"Itu anak saya! Dia akan membela rumah ini, pergi kalian! Jangan ganggu aku dan anakku! Pergi!" Bentak Pak Dedi yang semakin agresif dan mencoba mengejar mereka. Kedua orang perusahaan itu ketakutan masuk ke mobil kemudian pergi meinggalkan rumah itu.
 Motor itu berhenti di depan rumah Pak Dedi, Risa turun kemudian menghampiri bapaknya yang sudah lama ia tak jumpa. Setelah mencium tangan bapaknya, Risa juga memeluknya. Setelah sama-sama melepas rindu mereka duduk dan berbincang di beranda rumah.
"Mereka itu mau menggusur rumah kita Risa, untung ada kamu. Cuma kamu yang bisa mengerti bapak Risa, kamu adalah anak bapak yang paling bisa diandalkan." Kata Pak Dedi sambil tersenyum penuh harap kepada Risa.
"Risa paham pak, Ibu sudah cerita semuanya ke Risa. Lewat telepon." Balas Risa.
"Ibumu? Bagaimana keadaan dia? Sehat?" Tanya Pak Dedi.
"Alhamdulillah pak, sehat." Jawab Risa sambil tersenyum. "Sudah lama kita tidak makan malam bareng pak, Risa bawa makanan nih." Kata Risa mengajak Bapaknya itu makan.
Mereka pun makan bersama malam itu. Sebuah momen yang sudah lama tak dirasakan Pak Dedi selama ini. Akhirnya, ia bisa kembali makan bersama keluarganya setelah berbulan-bulan hidup seorang diri. Ada perasaan haru dan sedih dalam dirinya, namun Pak Dedi tetap berusaha tersenyum di momen yang membahagiakan itu. Tak ingin sekalipun ia tunjukkan sisi lemahnya di depan anak perempuannya itu.
"Pak... Bapak tidak kangen Ibu dan Rio?" Tanya Risa.
"Kalau dibilang kangen, pasti kangen. Tapi bapak harus disini, mempertahankan istana kita Risa." Jawab Pak Dedi.
"Pak, Ibu bilang ada tanah murah di Wonosobo. Disana udaranya sejuk, asri. Sepertinya enak kalau Risa tinggal disana. Sama Bapak juga." Ucap Risa sambil tersenyum. Mendengar ucapan anaknya itu, Pak Dedi berhenti makan kemudian menatap serius anaknya itu.
"Apa maksudmu...?" Tanya Pak Dedi.