Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bartemius Keluar dari Zona Nyaman

10 Juli 2023   08:54 Diperbarui: 10 Juli 2023   08:56 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun sudah dilarang oleh petugas keamanan, namun tidak bisa dibantah lagi salah satu kegiatan atau aktifitas yang selama ini masih diminati oleh banyak orang yang mengabaikan prefesi kehormatan adalah "pengemis di pinggir jalan". Dipandangan masyarakat profesi ini tentunya merupakan profesi yang tidak baik. Sebagai manusia yang memiliki pikiran  waras, normal dan rasa hormat, tentunya tidak akan mau menekuni profesi seperti ini. Namun kenyataannya profesi ini justru banyak diminati, hal ini terbukti semakin banyaknya orang yang masih ada dipinggir jalan yang tidak malu melakukan kegiatannya. Mengapa demikian?

Bukan rahasia lagi jika profresi ini banyak diminati. Karena walaupun profesi ini dipandang hina, namun ternyata hasil dari mengemis ini jauh lebih tinggi dari pada seorang karyawan perkantoran ataupun pengusaha. Bagaimana tidak? dari hasil survey lapangan setidaknya tercatat ada 7  pengemis yang menjadi kaya. Masing-masing adalah Walang bin Kilon, Suaedi asal Mojokerto, Arif Komady asal Banjarmasin, Siwari asal Semarang, Legiman asal Pati,  Muklis Muchtar Besani asal Jambi dan Herman asal Bogor.

Dari hasil mengemis tersebut mereka setiap hari bisa mengumpulkan uang sebesar Rp. 100,000 sampai Rp. 150.000, bahkan ketika mereka sedang mengemis terdapat diantaranya yang membawa uang sebesar Rp. 25 juta. Yang lebih mengejutkan lagi diantara pengemis tersebut ada yang memiliki tabungan Rp. 400 juta hingga Rp. 1 milyar. Para pengemis ini bukan saja memiliki tabungan yang begitu besar tetapi mereka juga memiliki rumah mewah bahkan bertingkat. Bagaimana tidak menggiurkan kenyataan seperti ini.

Kalau boleh saya katakan mereka para pengemis itu hidup pada "zona nyaman". Tidak perlu bersusah payah bekerja keras menguras tenaga, membanting tulang, menguras keringat, dan menguras pikiran mereka sudah bisa hidup berkecukupan. Bahkan boleh dibilang hidup mereka berkelimpahan, karena tidak saja memiliki banyak tabungan, tetapi juga memiliki tempat tinggal rumah mewah nan megah.

Berbicara tentang "pengemis". Profesi ini sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam Alkitab Perjanjian Baru ada seorang tokoh Alkitab yang memmiliki profesi sebagai pengemis yaitu Bartemius. Bartemius melakukan profesinya sebagai seorang pengemis karena dia buta tidak dapat melihat. Tidak dapat dilakukan oleh seorang buta selain mengemis minta belaskasihan dari orang lain. Karena buta Bartemius tidak bisa melakukan pekerjaan apapun juga.

Kisah cerita Bartemius seorang pengemis yang buta ini sangat menarik terbukti kisah ini diceritakan dalam 3 kitab injil, yaitu Matius 20:29-34; Markus 10:46-52; Lukas 18:35-43. Dalam kitab Markus diketahui bahwa  ayah dari Bartimeus bernama Timues. Bartimeus berasal dari bahasa Aram yaitu Bartimaios, "Bar-Timai" yang berarti "putra dari Timaeus", nama Bartimeus merupakan nama yang diturunkan dari nama keluarga terkhusus dari nama ayah (patronymic).

Singkat cerita ketika Yesus melewati kota Yeriko, Bartemius berseru dan berteriak-teriak walau tidak bisa melihat.  Katanya "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!" . Teriakan ini tidak hanya dilakukan sekali tetapi berulang kali. Tentu saja Yesus mendengar dan tahu apa yang dibutuhkan dan diingankan oleh Bartemius.

Walaupun demikian Yesus tetap bertanya kepada Bartemius: "Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"  Pertanyaan Yesus ini yang sangat menarik dipelajari. Mengapa Yesus harus bertanya seperti itu? Sekali lagi bukannya Yesus tidak tahu, tetapi dengan pertanyaan ini Yesus ingin pengakuan yang keluar dari dasar hati melalui mulut Bartimius itu sendiri. Yesus tahu sebelum Bartemius minta, Yesus tahu sebelum kita berdoa, karena Yesus maha tahu.

Ketika Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, bukan berarti Yesus tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keperluan dari pada murid-muridNya, denga doa itulah Yesus mengajar agar murid-muridNya untuk berdoa dan meminta, dengan berdoa dan meminta berarti ada hubungan akrab special antara peminta dan pemberi. Tidak mungkin kita bisa meminta kepada seseorang jika kita tidak memilki hubungan baik dengan mereka yang memberi. Demikian pula dengan Tuhan. Jadi jelas apa maksud Yesus bertanya kepada Bartemius, maksudnya agar Bartemius memiliki hubungan akrab dengan Yesus, dan hal itu terbukti ketika Bartemius sembuh, Bartemius langsung mengikut Yesus.

 Bartemius Berani Keluar dari Zona Nyaman

Inti cerita ini menarik bukan karena kesembuhan yang dialami oleh Bartemius, tetapi karena jawaban Bartemius ketika Yesus bertanya,  maka jawab Bartemius kepada Yesus: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!". Jawaban Ini yang sangat menarik dari kisah ini.  Mengapa demikian? Jika pertanyaan ini ditujukan kepada saudara dan saya, dan kita tahu bahwa Yesus yang kita dengar dan kita tahu, Dia adalah Tuhan yang bisa melakukan segala perkara, bukan saja bisa menyembuhkan segala penyakit, bahkan bisa membangkitkan orang mati, tetapi Yesus juga sang pencipta isi dunia. Artinya Yesus juga bisa memberi kekayaan kepada kita, Yesus bisa membuat kita kaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun