Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Peran Pupuk dalam Pengembangan Hilirisasi Industri Minyak Sawit

23 Juni 2023   16:44 Diperbarui: 23 Juni 2023   16:59 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tidak dapat dipungkiri, program pemerintah dalam pengembangan hilirisasi industri minyak kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir ini telah memperlihatkan perkembangan dan kemajuan yang cukup berarti, walaupun tidak sedikit kendala yang harus dihadapi, baik dalam pengembangan tehnologi, produksi ataupun pemasaran dalam dan ke luar negeri.

 Dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2014 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). RIPIN ini memiliki masa berlaku untuk jangka waktu 20 tahun, dan bila diperlukan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Kebijakan ini merupakan pedoman bagi pemerintah dan pelaku bisnis dalam perencanaan dan pembangunan industri.

Salah satu industri hulu prioritas yang akan dikembangkan adalah Industri Oleokimia Dasar dan Kemurgi. Industri hulu agro yang akan dikembangkan antara lain adalah industri oleofood, oleokimia dan kemurgi. 

Industri oleofood yang difokuskan untuk dikembangkan atau dibangun hingga tahun 2035 adalah olein; stearin; gliserol; Palm Fatty Acid Distillate (PFAD); coco butter substitute; margarin; shortening; other specialty fats; Specialty fats (coco butter substitute); tocopherol; betacaroten; asam organik dan alkohol dari limbah industri sawit dan specialty fats bahan tambahan pangan.

Industri oleokimia yang difokuskan untuk dikembangkan atau dibangun hingga tahun 2035 meliputi fatty acids, fatty alcohols, Asam lemak nabati (fatty amine), methyl estersulfonat (biosurfactant), biolubricant (rolling oils), glycerine based chemical, Isopropyl Palmitate (IPP), Isopropyl Myristate (IPM), Asam stearat (Stearic acid), Methyl esters, Bioplastic (Polybetahydroxybutirate/PHB, Polyhydroxyvalerate/ PHV, polylactate) berbasis limbah industri sawit; dan polymers turunan minyak sawit.

Sedangkan industri kemurgi yang difokuskan untuk dikembangkan atau dibangun hingga tahun 2035 adalah Biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester/FAME), Bioavtur (Bio jet fuel), Biodiesel, Bioethanol, Biogas dari POME, Biomaterial untuk peralatan medis, aromatic building blocks berbasis lignin untuk sintesis obat/farmasi; dan Nano-cellulose derivatives, bio-based fiber & polymers (carbon fiber, viscous), new generation of biobased composite, secondary biofuel.

Indikasi bertumbuh berkembangnya hilirisasi industri minyak kelapa sawit ini tidak saja terlihat jelas dari perkembangan produksinya, tetapi juga nampak dari hasil pemasarannya baik pemasaran local ataupun internasional. Namun yang seringkali kita lupakan, bahwa perkembangan hilirisasi industri minyak kelapa sawit ini juga ditentukan oleh sarana penunjuang produksi minyak kelapa sawit itu sendiri dalam hal ini adalah pengadaan pupuk.

Boleh dikata peran pupuk dalam pengembangan tanaman kelapa sawit cukup besar. Seperti halnya tanaman pada umumnya, kelapa sawit juga memerlukan perawatan seperti tanaman pada umumnya. Pupuk yang terbaik harus mengandung komposisi natrium, fosfor, kalium, magnesum, dan baron. Jenisnya ada berbagai macam, mulai dari pupuk Urea, KCI, TSP, dan Kiserit.

Cara memupuk tanaman sawit yang baik pertama adalah dengan memberikan pupuk yang tepat sesuai umur pohon. Selain itu juga harus memperhatikan penyebarannya, membersihkan dahulu piringan sawitnya. memperhatikan tempat menaburkan pupuknya. dan memperhatikan tempat penyebarannya. Pemilihan waktu pemupukan juga merupakan bagian dari cara memupuk tanaman sawit yang baik.

Secara garis besar, kunci pemupukan yang sukses dalam penanaman tanaman sawit adalah memberi pupuk sesuai dengan aturan. Pemberian dosis yang tepat, penyebaran pupuk di tempat yang tepat dan pemilihan waktu pemupukan yang tepat itu semua merupakan kunci kesuksesan pengembangan tanaman sawit.

Hasil panen yang akan didapat oleh para petani tergantung dari cara pemupukannya. Selain itu pemupukan yang baik juga mempertimbangkan aspek kelesatarian lingkungan, yaitu dengan tidak melakukan pemupukan dekat dengan sungai atau sumber air. Jika lahan sawit yang kita kelola dapat berjalan baik tanpa merusak lingkungan akan menjadi sebuah pencapaian yang sangat baik.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah berapa jumlah pupuk yang digunakan dalam penanaman tanaman sawit selama ini. Sampai sekarang belum ada catatan resmi tentang berapa besar pemakaian pupuk dalam pengembangan tanaman kelapa sawit selama ini. Namun menurut Kementrian Balai Penelitian Pertanian Republik Indonesia dosis pemupukan pada tanaman kelapa sawit mulai dari umur 3 sampai 20 tahun kurang lebih akan membutuhkan pupuk urea sebanyak 14,25 kg per pohon, sebanyak 7,75 kg TSP per pohon, 12,75 kg pupuk MOP per pohon dan sebanyak 12,25 kg pupuk dolomite per pohon.

Berdasarkan standard dari Kementrian Balai Penelitian Pertanian tersebut dan dengan perkembangan jumlah pojhon kelapa sawit yang ada maka dengan demikian dapat diketahui bahwa pemakaian pupuk pada tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2017 kurang lebih mencapai 8.799,5 ton dengan perincian 26.271,1 ton pupuk urea, 16.718,0 ton pupuk TSP, 23.405,2 pupuk MOP, 23.405,2 ton pupuk dolomite. 

Dalam tahun berikutnya terus mengalami kenaikan hingga mencapai 115.573,9 ton pada tahun 2021 dengan rincian 33.811,5 ton pupuk urea, 21.516,4 ton pupuk TSP, 30.123,0 ton pupuk MOP, 30.123,0 ton pupuk dolomite. Kenaikan ini terulang kembali di tahun 2022 yang mencapai 121.352,5 ton dengan perincian 35.502,0 ton pupuk urea, 22.592,2 ton pupuk TSP, 32.679,1 ton pupuk MOP dan 31.629,1 ton pupuk dolomite.

Melalui uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran pupuk dalam pengembangan hilirisasi industri minyak kelapa sawit di Indonesia sangat dibutuhkan. 

Artinya dalam mensukseskan program RIPIN (Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional) yang dijalankan hingga 2035 mendatang pengadaan pupuk tidak bisa diabaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun