Mohon tunggu...
Harry Purnama
Harry Purnama Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

INACEB Resmi Dibentuk

29 Maret 2016   17:36 Diperbarui: 29 Maret 2016   17:44 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI, ketika meresmikan pembentukan INACEB, Foto Dokumen Pribadi"][/caption]Masyarakat umum tak banyak yang tahu bahwa pada tanggal 28 Maret 2016 pemerintah telah meresmikan dibentuknya Indonesia Convention and Exhibition Bureau (INACEB) dengan Ketua Umumnya adalah Budi Tirtawisata selama lima tahun ke depan. Kehadiran INACEB tersebut diharapkan dapat membawa event-event MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) internasional untuk diadakan di Indonesia. Lalu, apa sih pentingnya INACEB itu?

MICE merupakan sebuah industri yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, MICE masih berumur cukup muda dan belum banyak orang yang menyadari pentingnya industri ini. Padahal, di luar negeri, MICE menjadi senjata utama dalam mendatangkan wisatawan asing dan memberikan devisa yang cukup besar. Orang-orang di Indonesia lebih mementingkan wisata umum untuk memikat turis asing maupun turis lokal untuk berkunjung. Padahal, jika melihat segi pengeluaran, turis MICE mengeluarkan uang tujuh kali lebih banyak dibandingkan turis biasa.

Secara garis besar, jenis wisatawan ada dua, yakni wisatawan leisure dan wisatawan bisnis. Wisatawan bisnis inilah yang masuk dalam industri MICE. Wisatawan bisnis ini datang ke suatu negara atau daerah untuk mengadakan kegiatan bisnis, berpameran, mengikuti seminar, atau hanya melakukan perjalanan insentif. Yang terpenting, wisatawan bisnis ini datang dalam jumlah besar, dan tentunya mereka memberikan dampak ekonomi yang sangat luas.

Wisatawan leisure biasanya hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan akomodasi, transportasi, makan, dan hal-hal kecil lain seperti tiket masuk obyek wisata. Namun, wisatawan bisnis memberikan dampak yang lebih luas—apalagi mereka datang dalam jumlah besar, seperti KTT Asia Afrika yang pernah diadakan di Indonesia—bagi perekonomian suatu negara. Wisatawan bisnis akan mengeluarkan uang untuk menyewa gedung atau convention center, ruang meeting di hotel, menyewa bus, pemandu wisata, penerjemah, liaison officer, hingga suvenir dalam jumlah besar.

“Wisatawan leisure datang dalam jumlah yang cukup besar dan hanya berkunjung saat peak season, tapi pengeluarannya sedikit. Sementara itu, wisatawan bisnis (business travel) datang dalam jumlah yang sangat besar dan tidak mengenal peak season maupun low season, dan memberikan dampak ekonomi tujuh kali lipat lebih besar dibandingkan wisatawan leisure,” ujar Azwir Malaon, Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan Kementerian Pariwisata RI.

Besarnya potensi industri MICE itulah yang membuat hotel-hotel di Indonesia mulai menggantungkan penghasilan dari penyewaan ruang meeting atau ballroom, bukan dari penyewaan kamar. Dari hasil ngobrol-ngobrol saya dengan beberapa pelaku industri hotel, mereka serempak menyatakan bahwa penghasilan dari penyewaan kamar hanyalah bonus, sedangkan penghasilan utamanya adalah dari penyewaan ruang meeting dan ballroom—yang mana apabila mereka menyewa ruang meeting atau ballroom otomatis sudah satu paket dengan konsumsi makanannya. Sekarang, silakan Anda cek, hampir semua hotel yang baru dibuka pasti memiliki minimal satu ruang meeting.

Nah, terkait dibentuknya INACEB tadi, sebenarnya Indonesia sudah ketinggalan. Malaysia sudah lama memiliki Malaysia Convention and Exhibition Bureau (MyCEB) dan Thailand juga memiliki Thailand Convention and Exhibition Bureau (TCEB). Keduanya sudah lama menyadari bahwa kunjungan wisatawan MICE merupakan penghasil devisa utama daripada wisatawan biasa.

Indonesia Convention and Exhibition Bureau itulah yang bertugas memenangkan bidding-bidding acara internasional untuk diadakan di Indonesia. Selama ini, para PEO (Professional Exhibition Organizer) dan PCO (Professional Conference Organizer) hanya menggandeng asosiasi untuk memenangkan bidding event internasional. Kendala utama mereka selama ini adalah kurangnya modal serta kurangnya dukungan pemerintah sehingga Indonesia selalu kalah dalam bidding event internasional. Sebagai contoh, TCEB berada langsung di bawah Perdana Menteri Thailand sehingga segala kerumitan birokrasi dapat langsung ditangani oleh Thailand, dan dampaknya adalah mereka dapat dengan mudah memenangkan bidding acara internasional.

Diharapkan dengan dibentuknya INACEB ini Indonesia dapat menambah jumlah meeting, pameran, maupun konferensi internasional yang diadakan di Indonesia. Ada tiga prioritas utama INACEB, yakni:

1.       Penguatan data base destinasi dan pasar sasaran yang potensial dalam rangka menjadikan INACEB sebagai voice of MICE Indonesia yang mampu memberikan semua informasi yang dibutuhkan tentang kesiapan destinasi MICE Indonesia.

2.       Mengoptimalkan kegiatan promosi, baik saat berpartisipasi dalam trade show di berbagai negara maupun delegate boosting yang bertujuan mendongkrak jumlah delegasi yang hadir pada acara MICE yang dimenangkan Indonesia. Selain itu, INACEB juga akan meningkatkan jaringan dengan membangun hubungan internasional sebagai anggota di asosiasi MICE, seperti ICCA, UFI, UIA, dan AACVB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun