Bagi umat Islam ataupun umat Kristen kisah tentang nabi Nuh bukanlah sesuatu yang asing lagi. Apa yang diceritakan dalam Alquran tidak jauh beda dengan yang tertulis dalam Alkitab. Dalam agama Samawi, Bahtera Nuh adalah sebuah kapal yang dikisahkan dibangun atas perintah Tuhan untuk menyelamatkan Nuh  sekeluarga dan kaumnya yang beriman serta kumpulan binatang yang ada di seluruh dunia .
Kisah Nuh menjadi sangat menarik, karena cerita ini sangat  bermakna berguna dan bermanfaat bagi seluruh umat di dunia baik umat Islam ataupun umat Kristen. Bagi umat Kristen  misalnya, di ibadah Sekolah Minggu, guru-guru Sekolah Minggu sering menceritakan bagaimana Nuh seorang manusia yang terbatas bisa membangun bahtera sedemikian besarnya, tanpa bantuan orang lain terkecuali keluarganya sendiri. Berdasarkan apa yang dituliskan Kejadian 7:7, yang masuk di bahtera itu adalah Nuh, istrinya, ketiga anak laki-lakinya dan ketiga menantunya. Jadi, delapan orang itulah yang ada dalam bahtera itu. Ini berarti yang mengerjakan bahtera itu hanya 8 orang.
 Yang lebih aneh lagi bagaimana caranya Nuh bisa memngumpulkan binatang-binatang yang ada di seluruh dunia masing 7 pasang. Dan dari mana Nuh bisa memberi makan  keluarga dan juga binatang-binatang bawaannya sementara mereka ada di dalam bahtera selama bertahun-tahun. Sudah dipastikan Nuh tidak mungkin bisa melaksanakannya, tanpa campur tangan Tuhan. Artinya Tuhan sendiri yang bekerja melalui keluarga Nuh. Jika Tuhan memerintahkan kepada kita tidak mungkinTuhan akan lepas tangan. Ketika Allah memerintahkan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, tidak mungkin 10 tulah itu terjadi, bahkan hanya dengan tongkat yang dipegang Musa laut kolsom bisa terbelah menjadi dua dan bangsa Israel bisa melewatinya, sementara pasukan dan tentara Mesir  mati tenggelam semua. Itu semua karena campurtangan Tuhan, karena Tuhan yang memerintahkanNya.
Itulah cerita yang bisa dipetik dari  anak-anak. Yang bisa dipetik dari ibadah umum orang dewasa dan oranua adalah ketika Allah memerintah Nuh untuk membangun bahtera yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh manusia di jaman itu. Namun demikian Nuh tidak membantah apagi menolak, bisa saja saat itu Nuh membantah atau menolak misalnya umtuk apa membangun bahtera, bukan dipinggir laut tetapi justru harus diatas gunung dan dimusim kemarau lagi. Hal ini membuktikan bahwa Nuh benar-benar orang yang takut akan Tuhan. Jadi cukup beralasan jika Tuhan menyebut Nuh sebagai orang yang satu-satunya paling benar disaat itu. Cukup beralasan juga jika Nuh dan keluarganya diselamatkan, sementara umat manusia lainnya dibinasakan.
Ketaatan Nuh tidak saja dibuktikan dengan tidak membatahnya setiap perintah Allah, tetapi juga karena ketulusan dan kepasrahan Nuh kepada Tuhan. Coba bayangkan bahtera yang dibangun Nuh bukan bahtera yang asal-asalan atau bahtera biasa. Tetapi bahtera yang dibangun Nuh adalah bahtera yang sangat besar, yang harus dapat menampung keluarga Nuh dan seluruh mahkluk yang ada di dunia, bisa dibayangin betapa besar bahtera tersebut. Yang tidak masuk akal lagi, bahan yang dipergunakan dan ukurannya juga harus sesuai dengan ukuran yang Tuhan mau.
Menurut kitab Kejadian 6:15, Bahtera ini berukuran 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya dan 30 hasta tingginya. Namun ukuran ini masih diperdebatkan kebenarannya, oleh karenanya Bahtera, meskipun ukurannya tidak bisa dikatakan secara pasti, tampaknya adalah sebuah kapal yang sangat lapang, barangkali panjangnya lebih dari 500 kaki, 85 kaki lebar seluruhnya, dan tingginya lebih dari 52 kaki.Â
Pada tahun 1609 Peter Jansen dari Horn, di Belanda, membuat sebuah kapal dengan proporsi ini dan ternyata kapalnya bisa memuat tiga kali muatan yang bisa diangkut kapal-kapal seukurannya yang dibuat dengan cara biasa. Ruangannya berukuran 3.600.000 kubik, dan selain sembilan per sepuluh ruangan ditentukan sebagai tempat penyimpanan makanan, masih ada ruangan yang bisa dipakai untuk memasukkan 7.000 pasang binatang, yang masing-masing ukurannya adalah 50 kaki kubik. Ini lebih mirip gudang sangat besar yang mengapung, ketimbang sebuah kapal.
Adapun Bahan yang dipakai untuk membangun Bahtera itu adalah kayu gofir. Ada berbagai macam dugaan tentang jenis kayu ini. Bunsen berpendapat bahwa gofir adalah sejenis kayu yang hanya terdapat di Mesir; Dietrich yakin kalau ini adalah tumbuhan buluh besar dan berat; Genesius menegaskan bahwa ini adalah sejenis pohon cemara, atau pohon cedar, dan Bochart menyatakannya semacam pohon cemara. Para penerjemah Kasdim menganggapnya sebagai sissu, kayu berwarna hitam yang tumbuh di Arab dan sangat dihargai. Sebagian besar pihak berpendapat kalau mil semacam pohon cemara, berdasarkan kualitasnya yang tahan lama.
Selain ada berbedaan ukuran, bahan yang dipergunakan serta waktu penyelesaian pembangunan, ternyata ada perbedaan tokoh juga. Jika dalam Alquran dan Alkitab tokohnya adalah Nuh  Sementara menurut Mitos Sumeria yang dianggap jauh lebih awal dari penulisan kitab-kitab suci agama Samawi bernama Ziusudra, bukanlah Nuh.Â
Dalam versi ini diceritakan bagaimana Ziusudra diperintahkan oleh Dewa Enki untuk membangun bahtera demi menyelamatkan keberlangsungan makhluk hidup di bumi setelah sang Dewa mengetahui bahwa Dewa lain, bernama Enlil, berencana untuk menghapus kehidupan di muka bumi dengan menimpakannya dengan banjir bandang.Â
Versi ini dengan cerita yang sedikit berbeda ditemukan pula dalam versi berbahasa Akkadia, dengan tokoh utamanya Utnapishtim pada Epos Gilgamesh, dan Atra-Hasis ('luar biasa bijak') dalam Epos Atrahasis.