Praktek yoga di Indonesia *)
[caption id="attachment_303664" align="alignnone" width="300" caption="Yoga and meditation"][/caption] Hari ini, 15 April 2014, kita bersyukur yoga telah menjadi seperti "bola dunia" [oval] di Indonesia. Siapa sangka, yoga yang berakar dari ajaran agama Hindu di India, 7000 tahun silam, hari ini telah mendunia dan masuk ke Indonesia. Bukan agamanya yang bergerak, tapi spirit beryoganya yang menyebar. Sampai hari ini, awal 2014, penyebaran yoga di Indonesia, "tak" ada yang menyetir atau lembaga yang mengatur. Ia jalan sendiri saja, kemana ia suka. Memang guru yoga awalnya dari tokoh India dan sekarangpun demikian. Dunia masih "berkiblat" ke India jika berbicara tentang yoga. Sekarang siapa saja dengan latar belakang agama apa saja, bisa menjadi penerus tradisi yoga ke abad yang akan datang. Anda bisa menjadi guru yoga jika memiliki passion disitu. Kenapa tidak? Itulah kebebasan yoga. Yoga bisa dimodifikasi sesuka hati oleh siapa saja. Namun, jika Anda ingin mendapatkan sertifikasi sebagai Registered Yoga Teacher [RYT[, mau tak mau Anda harus "mengikuti" pakem basic yaitu standard yoga yang diatur oleh orang-orang India. Di RYT, ada kurikulumnya seperti anatomi-fisiologi, etika, filosofi yamas-niyamas, ada metodenya, ada persyaratan pengalaman mengajar, ada durasi jam, ada PRnya, membaca jurnal, membuat assignment, terakhir ada biayanya. Yang utama, ada persyaratan telah membaca buku wajib "Light on yoga: Yoga dipika," oleh guru yoga India yang lahir tahun 1918, seangkatan dengan Soekarno dan Soedirman, namanya BKS. Iyengar, tokoh yoga modern dunia, tahun 1966, kemudian direvisi tahun 1977 dan 1995, setebal 544 halaman, paperback. Memang guru yoga awalnya dari tokoh India, sampai hari ini. India tetap jadi sumber referensi yoga dunia. Sekarang siapa saja dengan latar belakang agama apa saja, bisa menjadi penerus tradisi yoga ke abad yang akan datang. Anda bisa menjadi guru yoga jika memiliki passion disitu. Kenapa tidak? Sering tentu Anda mendengar alasan teman/ saudara yang ikut yoga, "Saya sudah capek bekerja keras setiap hari, saya butuh olah raga ketenangan...butuh relaksasi, tapi bukan massage...!" Yoga, semula adalah seni olah tubuh plus ritual spiritual kuno, menjadi tradisi yang sama sekali "baru" di abad 20-21 ini. Ia menjadi bagian dari urban life, tapi belum sampai ke desa. Yoga dan meditasi telah dipasangkan sebagai pasangan kakak-adik untuk manusia hidup sehat dan hidup tenang di kota pada umumnya.  Kini yoga dan meditasi sudah menjadi gerakan kesadaran baru dan gaya hidup baru. Tapi, yoga bersih dari politik, ia tak bisa dipolitisir, tak ada kekuasaan dan kursinya. Hari ini, jika Anda tak tahu yoga dan tak ikut yoga, Anda akan merasa ketinggalan akan sesuatu. Hanya membuat Anda minder dalam pergaulan, tak sampai mati-gaya. Namun itu belum sampai point dimana Anda rugi atau merasa kurang. Dengan yoga dan meditasi, saya yakin Anda akan mendapatkan "sesuatu" yang khas. Cobalah beryoga dan bermeditasi, tapi bukan karena ikut-ikutan. Yoga itu menyehatkan luar-dalam, menyembuhkan dan menyempurnakan kemanusiaan kita. Paling tidak, ada 3 manfaat yoga secara fisik :  a. flexibility [kelenturan otot meningkat jauh, bisa berjalan dan berdiri tegak],   b. balance [keseimbangan yang lebih baik] dan    c. power / endurance [kekuatan yang jauh lebih baik dari sebelum ikut, terasa lebih fit dan percaya diri]. Fleksibilitas otot dan syaraf merangsang kelenjar dan sekresi hormon, sehingga organ dalam lebih hidup. Ia juga menstimuli sirkulasi darah sehingga memberi oksigen ke seluruh organ. Organ cukup makanan, tak kurang gizi. Jangka panjang 1-3 tahun, yoga memiliki efek terapis yang menyembuhkan, tapi bukan obat / medikasi. Jangan lari ke yoga karena telah sakit kanker atau by-pass jantung, misalnya. Tapi juga jangan skeptis terhadap yoga. Tiga manfaat bagi mental :  a. positive attitude [bersikap positif dari sebelumnya selalu negatif],   b. passion [bertambah gigih, ulet, tekun dalam hidup],   c. open-mind [lebih terbuka dengan perubahan sekitar, tidak kaku, tidak narrow-minded]. Sedangkan tiga manfaat spiritual :  a. higher awareness & purpose [kesadaran yang lebih tinggi akan being dan akan the creator],    b. higher peace of mind [kedamaian yang lebih menenangkan batin dan menentramkan pikiran],    c. letting go [lebih mudah/ mampu ikhlas terhadap kehilangan, dendam dan sakit hati]. Yoga sudah dikenal bukan sebagai ritual satu "agama," namun sebagai praktek olah raga, olah mental dan olah jiwa. Yang memandang yoga sebagai agama baru, sekte baru, aliran sesat, memuja dewa/i dan terlarang, tinggal sedikit saja, sejalan dengan pengenalan dan sosialisasi yoga di masyarakat.  Minimum tak ada lagi tokoh agama yang melarangnya secara terbuka.  Untuk masyarakat Indonesia, segala sesuatu yang baru mesti butuh proses pengenalan dulu/ waktu yang panjang, contoh : introduksi operasi plastik, operasi dengan sinar laser, MRI, prevensi HIV/AIDS dengan kondom, vaksinasi pets, dst. Praktek yoga yang meluas di seluruh dunia membuktikan bahwa yoga bukanlah agama baru seperti yang disangkakan sebagian orang. Jika yoga adalah aliran sesat, tak perlu dilarang, ia akan punah dengan sendirinya, bukan? Meski secara geografis, yoga masih terkonsentrasi di Jawa-Bali, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali dst. namun gemanya sudah meluas ke seluruh Indonesia. Penyebaran yoga di Indonesia terjadi melalui berbagai channel komunikasi, a.l. pengajaran agama, sharing filosofi spiritual, melalui larangan-larangan, melalui prejudis/skeptimisme, melalui media massa, meniru gaya hidup selebriti/tokoh dunia, kunjungan guru yoga dunia, anak muda/praktisi yang pergi berguru ke luar negeri, studio yoga, fitness center, sanggar tari, vihara, asram, terakhir ramai via media sosial seperti wordpress, blogspot, facebook dan twitter, dst. Hasilnya, per hari ini, semua orang dewasa pernah "mendengar" kata yoga. Meski baru dibawah 10% yang benar-benar telah berlatih yoga. Uniknya, 90% yoga practitioner umumnya wanita, usia 20-45th. Yoga for kids baru satu-dua, karena pendekatannya sangat unik. Kini grafiknya menanjak, semakin banyak stasiun TV, agency marketing, majalah life-style, dunia kuliner, dunia pendidikan dan merek-merek produk, memakai yoga sebagai vehicle untuk meraih brand awareness dan profit korporasi. Yoga diuntungkan, semakin dikenal masyarakat secara gratis. Di Indonesia, belum ada asosiasi yoga yang mewadahi praktisi yoga, seperti yoga alliance International atau International yoga federation. Motivasi utama orang beryoga di Indonesia, masih untuk olah raga [fisik] untuk kesegaran, seperti ber-futsal ria. Ada olah raganya, ada gembiranya, ada musiknya, ada hadiahnya. Sehingga para yogi dan para guru yoga yang umumnya berusia muda 25-45 tahun, masih banyak yang mengandalkan asana [postur] atau gerakan yang menguatkan otot dan syaraf. Bagi kalangan ini, sangat wajar, jika yoga masih seperti "yoga olah raga" biasa. Dan karenanya yoga bisa dikomersialkan. Sejauh ini, yoga masih sepi dari isu-isu "money-laundry," memakai modalnya dari hasil korupsi suami.   Yoga sudah dikemas, dengan nama merek bisnis, gaya/aliran, harga/biaya, fasilitas modern, AC / heater, gedung modern, musik alam, pernak-pernik alat olah raga, poster, retail store, dst. Sampai hari ini, yoga adalah keramaian, yang dibumbui a.l. dengan festival yoga, pameran alat / pernak-pernik yoga, jualan mat, jualan buku, VCD, dst. Kabar baiknya, ada beberapa praktisi yoga, masih sedikit sekali, yang menaikkan latihan yoganya ke tingkat kesadaran lebih tinggi, ke arah true well-being, healing dan soul enlightenment. Hanya di Indonesia, sekali lagi masih sedikit. Pada umumnya, yoga masih "terlihat" ramai dengan hiruk-pikuk. Yoga [dan meditasi], pada dasarnya adalah kegiatan sendiri, mandiri, tak perlu beramai-ramai. Yoga, bukan tradisi ikut-ikutan karena mode, gaya atau trend dunia. Jika sudah menguasai teknik dan prinsip dasarnya, Anda sebenarnya sama sekali tak membutuhkan bimbingan guru lagi. Anda harus mandiri.  Anda teruskan berlatih sendiri di rumah. Itu yang benar, bukan terus bermanja-manja dengan bimbingan guru / instruktur. Jika Anda mau berlatih sendiri di rumah dan gratis, tapi tidak cedera, jangan pernah memaksa sebuah asana. Lakukan perlahan, jangan dadakan dan cobalah bertahap. Semua praktisi melakukan cara yang sama, bertahap.  Anda juga dengan mudah, bisa download banyak posture yoga dari luar negeri di youtube. Disana, Anda bisa bertemu dengan "berbagai macam" guru yoga di dunia dengan berbagai aliran/ tradisinya masing-masing. Tak usah heran, biasa saja. Anda sendiri yang memutuskan memakai style yang mana, bukan? Catatan kaki, jangan mudah terpengaruh oleh saran 1-2 guru yoga, analisa terlebih dahulu, gunakan akal sehat, common-sense Anda. "You have your own responsibility to your own life, don't you?" Disinilah letaknya disiplin diri dan tanggung jawab pribadi, diuji. Sekali lagi, yoga adalah kegiatan sendiri. Jika Anda ingin bersosialisasi dengan sesama praktisi yoga, juga tak ada yang melarang. Berkawanlah dengan sebanyak mungkin praktisi yoga, Anda akan mendapatkan wawasan dan jaringan. Teruslah berlatih sendiri, Anda akan mendapatkan kematangan diri. Tahapan yoga yang baik: dimulai dengan "centering" dan meditasi dulu, kemudian olah pernafasan secara perlahan [pranayama], diikuti asana [gerakan perlahan], diakhiri dengan relaksasi full [yoga nidra] dan meditasi lagi, selesai. Ada gerakan khusus buat ibu hamil, penderita cedera otot/tulang, manula dan penderita jantung. Beritahukan dahulu keadaan Anda kepada guru/ instruktur yoga, sebelum latihan. Biasanya mereka tak bisa memutuskan, dan Andalah yang harus konsultasi terlebih dahulu ke dokter. Beruntung jika dokter Anda tahu yoga, pada umumnya juga belum tahu yoga [baru mendengar saja]. At the end, Andalah yang harus memutuskan sendiri, setelah mencoba 1-2 gerakan asana yang ringan. Bagi pemula, otot seluruh tubuh Anda pasti kaget dan sakit sekali, karena ditarik paksa [ stretching front-backward dan twisting ke kiri-kanan ]. Gerakan yoga, pada dasarnya, tidak umum. Otot pasti terkaget-kaget. Kaki sakit. Pinggang sakit. Punggung sakit semua. Perut sakit. Biarkan demikian, itu sangat wajar.  Bertahanlah jangan mundur. Teruskan berlatih, sampai sakitnya perlahan hilang dan otot "di dalam" terbentuk menjadi sebuah "habit otot" yoga. Praktisi yoga terlebih instruktur/ guru yoga, pada umumnya tak ada yang gendut, karena habit ini. Jika ada 1-2 yang gendut, anggap saja itu bawaan. Bedanya yoga dengan fitness/ aerobik, otot di sebelah dalam yang dibentuk. Sekali terbentuk ia tetap tinggal "permanen" disana. Jika Anda tidak yoga 6 bln - 1 tahun, habit otot itu telah ada disana. Anda tinggal mengaktifkannya lagi dan ON. Anda tak perlu memulai lagi dari nol/ awal. Tiga [3] level praktek yoga di masyarakat Indonesia Level menunjukkan praktek yoga di masyarakat, bukan tingkat kemahiran. Level pertama, di puncak oval bola dunia Di level atas ini, yoga "for higher purpose," mendekati sumber aslinya. Di sumber aslinya, yoga untuk mencerahkan "body, mind and soul" bersama-sama, bukan dipisah-pisah. Yoga dan meditasi dipandang sebagai jalan untuk pencerahan spiritual dan praktek batin mencapai kesempurnaan inside-out itu. Praktisinya memiliki fokus yang kuat dan kokoh kepada ketenteraman jiwa, ketenangan pikiran dan kebahagiaan hidup. Disini, yoga bukan hanya olah raga semata [ "beyond physical exercise" ] atau "yoga is you." Di tingkat puncak ini, komitmen diri mengalir seperti aliran sungai tanpa batas. Tak ada fenomena on-off di level ini. Praktisi disini terus berlatih sampai usia lanjut, misalnya 70-80 tahun. Mereka tak goyah oleh godaan yoga olah raga dan yoga komersial. Mereka berlatih dan mendisiplinkan dirinya "sendiri" melalui praktek indah yama, niyama, dharana, dhyana,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI