuatannya / merdeka bagi individu. Nah kemudian bagaimana memaknai kemerdekaan saat ini ? Salah satunya melalui tulisan.

Melalui tulisan

Menulis merupakan sebuah kegiatan membuat cerita tentang ungkapan diri yang berasal dari perenungan yang dalam. Sejak kecil kita sudah diajarkan menulis dari mengerjakan tugas (PR), menulis biodata pribadi, membuat puisi, membuat pantun, membuat paragraf kegiatan saat liburan dll. Dalam tingkat pendidikan yang lebih tinggi, kegiatan menulis tak bisa dilepaskan dari seorang mahasiswa dengan bahasa/ungkapan yang berbeda. Seperti Diploma : Tugas Akhir ; S 1 : Skripsi ; S 2 : Tesis ; S 3 : Disertasi.

Menulis juga sebuah ungkapan kemerdekaan berfikir yang dikaryakan, melalui lembaran kertas dan tinta pena. Setiap penulis memiliki gaya bahasanya sendiri dan bebas menulis paham yang digelutinya. Makannya saat ini kita bisa melihat tulisan-tulisan Karl Max, yang beraliran kiri, Karl Kautsy dan Pieter Jelles Troelstra yang beraliran sosialis, Bung Karno dalam buku Indonesia Menggugat, Tan Malaka dengan buku Massa Aksi  . Sebagai penulis tak ada batasan dalam mengekspresikan pandangannya.

Penyair Mesir, Sayyid Quthb mengatakan "Suatu peluru hanya dapat menembus satu kepala, namun satu tulisan dapat menembus ribuan bahkan jutaan". Sebuah pernyataan yang sangat mendalam, begitu kuatnya kekuatan sebuah tulisan yang mampu menghentakkan banyak orang. Bahkan terkadang sangking kuatnya sebuah tulisan mampu mengganggu stabilitas sebuah negara dan terkadang penulis dicari oleh intelijen suaranya dihentikan.

Tak dipungkiri setiap penulis memiliki tokoh idola yang menjadi pemberi panduan / pandangan. Sah-sah saja apalagi kalau masih menjadi penulis pemula. Namun sebagai pengagum tokoh, sebaiknya tidak saling menjatuhkan antar tokoh yang dikagumi. Karena ada beberapa orang yang beranggapan mengidolakan tokoh yang lebih senior, tulisannya harus menjadi acuan/diterima masyarakat. Justru yang harus kita pelajari dari mereka (tokoh-tokoh) tentang mengapa dan bagaimana mereka bisa mengungkapkan realitas yang ada dan disampaikan dengan bahasanya sendiri.

Harus memiliki karya

Sebagai generasi muda dengan ide dan gagasan yang cemerlang maka sebuah karya adalah bentuk/wujudnya. Banyak cara yang bisa dilakukan dengan membuat patung, tugu, lukisan, dan tulisan. Tulisan merupakan sebuah kegiatan yang tak mengeluarkan banyak dana, hanya butuh beberapa lembar kertas dan sebuah pena.

Kalau pernah dengan istilah "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, orang mati meninggalkan nama". Tulisan tak pernah ada matinya, ia akan selalu dikenang. Maka mari sampaikan ide dan gagasan melalui tulisan, lihatlah realitas masyarakat sebagai penambah cakrawala menulis, serta baca buku tokoh-tokoh sebagai pelengkap.

Saat ini banyak hal yang dapat membantu bagi penulis pemula menyampaikan gagasannya bisa melalui blogger, wordpress, Facebook, dan bagi kalian yang mau tulisannya dihargai ada aplikasi Baboo yang dibuat Denny Siregar. Kegiatan menulis yang terus menerus digiatkan maka dapat dibukukan dan dijual ke toko buku.

Kegiatan menulis memiliki banyak manfaat. Bisa manfaat untuk penulis maupun orang lain. Sebagai penulis sudah dijelaskan diatas. Dengan giatnya menulis maka akan menambah industri kertas dan pena, jelas sudah berapa orang yang sudah bekerja disana. Dengan karya yang banyak (dibukukan) kita akan melihat kedepannya banyak penerbit-penerbit baru, yang saat ini kita kenal ada BPK Gunung Mulia, Libri, Narasi dll. Gerai-gerai toko buku akan menjamur di kota/kabupaten Indonesia. Perpustakaan sebagai gudang buku akan ramai dan mampu menarik wisatawan. Sudah terlihat bukan dampak yang sangat banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun