Mohon tunggu...
Harry Purnama
Harry Purnama Mohon Tunggu... -

Trainer & coach mature leadership, listening wisdom dan work and life balance [WLB] tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Be Wise, Live A Good Life Back

21 Desember 2013   16:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.Total surrender
Rasa khawatir adalah pembunuh efektif bagi ketenangan & kenyamanan. Sebaliknya, rasa  syukur yang meluap membuka jalan bagi datangnya “kepasrahan” secara alami, bahkan melimpah. "I really surrender toeverything. I really do not worry for everything."  Saya sungguh berserah untuk segalanya. Saya sungguhtidak khawatir dalam segala hal.Saya sungguhtakmemiliki hak atas apapun.Jalani saja apa adanya. Total surrender “menghalau” kekhawatiran. Ia malahmenggantikannya denganketenangan dan keteduhan. When bad things happen to good people, it is finally still good, but when goodthings happen to bad people, it remains bad.  Being Good or being bad bergantung kepada kualitas rasa syukurdan penyerahan diri. Yogi, yogini dan meditaser yang mampu membungkam rasa takutnya sendiri, akan menuai ketenangan dan kenyamanannya yang lebih tinggi. Ia seperti langit biru yang datang ketika malam di atas rumah.

3.Total Acceptance
Kepasrahan yang sepenuh-penuhnya membuka jalan bagi datangnya “penerimaan” akan segala sesuatu, baik maupun buruk. Semua adalah kadonya hidup. "I‘m really sincere for everything. I am really notselfish for everything." Saya sungguh ikhlas untuk menerima segala hal. Saya sungguh tidak egois untuk  segalanya.Acceptance adalah tahapan tertinggi  yang menghidupi jiwa dengan kedamaian yang kokoh dan permanen.  Dengan acceptance, musibah, beban hidup dan masalah seberat apapun, akan dirasakan ringan dan biasa. Bukan hanya tanaman jiwa segar kembali, tetapi kekuatan untuk menang bangkit kembali. Ia seperti cahaya.

“Rasa syukur yang meluap membuka jalan bagi datangnya kepasrahan.  Kepasrahan yang penuhmemberikelapangan bagi datangnya penerimaan akan segala sesuatu. Penerimaan menghadiahi hidup dengan kebahagiaan alami.”Semogajiwa-jiwa yang mencari menemukan, cinta yang hambar indah kembali, dendam yang pahit, pergi menjauh. Lalu hidup yang baik datangkembali. Ia jelas tak harus menjadi kebaikan bagi sufi, ulama, pendeta atau biksu saja.

“God grant me the serenity to accept the things I cannot change, the courage to change the things I can, and the wisdom to know the difference.” Reinhold Niebuhr [1892-1971]. Tuhanberilah aku ketenangan untuk menerima hal-hal yang aku tak bisa ubah, keberanian untuk mengubah hal-halyang aku bisa, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.
Selamat Natal 2013 dan Tahun Baru 2014

Harry purnama @ Mature Leadership Center [MLC],harry.uncommon@yahoo.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun