Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Susahnya Meyakinkan Masyarakat Menggunakan Transportasi Umum

5 Desember 2023   12:34 Diperbarui: 7 Desember 2023   16:19 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan sudah menjadi permasalahan umum yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Mobil, motor, hingga kendaraan berat seperti truk membanjiri jalan-jalan yang membuat kemacetan semakin parah. Imbas kemacetan yang terjadi waktu tempuh menjadi lebih lama yang sangat membuang waktu dan uang bensin. 

Tidak hanya itu kemacetan juga berimbas dengan munculnya polusi udara dan suara karena mayoritas kendaraan di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil yang mencemari lingkungan. 

Meski sudah mulai muncul kendaraan listrik yang disebut sebagai solusi, tetapi sebagian orang menganggap selama pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan batu bara maka kendaraan listrik tidak membuat polusi udara makin berkurang.

Pemerintah pusat dan daerah sebenarnya sudah mencoba menanggulangi kemacetan dengan pengadaan transportasi umum seperti bus kota, kereta, angkot, dan lain sebagainya. Namun data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020 sebanyak 51,24% pekerja komuter Indonesia masih menggunakan kendaraan pribadi untuk, sedangkan sisanya menggunakan kendaraan umum.  

Alasan Menggunakan Kendaraan Pribadi

Terdapat banyak alasan masyarakat di Indonesia masih memilih kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum. 

Pertama, dari waktu tempuh. Tranportasi umum masih dianggap oleh masyarakat justru membuat waktu tempu menjadi lebih lama. Itu bisa terjadi disebabkan oleh jadwal yang tidak pasti dan rute yang belum banyak yang mengharuskan pengguna harus melakukan transit untuk ingin ke tujuan yang diinginkan.  

Alasan kedua ekonomis, kendaraan pribadi masih murah dibandingkan transportasi umum, ini bisa terjadi karena bensin di Indonesia masih disubsidi pemerintah dan transportasi umum yang mengharuskan transit atau berpindah jenis transportasi dikenakan biaya baru yang justru membuat transportasi umum menjadi lebih mahal.

Ketiga segi kenyamanan dan keamanan, sudah menjadi permasalahan lama bahwa transportasi umum menjadi tempat rawan kejahatan seperti pencopetan, dan pelecehan seksual. Lalu transportasi umum seperti bus atau kereta yang padat mengharuskan para penumpang harus berdesak-desakkan yang meningkatkan angka kejahatan.  

Dan keempat adanya gengsi. Masyarakat Indonesia masih beranggapan memiliki kendaraan pribadi menunjukkan tingkat kemapanan seseorang sehingga dengan menggunakan kendaraan pribadi untuk memperlihatkan kalau mereka sudah mapan.

Solusi yang bisa dilakukan

Dari alasan diatas ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi hal-hal tersebut. 

Cara-cara yang dapat dilakukan pertama, subsidi kendaraan umum yang sebenarnya sudah dilakukan oleh transportasi umum di Jakarta, tetapi didaerah lain masih minim melakukan subsidi dengan alasan kekuarangan anggaran. 

Pemerintah pusat sebernya bisa melakukan subsidi transportasi dibandingkan melakukan subsidi membeli kendaraan listrik yang dikritik banyak kalangan.  

Kedua, langkah yang bisa dilakukan pemerintah yaitu mempersulit membeli kendaraan pribadi. Kebijakan ini tentu akan ditentang banyak orang dan terkesan merupakan kebijakan tidak populis bagi para politisi di Indonesia. Namun kebijakan ini bisa efektif mengurangi kemacetan di kota-kota besar di Indonesia karena bisa mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya.

Apalagi zaman sekarang masyarakat membeli kendaraan seperti motor atau mobil bisa mengajukan kredit yang membuat orang hanya perlu membayat uang muka diawal dan bisa mencicil untuk membeli kendaraan pribadi. 

Tidak hanya pemberitan kredit banyak pengamat yang berpendapat maraknya pengguna kendaraan pribadi tidak terlepas dari muncul mobil LCGC (low cost green car) yaitu mobil yang diklaim ramah lingkungan dan harganya jauh lebih murah daripada mobil pada umumnya.  

Lalu solusi ketiga yang dapat dilakukan ialah Integrasi layanan, integrasi bukannya menghubungkan antar layanan transportasi umum sebagaimana yang tengah dilakukan di Jakarta. Namun juga perlu integrasi tarif yang dimaksudkan jika masyarakat beralih antar transportasi umum dikenakan tarif khusus yang lebih murah dengan demikian pengguna tidak dibebani dengan tarif yang besar karena beralih transportasi publik.

Kemudian solusi lain yaitu peningkatan layanan, bisa dilakukan dengan membuat aplikasi tentang jadwal setiap transportasi publik beserta posisi kendaraan di jalan, tidak seperti sekarang yang aplikasi terpisah-pisah sesuai jenis transportasi yang digunakan. 

Lalu bisa dengan penambahan kamera pengawas (cctv) di transportasi publik untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan terjadi. Dan peningkatan layanan dengan memperbaiki fasilitas-fasilitas di halte atau stasiun yang rusak dan di rawat (maintenance) dengan baik dikemudian hari untuk meningkatkan kenyamanan para pengguna.

Tidak mungkin kendaraan umum lebih nyaman daripada kendaraan pribadi

Tapi satu hal yang pasti mau sebagaimana pemerintah memperbaiki berbagai permasalahan di tranportasi publik tidak akan membuat itu lebih nyaman daripada kendaraan pribadi. Mungkin transportasi umum bisa dibuat lebih murah dan lebih cepat dibandingkan kendaraan pribadi. 

Tetapi menurut penulis membuat transportasi publik lebih nyaman daripada kendaraan pribadi merupakan suatu hal yang mustahil. Mengapa? Karena jika kita menggunakan kendaraan pribadi akan secara otomatis kita bisa sepenuhnya berlaku "seenaknya" disana seperti mendengarkan musik, berbicara dengan teman dengan suara keras, ataupun bisa duduk dengan mudah.

Hal-hal itu sulit dilakukan di transportasi umum yang merupakan ruang publik yang bisa mengganggu orang lain jika kita berisik karena berbicara atau mendengarkan lagi tanpa headset. Belum lagi untuk duduk bagi banyak orang harus mengalah dengan orang prioritas (ibu hamil, lansia, disabilitas, dan orang tua membawa anak kecil) yang tak jarang banyak orang yang antipati dengan pura-pura tidur supaya bisa duduk dan membiarkan orang-orang yang merupakan prioritas justru harus berdiri di transportasi umum yang tentu akan membuat ketidaknyamanan.

Itu juga berlaku pada transportasi publik di negara-negara maju yang memiliki transportasi yang sudah baik seperti Singapura atau di Eropa. Kebanyakan mereka naik transportasi umum karena alasan lebih murah dan kepemilikan kendaraan pribadi yang sulit disana. Tetapi jika meraka tergolong kalangan atas tentu akan menggunakan kendaraan pribadi karena tidak bermasalah dengan uang yang dikeluarkan dan lebih mengutamakan kenyamanan yang didapat.  

Sebenarnya masih banyak solusi lain yang bisa dilakukan untuk mendorong orang-orang beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

Bagi pembaca yang memiliki ide atau gagasan lain maupun ingin mengkritik ide yang disampaikan oleh penulis dalam artikel ini dapat dilakukan di kolom komentar untuk bisa saling bertukar pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun