Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sejarah PKB: Partai Kaum NU

22 November 2023   12:30 Diperbarui: 22 November 2023   12:44 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Umum (pemilu) 2024 sudah didepan mata. Pemberitaan mengenai politik pun sudah menjadi banyak pemberitaan satu tahun terakhir ini terutama mengenai pemilihan presiden (pilpres). Namun banyak orang yang belum tau, pemilu pada 14 Februari 2024 nanti tidak hanya diadakan pilpres, tetapi juga pemilihan legislatif (pileg) untuk menentukan anggota DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Oleh karena itu masyarakat disamping mempelajari capres-cawapres yang akan dipilih, tetapi juga harus mengenal partai-partai politik serta calon anggota legislatif (Caleg yang akan merebutkan kursi di pemerintahan pusat dan daerah. 

salah satu partai politik yang bersaing pada pileg tahun depan ialah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB sekarang ini diketuai oleh Muhaimin Iskandar atau biasa yang dikenal Cak Imin yang merupakan cawapres dari Anies Baswedan. Pada pileg tahun depan PKB mendapatkan nomor urut 1. Partai ini terkenal dengan basis pendukungnya yang merupakan kaum Nahdliyin (bagian dari Nahdlatul Ulama) yang memiliki basis di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Latar Belakang Berdiri

Partai ini berdiri pasca Presiden Soeharto turun dari kursi kepresidenan pada 1998. Ide pembentukan partai ini datang dari masyarakat yang merasa bagian dari Nahdlatul Ulama (NU) yang mengusulkan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk membentuk partai politik. Pada awalnya PBNU berhati-hati dalam menanggapi berbagai usulan tersebut, karena berpegang teguh pada hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis. 

Namun itu tidak serta merta diterima oleh warga NU yang akhirnya sempat didirikan partai politik yang didirkan oleh warga NU seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon. Melihat hal itu,PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998. Forum ini menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. 

Tim Lima diketuai oleh KH Ma`ruf Amin (Rais Suriyah/Kordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr KH Said Aqil Siroj (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU).

Selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU). anggota tim asistensi terdiri dari H Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma`ruf, H Abdul Azi, H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi poitik warga NU.

Tim Lima dan Tim Asistensi pada 26-28 Juni 1998 melakukan konsiyering di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan partai politik. hasil dari pertemuan itu adalah lima rancangan yang terdiri atas pokok-pokok pikiran NU tentang reformasi politik, Mabda` Siyasi, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART dan Naskah Deklarasi. 

PKB pada akhirnya dideklarasikan menjadi partai politik pada 23 Juli 1998 di Jakarta. Deklarasi ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting NU yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri serta KH A. Muchith Muzadi. 

Visi Misi

Sebagai sebuah Partai Politik, PKB tentu saja memiliki visi dan misi didalamnnya. dilansir dari pkb.id, berikut adalah visi dan misi PKB.

Visi:

  1. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
  2. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin, material dan spiritual;
  3. Mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, terbuka, bersih dan berakhlakul karimah.

Misi:

  1. Bidang Ekonomi: menegakkan dan mengembangkan kehidupan ekonomi kerakyatan yang adil dan demokratis;
  2. Bidang Hukum: berusaha menegakkan dan mengembangkan negara hukum yang beradab, mampu mengayomi seluruh rakyat, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, dan berkeadilan sosial;
  3. Bidang Sosial Budaya: berusaha membangun budaya yang maju dan modern dengan tetap memelihara jatidiri bangsa yang baik demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa;
  4. Bidang Pendidikan: berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak mulia, mandiri, terampil, profesional dan kritis terhadap lingkungan sosial di sekitarnya, mengusahakan terwujudnya sistem pendidikan nasional yang berorientasi kerakyatan, murah dan berkesinambungan;
  5. Bidang Pertahanan: membangun kesadaran setiap warga negara terhadap kewajiban untuk turut serta dalam usaha pertahanan negara; mendorong terwujudnya swabela masyarakat terhadap perlakuan-perlakuan yang menimbulkan rasa tidak aman, baik yang datang dari pribadi-pribadi maupun institusi tertentu dalam masyarakat.

Kiprah di Pemilu

PKB yang didirikan pada 1998 tercatat selalu mengikuti pemilu dan selalu sukses lolos ke parlemen. Perolehan suara PKB di Pileg mengalami fluktuasi. Pada periode 1999-2004 PKB berhasil menjadi 3 besar di Parlemen. Bahkan berhasil menjadikan Gus Dur sebagai Presiden keempat Indonesia mengalahkan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menjadi partai pemenang pemilu 1999. Kejayaan itu tidak berlangsung lama. Pasca terjadinya perselisihan di elit-elit PKB pada 2000an awal yang membuat keluarga Gus Dur memutuskan keluar dari PKB sempat membuat penurunan suara yang signifikan bagi PKB. Baru pada pemilu 2014, suara PKB mulai mengalami kenaikan dan mampu menjadi lima besar di parlemen. Ini juga dialami pada kursi PKB di DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, meski bukan merupakan partai lima besar, tetapi jumlah kursi yang didapatkan PKB cenderung meningkat dari tahun 2014 ke 2019. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dari uraian dibawah.

DPR RI

Tahun             Suara (%)                    Kursi (%)             Peringkat

1999       13.321.837 (12.62%)          51 (11.04%)                3

2004      11.989.564 (10.56%)         52 (9.45%)                3

2009       5.146.302 (4.95%)            28 (5%)                       7  

2014        11.292.151 (9.04%)           47 (8.39%)                 5                       

2019        13.570.097 (9.69%)         58 (10.1%)                  4

DPRD Provinsi

Tahun               Kursi                       Peringkat

2014              143 (6.77%)                     7 

2019              180 (8.06%)                    7 

DPRD Kabupaten/Kota

Tahun            Kursi                   Peringkat

2014        1308 (7.71%)                   6

2019        1553 (8.95%)                  6

Perselisihan Gus Dur dan Cak Imin

perselisihan antara dua tokoh besar di PKB ini selalu menjadi isu yang datang setiap pemilu akan dilaksanakan. Isu ini kembali menguat saat Cak Imin dideklarasikan sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Perselisihan antara Gus Dur dan Cak Imin mulai ada pada Maret 2008 atau setahun sebelum pemilu 2009. 

Diawali dengan diberhentikannya Cak Imin sebagai Ketum PKB melalui rapat gabungan Dewan Syura dan Dewan Tanfidz pada 26 Maret 2008, di Jakarta. In terjadi lantaran muncul isu Cak Imin ingin menggusur Gus Dur dengan mengagas Muktamar Luar Biasa (MLB). Namun Cak Imin membantah hal itu. 

Gus Dur sendiri tidak mau mengungkapkan kepada media alasan pencopotan Cak Imin karena merupakan urusan internal partai. Sedangkan Cak Imin yang tidak terima, menggugat Dewan Syura DPP PKB dan Dewan Tanfidz DPP PKB ke pengadilan. Gugatan itu akhirnya dikabulkan pengadilan yang berarti Cak Imin tetap menjadi Ketum PKB. 

perselisihan kian memuncak saat Cak Imin mengganti Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dari Saifullah Yusuf menjadi Lukman Edy. Tindakan Cak Imin itu dianggap sebagai langkah sepihak oleh Gus Dur. Lukman Edy kemudian diberhentikan dari jabatannya sebagai Sekjen DPP PKB dalam rapat pleno DPP PKB. posisinya digantikan oleh Yenny Wahid.

Konflik kian memuncak saat kubu Gus Dur dan Cak Imin sama-sama menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB. Kubu Gus Dur menggelar MLB pada 30 April-1 Mei 2008 di Pondok Pesantren Al Asshriyyah, Parung, Bogor. Hasilnya, Gus Dur menjabar sebagai Ketua Dewan Syuro DPP PKB. Ketum dijabat oleh Ali Masykur dan Sekjen DPP PKB dijabat oleh Yenny Wahid. 

sehari setelahnya, kubu Cak Imin juga mengadakan MLB mulai dari 2-4 Mei 2008, di Hotel Mercure Ancol, Jakarta. Hasil Muktama Ancol memutuskan Cak Imin sebagai Ketum PKB dan KH Aziz Mansyur sebagai Ketua Dewan Syuro, dan Lukman Edy kembali menjadi Sekjen.  

Cak Imin langsung mendaftarkan kepengurusan partainya ke Kemenkumham. Dan mendapatkan pengesahan melalui Keputusan Menteri No:M.HH-70-AH.11.01 Thn. 2008 tanggal 5 September 2008 tentang Susunan Kepengurusan DPP PKB periode 2008-2013. Keputusan itu digugat kubu PKB Gus Dur ke PTUN Jakarta, tetapi PTUN menolak gugatan tersebut.

konflik yang berlangsung dengan tahapan pemilu membuat kedua kubu sama-sama membuka pendaftaran caleg. Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada akhirnya hanya melanjutkan daftar caleg dari kubu Cak Imin. Lalu pada permohonan kasasi kubu Gus Dur di Mahkamah Agung (MA) ditolak pada 18 Juli 2008. MA memutuskan struktur kepengurusan PKB berdasarkan Muktama Semarang 2005 dengan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syuro dan Cak Imin sebagai Ketum DPP PKB.  

Akhirnya Gus Dur mengeluarkan Surat Instruksi sebagai Ketua Umum Dewan Syuro PKB kepada Ketum PKB (Cak Imin) bernomor 3750/DPP-01/IV/A.1/XI/2008 yang dibuat pada November 2008 lalu. Dalam surat itu Gus Dur melarang Cak Imin menggunakan foto, gaambar, dan suaranya dalam semua kegiatan yang dilakukan.
 

Tokoh-tokoh terkenal di PKB

Sebagai salah satu partai besar di Indonesia, PKB memiliki beberapa tokoh yang sangat dikenal oleh masyarakat luas. berikut beberapa diantaranya:

  • Muhaimin Iskandar (Politikus)
  • Yaqut Cholil Qoumas (Ketua GP Anshor)
  • Ida Fauziyah (Ketua Muslimat NU)
  • Saifullah Yusuf (Politikus)
  • Agus Suparmoto (Pengusaha)
  • Norman Kamaru (Penyanyi)
  • Tommy Kurniawan (Presenter)
  • Iyeth Bustami (Penyanyi)
  • Susno Duadji (Mantan Kabareskrim Polri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun