Dalam bukunya yang berjudul A Grief Observed, tentang bagaimana ia berdoa, bergumul dengan Tuhan agar Joy istri yang dikasihinya disebuhkan dari penyakit kankernya. Tetapi ternyata Tuhan menjawab tidak, setelah istrinya meninggal dunia ia tenggelam dalam kepedihan dan kekecewaan yang sangat berat.
Lewis mengatakan kepedihan itu merupakan tantangan hebat bagi imannya. Namun hal itu tidak menghancurkan imannya, kepada Tuhan melainkan memaksa dia untuk mengenali siapa Tuhan itu sebenarnya dan apa kedudukanNya dalam hidupnya. Lewis disadarkan bahwa Tuhan itu bukan sarana tetapi tujuan terpokok hidup ini.
Sama halnya yang terjadi pada Asaf, dia juga harus berani berkata tidak terhadap semua keinginan yang menyesatkan, walau itu sangat menyakitkan. Untunglah Asaf sadar akan hal itu, maka dalam ayat penutup dikatakan  "Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; r aku menaruh tempat perlindunganku s pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya. Namun, terbaik bagiku untuk dekat dengan Allah, aku telah menjadikan Tuhan ALLAH perlindunganku, untuk menceritakan semua perbuatan-Nya".
Awas dan waspada narsisme mengintai kita, narsis ada disekitar kita, narsis ada disekeliling kita, narsis ada dimana-mana bahkan narsis juga bisa menguasai hati dan pikiran kita. Katakan tidak untuk narsis dan undanglah Yesus sebagai kepala dan nahkoda hidup kita. SPOUDE Tuhan Yesus memberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H