Mohon tunggu...
Harruka Azka
Harruka Azka Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pamulang

Stay positive thinking, everything should be made as simple as possible, don't be afraid to be who you are just scream out and shout and follow the starts forget about the past that it's over.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Nilai-nilai Sosial dalam Novel Hujan Karya Tere Liye

12 Juli 2021   15:00 Diperbarui: 12 Juli 2021   15:13 28982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel akan menjadi sangat penting keberadaannya sebagai media penyampaian pesan dan nilai yang terkandung dalam sebuah novel. Nilai yang terkandung dalam sebuah novel tidak hanya berupa nilai sosial namun juga memuat nilai pendidikan, nilai religious dan nilai kebudayaan. Karya sastra yang merupakan cerminan keadaan realita kehidupan. Namun dalam penelitian ini, peneliti fokus pada satu nilai yaitu nilai-nilai sosial. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkap aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan dapat menggambarkan suatu kehidupan. Novel juga dapat membantu masyarakat memahami realitas sosial masyarakat itu sendiri. Novel mengungkapkan konflik kehidupan para tokohnya secara lebih mendalam dan halus.

Salah satu novel yang juga dapat menggambarkan suatu keadaan sosial seseorang, atau pun masyarakat adalah novel yang dipilih peneliti. Sebuah novel karya Tere Liye. Novel Hujan karya Tere Liye menggambarkan sikap sosial yang diperhatikan oleh tokoh dalam cerita seperti saling menghormati, saling tolong menolong, kasih sayang, serta peduli terhadap sesame. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain. Novel Hujan karya Tere Liye ini mendapat respon positif di kalangan pencinta novel, terbukti lah dengan sudah banyaknya resensi terkait novel tersebut.

Novel hujan karya Tere Liye menggambarkan sikap sosial yang diperlihatkan oleh tokoh dalam cerita seperti saling menghormati, saling tolong menolong, kasih sayang, serta peduli terhadap sesama. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain. 

Nurgiyantoro (2013: 11), menjelaskan bahwa kata novel berasal dari bahasa Italia novella. Secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil, Perkataan baru ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek dan roman, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dalam istilah Indonesia-nya, novella yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang cakupan nya tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel lebih berusaha memberikan efek realis dalam kefiksian nya, dengan mempresentasikan karakter yang komplek dengan motif yang bercampur dan berakar dalam kelas sosial, terjadi dalam struktur kelas sosial yang berkembang ke arah yang lebih tinggi, interaksi dengan beberapa karakter lain, dan berkisah sehari-hari. Menggunakan bahasa sebagai media karya sastra, merupakan bahan baku kesusastraan yang tak terpisahkan seperti cat untuk lukisan (Wellek dan Warren, 1995: 14). Unsur-unsur pembangun novel secara garis besar dapat dibagi atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Rokhmansyah (2014: 32) mengemukakan bahwa unsur intrinsik prosa terdiri dari tema dan amanat, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.Pada umumnya para ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri dari lima bagian (a) tema dan amanat (b) tokoh dan penokohan atau perwatakan tokoh (c) alur (d) latar, dan (e) sudut pandang atau gaya penceritaaan. Dalam hal ini peneliti tidak memaparkan semua unsur intrinsik yang terkandung dalam novel Hujan karya Tere Liye, karena tujuan peneliti adalah untuk mengetahui nilai-nilai sosial yang terkandung, oleh sebab itu peneliti membatasi satu unsur intrinsik saja untuk dipaparkan yaitu penokohan sebagai salah satu setrategi untuk mengetahui nilai sosial yang terkandung pada novel, tokoh merupakan pelaku sosial, hal ini penting untuk mendukung dan mempermudah memperoleh nilai-nilai sosial dalam novel Hujan karya Tere Liye.

Hasil dan Pembahasan 

A. Hasil Analisis

Berikut ini akan dipaparkan tokoh dan penokohan dan nilai sosial yang terkandung dalam novel Hujan karya Tere Liye.

  • Penokohan atau Perwatakan dalam Novel Hujan karya Tere Liye

Dalam novel Hujan karya Tere Liye yang menjadi tokoh utama atau tokoh sentralnya adalah Lail. Tokoh Lail adalah tokoh yang banyak mengalami konflik sebagai pusat yang diceritakan. Berikut penjelasan kedudukan tokoh dalam novel Hujan karya Tere Liye:

  1. Lail : Tokoh utama perempuan
  2. Esok atau Soke Bahtera : Tokoh utama pendamping laki-laki
  3. Elijah : Fasilitator atau perawat petugas medis
  4. Ibu Lail
  5. Ayah Lail
  6. Ibu Esok
  7. Maryam : sahabat Lail
  8. Walikota : Ayah angkat Esok
  9. Istri Walikota : Ibu angkat Esok
  10. Claudia : anak dari Walikota yang menjadi suadara angkat Esok
  11. Ibu Suri : kepala staf panti asuhan Lail dan Maryam

Selain tokoh-tokoh diatas terdapat juga tokoh-tokoh figuran seperti Penumpang kereta (orang-orang yang ikut dalam kecelakaan kereta bersama Lail dan Ibunya) Petugas kereta,Marinir,Petugas Relawan, Pembawa acara televisi, Narasumber, dan anak-anak yang tinggal di panti asuhan Lail dan Maryam tinggal. Penokohan atau perwatakan dalam novel ini digambarkan penulis secara langsung dan tidak langsung, hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut.

Tokoh Lail memiliki watak pemberani dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia juga seorang gadis yang pintar dan berbakat. Berbagai hal mampu ia lalui meskipun umurnya terbilang muda, sudah ditinggalkan kedua orang tuanya hal itu lah yang membuatnya mengabdikan diri menjadi relawan yang luar biasa.

"Lail mencengkram tangan ibunya. Usianya baru tia belas tahun , tapi itu lebih dari cukup untuk mengerti situasi genting yang sedang dihadapi ratusan penumpang kereta." (Hal: 24) 

"Ah, kamu juga seorang perawat yang bertugas di rumah sakit kota." Elijah diam sejenak, berheti menggerakkan tulisan di layar, membaca lamat-lamat." Ini mengagumkan. Kamu punya banyak sekali catatan pelayanan sosial sejak usia enam belas tahun, termasuk sebulan ditugaskan di sektor 1. Astaga, itu tempat paling menyedihkan.(hal: "Komite pusat bersepakat dengan suara bulat, apa yang dilakukan Lail dan Maryam malam itu, berlari menembus badai sejauh lima puluh kilo meter untuk memperingatkan seluruh penduduk kota, membuat kedua remaja itu berhak menerima penghargaan Dedikasi dan pengorbanan tingkat pertama." (Hal: 166).

Tokoh Esok/ Soke Bahtera seorang ilmuan muda yang terkemuka dan ia sangat cerdas, bakatnya sudah terlihat ketika ia masih berusia tujuh belas tahun. Hal ini dapat dilihat dari kutipan-kutipan di bawah, digambarkan secara tidak langsung bagai mana watak tokoh Esok yang cerdas, dengan melalui pendeskripsian dialog tokoh lain.

"Dia belajar dengan cepat. Sebelum bencana gunung meletus, Esok adalah murid terbaik disekolah. Setelah gempa, baginya stadion itu menjadi tempat belajar dan bertualang baru." (Hal : 61)

"Empat belas hari mengenal Esok, Lail mulai tahu betapa pandainya Esok. Anak laki-laki itu genius. Seperti keberhasilannya menyedot air bersih dari dalam tanah , itu adalah ide briliannya Esok. Petugas sudah menyerah, juga Marinir, mereka tidak mesin pompa besar yang cukup untuk menarik air sedalam itu. Esok mengusulkan agar mereka menyusun belasan pompa kecil secara parallel. Tidak ada yang mengerti penjelasan Esok, hingga dia menyusunnya dengan cermat, menghubungkan lima belas pompa air sedemikian rupa dan air berhasil disedot." ( Hal: 66)

  • Nilai-Nilai Sosial dalam Novel Hujan Karya Tere Liye

Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam Novel Hujan karya Tere Liye terdiri dari :

  1. Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan sebuah perasaan yang tulus hadir dari dalam hati dan mengandung sebuah keinginan untuk memberi dan membahagiakan pihak yang dikasihi atau disayangi. Dalam novel Hujan karya Tere Liye ini terdapat nilai kasih sayang yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita baik kepada orang tua, sahabat, ataupun orang lain. Berikut pemaparannya.

Ibu Esok memegang lengan Lail, menatapnya."Lail, Esok menyayangimu. Dia menganggapmu lebih dari seoarang adik.(hal:50)

Kutipan cerita diatas mengandung nilai kasih sayang ditunjukkan dari dialog Ibu Esok dan Lail. Ibu Esok tahu benar bahwa anaknya menyayangi Lail lebih dari seorang adik. Dia menyayangi Lail sebagai seorang pria bukan seorang kakak. Ibu Esok dapat melihat hal tersebut dari sikap-sikap yang ditunjukkan Esok, dia begitu memperhatikan Lail selalu Lail yang ditanya ketika menelfon.

2. Maaf-Memaafkan

Memaafkan adalah sikap untuk mengatasi hal-hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit atau kekecewaan, tetapi dengan rasa iba atau kasihan kepada pihak yang menyakiti. Maaf- memaafkan adalah cara untuk mengatasi hubungan yang rusak untuk mmeperoleh kesembuhan luka dan membuka hati atau berlapang dada terhadap pihak yang menyakiti. Berikut kutipan dalam novel.

"Kamu hanya diberi waktu satu jam, Esok! Lihat, sekarang pukul berapa?" Marinir yang berjaga di depan stadion terlihat jengkel. 

"Aku minta maaf, kami terjebak hujan" 

"Kami tidak berkeliaran. Kami menjenguk ibu Esok di rumah sakit, kali ini Lail menjelaskan, melangkah maju di depan Esok yang masih memegang setang sepeda. "kami minta maaf ini salahku. Aku berjanji akan membantu di sini. 

"Marinir itu menghela napas, menatap wajah Lail." Baik kalian segera masuk. sudah hampir jadwal makan malam. Tinggalkan sepedanya di sini. (hal: 60 )

Pada kutipan di atas memperlihatkan bagaimana Marinir marah kepada Esok yang pulang terlambat setelah meminjam sepeda petugas. Esok meminta maaf atas kesalahannya tersebut begitu juga Lail ia merasa bersalah. Esok terlambat pulang karena harus menjemput dirinya terlebih dahulu. namun akhirnya Marinir memaafkan kesalahan mereka dengan menyuruh mereka masuk dan bersiap untuk makan malam. Oleh sebab itu pada kutipan ini jelas sekali tampak nilai sosial yang berupa saling memaafkan.

3. Kepatuhan 

Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan. Kepatuhan juga berarti menaati segala aturan atau perintah

"Rapikan dasimu, Lail." Wanita berusia 35 tahun itu menoleh lagi ke anaknya." "Lail buru-buru mengangguk."( hal: 12)

Kutipan di atas memperlihatkan nilai sosial yang berupa kepatuhan. Terlihat Lail yang diperintahkan ibunya untuk merapikan dasinya, ia langsung patuh terhadap perintah ibunya itu. Seorang anak yang taat terhadap perintah orang tuanya adalah sifat yang seharusnya setiap anak punyai, selagi perintah itu masih dalam koridor kebaikan.

4. Kesopanan atau Keramahan

Sopan santun diwujudkan dengan mengetahui : tata krama bergaul dengan orang yang lebih tua, tata krama bergaul dengan guru, tatakrama bergaul dengan orang yang lebih muda, tata krama bergaul dengan teman sebaya, tata karma bergaul dengan lawan jenis, serta menghormati tetangga. Kesopanan merupakan menjaga sikap terhadap orang lain.

"Dua penumpang laki-laki, saat melihat Lail dan ibunya masuk, berdiri memberikan tempat duduk," terima kasih. Lail dan ibunya segera duduk."( Hal: 14) 

Dalam kutipan diatas menggabarkan prilaku sopan santun yang merupakan nilai sosial, terlihat bagaimana dua penumpang laki-laki dalam kereta memberikan tempat duduknya kepada Lail dan ibunya yang baru masuk, karena kursi kereta sudah penuh, dua pemuda tersebut memilih berdiri dan memberikan kursinya untuk orang lain, kemudian Lail dan ibunya mengucapkan terima kasih. Hal ini juga menggambarkan bahwa Lail dan ibunya menghargai sopan santun kedua laki-laki itu.

5. Musyawarah 

Musyawarah merupakan kegiatan saling tukar pikiran untuk mencapai suatu keputusan yang disetujui oleh pihak-pihak yang bermusyawarah.Dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

"Petugas itu memanggil seniornya berdiskusi sebentar" "Baiklah. Salah satu prinsip paling penting di organisasi ini adalah semangat berbagi dan berbuat baik. Usia kalian memang baru lima belas, tapi kalian mungkin memilikinya. Kalian berdua diizinkan mengikuti tes. Jika lulus, kami akan memikirkan bagaimana baiknya."(hal:111)

Kutipan di atas mengagambarkan adanya musyawarah yang dilakukan dengan diskusi untuk mengambil sebuah keputusan suatu permasalahan. Dalam hal ini petugas melakukan diskusi terlebih dahulu untuk memutuskan apakah Maryam dan Lail yang ingin mendaftar sebagai anggota relawan dapat diterima, karena mereka masih berumur lima belas tahun. Meskipun demikian hasil dari diskusi petugas dan seniornya diputuskan bahwa mereka diizinkan untuk mengikuti tes keanggotaan relawan.

6. Gotong Royong

Gotong royong adalah bentuk kerja sama untuk meringankan beban dengan mencapai tujuan yang diinginkan. Gotong royong merupakan sikap positif yang mendukung dalam perkembangan dan juga perlu dipertahankan sebagai suatu perwujudan kebiasaan melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama. Ditandai dengan sikap tolong-menolong.

"Masih ada ribuan tubuh yang belum dievakuasi dari balik bangunan-bangunan. Segesit apapun alat berat bekerja, mereka tidak bisa menangani semuanya dalam waktu cepat. Bau busuk itu membuat kota tenggelam oleh kesedihan mendalam. Masker kembali dibagikan." ( hal: 65)

Kutipan diatas menggambarkan keadaan setelah bencana terjadi bagaimana mereka bekerja sama untuk mengevakuasi jasad-jasad para korban gempa, mereka saling membantu, dan dikerahkan segala tenaga agar dapat mengubur tubuh-tubuh para korban yang sudah tercium bau busuk, dan untuk menjaga para warga dari bau menyengat tersebut mereka para petugas, relawan dan dibantu para pengungsi yang selamat dari bencanapun ikut serta membantu.

7. Rasa Kemanusiaan 

Manusia yang pada hakikatnya merupakan makhluk yang diberikan akal dan perasaan tentu hal inilah yang akan menggerakkan manusia untuk berfikir, berbuat, serta ikut merasakan apa yang sedang orang lain lakukan. Untuk menimbulkan simpati dan empati terhadap sesama manusia yang lainnya. Terlebih ketika melihat orang lain dalam kesusahan.

"Aku sendirian. Empat kakakku tertimbun di dalam kapsul, "anak laki-laki itu menjawab pelan. "Lengang sejenak." "Aku minta maaf tentang itu, Nak, "petugas kereta berkata pelan." (hal: 27) 

Kutipan di atas menunjukkan sikap rasa kemanusiaan yang digambarkan oleh petugas kereta yang meminta agar setiap anak didampingi orang tuanya namun ternyata anak lelaki itu sendirian dan empat saudaranya tertimbun kapsul kereta saat gempa terjadi. Dengan penjelasan tersebut petugas kereta turut berduka dan merasa bersalah hingga dia meminta maaf kepada anak laki-laki tersebut sebagai sikap empatinya.

8. Kebijaksanaan atau Keadilan

Kebijaksanaan dapat didefinisikan sebagai keahlian dalam mengatasi permasalahan mendasar yang berkaitan dengan perilaku dan makna hidup. kebijaksanaan merupakan perpaduan dari intelek dan karakter.

"Empat belas hari mengenal Esok, Lail mulai tahu betapa pandainya Esok. Anak laki-laki itu genius. Seperti keberhasilan menyedot air bersih dari dalam tanah, itu atas ide brilian Esok. Petugas sudah menyerah, juga marinir, mereka tidak punya mesin pompa besar yang cukup untuk menarik air sedalam itu. Esok mengusulkan agar mereka menyusun belasan pompa kecil secara parallel. Tidak ada yang mengerti penjelasan Esok , hingga dia menyusunnya dengan cermat, menghubungkan lima belas pompa air sedemikian rupa dan air berhasil di sedot".( Hal:66)

Pada kutipan di atas menunjukkan nilai kebijaksanaan Hal ini ditunjukkan oleh Esok yang mampu menyelesaikan masalah dengan tepat, ketika petugas dan Marinir sudah kehabisan akal untuk menyedot air bersih. Namun atas ide Esok masalah itu dapat diselesaikan dengan baik.

9. Menghargai Orang Lain

Menghargai orang lain adalah dimana kita mampu memahami orang tersebut. Peduli terhadap lingkungan, membantu orang lain,serta mampu melihat kelebihan orang lain dengan ikut merasa bangga dan mampu mengucapkan terima kasih.

"Astaga, Maryam. Kita tidak mau, tapi bukan berarti kita harus menolaknya. Ibu suri sudah berusaha mencarikan gaun terbaik bagi kita," Lail balas berbisik." Dia menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari , tidak pernah libur sekali pun, mengurus seluruh panti, mengurus kita yang susah diatur. Dia berusaha sesabar mungkin menghadapi semua penghuni panti. Bahkan memikirkan apa yang akan kita kenakan di acara itu".(Hal: 167)

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana menghargai orang lain, Hal ini ditunjukkan dengan sikap menghargai pemberian orang lain meskipun, mereka tidak menyukainya, Lail menghargai usaha ibu suri untuk mencarikan gaun untuknya dan Maryam, ia menjaga perasaan Ibu Suri dan menghargai pemberiannya. Lail menerima bahkan mengucapkan terima kasih meskipun tidak menyukai gaun pilihan Ibu Suri.

10.Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan sikap yang harus ia terima sebagai konsekuensi dari tindakan atau putusan yang telah diambil, ataupun melakukan atau mejalankan tugas yang telah dibebankan secara sadar dengan usaha.

"Tenda-tenda didirikan marinir di halaman rumah sakit dua jam setelah gempa. Pasukan militer itu mengagumkan. Mereka juga kehilangan keluarga, kerabat, dan rumah, tapi dari barak militer mereka menyebar ke seluruh kota, bekerja cekatan membantu apa saja sepanjang sore. Prioritas pertama adalah membantu rumah sakit.(hal; 42)

Kutipan di atas juga menggabarkan sikap tanggung jawab. Sebagai seorang marinir dan pasukan militer sudah menjadi tugas mereka membantu masyarakat, melindungi masyarakat, terutama ketika terjadi bencana alam yang terjadi, mereka bekerja keras membantu mendirikan tenda dan membantu hal-hal lainnya sebagai wujud tanggung jawabnya, meskipun ia juga kehilangan keluarga dan tempat tinggal ia tetap bekerja membantu membangun tenda dan apa saja yang bisa mereka lakukan.

B. Pembahasan

Hasil dari penelitian nilai-nilai sosial dalam novel Hujan karya Tere Liye adalah merujuk pada pendapat Djamaris (1993:49) nilai sosial terdiri atas "kasih sayang, maaf-memaafkan, kepatuhan, kesopanan, musyawarah, gotong royong, rasa kemanusiaan, kebijaksanaan, menghargai orang lain, dan tanggung jawab." Nilai sosial tersebut berjumlah sepuluh nilai. Temuan nilai sosial dalam novel Hujan karya Tere Liye yang diteliti ini juga memuat keseluruhan nilai tersebut, dan nilai sosial yang paling dominan adalah nilai kasih sayang. Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye ini muncul tidak lain karena adanya peristiwa yang terjadi dengan berbagai kejadian yang dialami tokoh-tokohnya sehingga setiap prilaku tokoh mencerminkan nilai sosial.

Menurut Soekanto (1982:55) nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia pada sebuah masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Berdasarkan pendapat di atas peneliti fokus meneliti nilai sosial yang dianggap baik, indah dan benar yang terdapat dalam novel yang akan diteliti. Penelitian ini tidak mengungkapkan nilai-nilai sosial yang dianggap buruk, tidak indah atau salah, dalam hal ini peneliti meneliti nilai-nilai positif sesuai dengan pendapat di atas.

C. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh dan penokohan/perwatakan dalam novel Hujan karya Tere Liye adalah sebagai tokoh utama dalam novel ini adalah Lail. Tokoh Lail merupakan seorang gadis yang pintar, memiliki watak pemberani dan memilki jiwa sosial yang tinggi. Tokoh pendamping adalah: Esok (Soke Bahtera). Tokoh Esok/ Soke Bahtera seorang ilmuan muda yang terkemuka dan sangat cerdas, bakatnya sudah terlihat ketika masih berusia tujuh belas tahun. Tokoh tambahan adalah Maryam, Ibu Lail, Ayah Lail, Ibu Esok, Wali kota, Istri wali Kota, Claudia, Elijah, Ibu Suri, Petugas.

Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel Hujan karya Tere Liye ditemukan 10 nilai sosial yaitu : 1) Kasih sayang, nilai kasih sayang dalam novel Hujan karya Tere Liye ini berupa kasih sayang terhadap anak, orang tua dan sahabat. 2) Maaf-memaafkan, nilai sosial maaf-memaafkan berupa mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf. 3) Kepatuhan, dalam novel ini berupa kepatuhan anak terhadap perintah orang tua, baik Ayah ataupun Ibu. Selain kepatuhan terhadap perintah orang tua, dalam penelitian ini juga mengungkapkan kepatuhan terhadap aturan. 4) Kesopanan/ keramahan, dalam novel ini berupa sopan-santun, tegur sapa, menjaga sikap terhadap orang lain, tatakrama yang baik, ramah dan mudah bergaul terhadap orang yang dikenal maupun baru dikenal. 5) Musyawarah,dalam novel ini terdapat nilai musyawarah berupa diskusi terhadap masalah yang dihadapi, mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain dan mengambil keputusan secara bersama-sama. 6)Gotongroyong, ditunjukkan dengan sikap saling membantu satu sama lain, tolong menolong, bekerja sama, bahu-membahu untuk dapat mencapai tujuan. 7) Rasa kemanusiaan, ditunjukkan dengan sikap simpati dan empati terhadap penderitaan orang lain. 8) Kebijaksanaan, ditunjukkan dengan sikap mampu mempertimbangkan baik buruk sebuah keputusan serta menyelesaikan permasalahan dengan bijak dan mengambil pelajaran hidup dari sebuah kejadian. 9) Menghargai oranglain, ditunjukkan dengan sikap mampu melihat kelebihan orang lain dengan memberikan pujian, pengertian terhadap kondisi orang lain, menjaga sikap agar tidak menyakiti dan mempermalukan orang lain,10) Tanggung jawab, berupa tanggung jawab terhadap tugas yang telah dibebankan, serta menerima konsekuensi atas perbuatan yang telah dilakukan. Nilai sosial yang dominan dalam penelitian ini adalah nilai kasih sayang, baik kasih sayang terhadap orang tua, sahabat, bahkan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun