Mohon tunggu...
Harry Purnama
Harry Purnama Mohon Tunggu... -

Trainer & coach mature leadership, listening wisdom dan work and life balance [WLB] tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Listening without Noise

5 Desember 2015   16:49 Diperbarui: 5 Desember 2015   16:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Manusia berbicara tanpa kata-kata, terasa sepi memang.  Banyak orang membaca dalam hati.  Budaya membaca merebak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.   Semua asyik mengupgrade diri, tanpa suara dan tanpa gaduh.  Membaca sudah menjadi kebutuhan otomatis.  Orang tanpa gadget sama dengan gadget tanpa orang. Orang tak bisa hidup tanpa charger.  Efeknya hubungan antar manusia bisa semakin menjauh (berubah ke dunia maya digital) karena tiap orang asyik dengan gatgetnya masing-masing.  Jauh tapi dekat, dekat tapi jauh.

Kebiasaan membaca ini mengurangi orang berbicara. Frekuensi berbicara digeser turun.  Frekuensi mendengar juga turun digeser kegiatan membaca. Frekuensi menulis meningkat. Berita baiknya, dengan lebih banyak membaca dan menulis, orang jadi lebih banyak berfikir bukan? Dengan berfikir, orang jadi pandai.  Lalu masih perlukah sekolah tradisional?

Teknologi yang mudah, murah dan gampang digunakan, telah merubah total kebiasaan orang untuk mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Di penelitian terdahulu tahun 2001, 45% waktu digunakan untuk mendengar, 30% berbicara, 16% membaca dan 9% menulis.  Di tahun 2015 ini, saya memperkirakan telah terjadi pergeseran dramatis. Tiga puluh (30) persen waktu digunakan untuk mendengar, 30% berbicara, 30% membaca dan 10% menulis.  Terjadi kenaikan yang luar biasa besar, orang lebih suka membaca (dari semula hanya 16% kini menjadi 30%) untuk mengumpulkan informasi, berita dan bersosialisasi. Orang sudah terhubung dengan dunia luar yang jauh. Orang bisa mengakses BBC news, CNN, ESPN, Amazon, eBay dan segala online-shop lewat klik-klik-klik dan dapat.

3).  Runtuhnya dominasi komunikasi satu arah

Dahulu, masyarakat juga gelisah dengan budaya komunikasi verbal tradisional “satu arah” di sekolah, kampus dan lembaga pendidikan formal lainnya.   Sekolah, kuliah dan pendidikan formal sangat bergantung pada komunikasi lisan dari mulut ke mulut.  Tatap muka, satu arah lagi.  Komunikasi lisan bisa sering buntu. Guru, dosen, motivator dan penyuluh “berbicara” di depan,   murid hanya duduk mendengarkan (pasif).  Jika tak ada guru, dosen, motivator dan penyuluh, proses belajar-mengajar diliburkan.  Satu lagi, pendidikan formal ini  sangat bergantung pada gedung, sarana prasarana dan biaya tinggi.  Belum lagi banyak kendalanya, termasuk noise (kebisingan, gangguan), rendahnya kualitas belajar,  terbatasnya buku pelajaran dan sangat bergantung pada si pendidik.

Kini komunikasi tradisional  sudah tergerus zaman.    Guru, dosen, motivator dan penyuluh sudah membawa laptop dan gadget (handphone) ke ruang kelas.  Lalu apa lagi yang berubah?  Sekolah dan kampus sudah dilengkapi internet wifi seperti di Starbucks dan Pizza Hut.   Bahkan sudah mewajibkan murid, mahasiswa dan peserta belajar membawa laptop dan gadget sendiri,  untuk aktifitas browsing (membaca).  Lewat browsing, pendidik dan murid bisa sama-sama menggali informasi tanpa batas dengan google dan youtube. 

Lewat google pula, 50% pekerjaan rumah (PR) sekolah bisa dikerjakan lewat internet di rumah.  Maka setiap rumah butuh akses internet, minimal lewat modem handphone. Belajar jadi menyenangkan dan entertaining.  Anak didik bisa mengakses segala hal, mulai dari peta dunia, gambar planet,  berita dunia terkini, video di negara lain, music jadul,  trend mode dunia, sampai bisnis investasi dan franchise online.  Semua serba online.  Tak terasa internet, laptop, handphone,  software dan media sosial menjadi bagian  dunia pendidikan masa kini.  Perubahan ini mendorong komunitas sekolah banyak melakukan aktifitas membaca (menggunakan indera mata). Belajar jadi dunia baru.    Siswa, murid, mahasiswa, peserta didik, yang aktif menggali dan berfikir,  kreatif dan mandiri kapan saja bisa belajar sendiri).

Semua wireless, tanpa kabel, bebas ruang dan waktu. llmu apa saja sudah bisa diakses real-time, saat ini juga,  lewat internet. Hampir tanpa batas. Orang bisa belajar apa saja dengan cepat dan mudah. Tak harus di ruang kelas atau pergi ke sekolah atau kuliah. Di pinggir sungai sambil mancing, orang bisa mengakses harga saham dan dollar. Di dalam mobil, bos bisa konferensi call dengan para managernya. Di kamar mandi, para istri bisa janjian mau senam dengan temannya via WA. Di warung tegal, supervisor marketing bisa membuat janji bertemu dengan kliennya lewat bbm.

Di tempat tidur, anak sekolah bisa chatting haha-hihi lewat skype dengan pacarnya. Di ruang praktek, dokter kandungan bisa download hasil kongres dunia atau jurnal kedokteran. Toko online dan bisnis online merebak luas dengan cepat. Semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan dan ekonomi jadi lebih kreatif bukan?  Transfer dana semua bisa lewat m-banking dan internet banking. Di mall-mall, satu keluarga bisa saling tak bicara apalagi tatap-muka, karena masing-masing asyik dengan gadgetnya.

Orang jadi tambah kaya dengan alternatif komunikasi.  Teknologi informasi telah membuat komunikasi semakin “tanpa” noise (bebas gangguan dan kebisingan) seperti pada komunikasi verbal tradisional.  Tetapi channel tradisional tetap tak dapat ditinggalkan, misalnya: sekolah, kuliah,  menonton tv, ngobrol, diskusi, meeting dst.    Semua orang bisa  bbm-an, WA-an, facebook-an, twitter-an, line-an, skype-an, instagram-an, semua ada di tangan dan jari.

4).  Bisnis bergerak lebih cepat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun