Mohon tunggu...
Yuyun Harianto
Yuyun Harianto Mohon Tunggu... -

Saya adalah ayah satu anak laki-laki. usia saya 30 tahun. saya tinggal di depok, jawa barat. Saat ini, saya bekerja sebagai jurnalis di sebuah televisi swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengharap Malam Seribu Bulan

6 September 2010   15:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika saya tidak salah menghitung, malam ini, senin, 6 september 2010, merupakan malam ke-27 Ramadhan. Itu artinya,umat Muslim hanya tinggal punya waktu tiga hari lagi untuk dapat menikmati indahnya suasana bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan bertabur rahmat.

Bicara mengenai malam 27 Ramadhan, sepanjang pengetahuan yang saya dapatkan dari sejumlah literature buku Islam dan hasil mendengarkan tausiyah ustadz, cukup banyak ulama yang mengatakan, kalau malam 27 Ramadhan merupakan malam Lailatul Qadar. Sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dimana Allah menurunkan semua malaikatnya ke bumi untuk mencatat semua amal ibadah yang dikerjakan umat Islam. Bahkan dalam sebuah hadist, Nabi Besar Muhammad S.A.W juga pernah mengatakan, kalau malam Lailatul Qadar, jatuh pada malam 27 Ramadhan.

Karenanya, jika kita melakukan ibadah pada malam tersebut, maka kita akan mendapatkan pahala yang nilainya setara dengan amal ibadah selama 83 tahun. Umat muslim mana yang tidak mau mendapatkan pahala sebesar itu. Maka tak heran, di 10 hari terakhir Ramadhan, banyak umat Islam yang melalukan I'tikaf atau berdiam diri di dalam masjid untuk mengerjakan segala bentuk ibadah. Tujuannya tentu saja berharap mendapatkan malam Laitlatul Qadar, yang menurut Nabi, jatuh pada malam-malam ganjil, 21, 23, 25, 27, dan 29.

Sebegitu istimewanya malam Lailatul Qadar, sampai-sampai sejumlah riwayat pun berusaha memberikan ciri malam seribu bulan tersebut. Diantaranya, Sabda Rasulullah saw,"Lailatul qodr adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin, matahari pada hari itu bersinar kemerahan lemah." Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah yang dishahihkan oleh Al Bani.

Rasulullah saw berabda,"Tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya cerah tanpa sinar." (HR. Muslim)

Manusia boleh saja mengira-ngira dan memprediksi soal jatuhnya malam Lailatul Qadar. Namun yang pasti, Lailatul Qadar tetaplah hal yang ghaib dan menjadi salah satu rahasia dan ketentuan Allah SWT.

Terlepas dari apakah Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 Ramadhan atau tidak, yang jelas, sudah sepatutnya kita mengisi hari-hari dan malam-malam terakhir Ramadhan dengan memperbanyak ibadah kepada Allah. Karena belum tentu, tahun depan, bertemu dan menunaikan ibadah puasa Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun