Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hubungan Malaka dengan Kerajaan-Kerajaan di Sekitarnya

4 Februari 2023   09:00 Diperbarui: 4 Februari 2023   09:03 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salahsatu Potongan Sulalatus Salatin. (Sumber: Wikipedia.org)

Malaka sudah merupakan salahsatu tempat penting dalam dalam perdagangan dan pelayaran dari dulu hingga sekarang. Hingga membuat daerah itu mengalami perkembangan yang cukup besar dibandingkan daerah lain di Kepulauan Nusantara. Kerajaan seperti Malaka, Pasai, Aceh, Johor pernah berdiri disekitar Kawasan ini dan saling berdiplomasi ataupun saling merebut pengaruh yang kuat secara ekonomi maupun militer disekitar kawasan Selat Malaka. Sebelum menjelaskan lebih lanjut alangkah baiknya pembaca mengetahui secara ringkas mengenai dua buku yang dijadikan rujukan utama dalam artikel ini yaitu Sulalatus Salatin dan Suma Oriental.

Sulalatus Salatin yang diartikan secara harfiah berarti Penurunan Segala Raja-raja atau juga dikenal dengan nama Sejarah Melayu merupakan kumpulan kisah-kisah tentang raja-raja Melayu beserta pemerintahan dan silsilah kerajaan yang ditulis dengan abjad Jawi. Buku ini memiliki berbagai versi penulisan dari oleh orang melayu yang memiliki posisi penting di kerajaan-kerajaan pada masanya hingga disunting berbagai tokoh bangsa barat yang dialih bahasa ke beberapa bahasa asing sehingga terdapat sedikit perbedaan dibeberapa kisahnya. Meski mengangkat kisah para raja dan ditulis langsung oleh para saksi peristiwa sejarah itu sendiri, namun buku ini sangat memerlukan kritik sumber, hal ini karena penulisan kisah dalam Sulalatus Salatin terkesan mengagung-agungkan para penguasa yang terlihat dari kalimat yang hiperbola dan tak jarang membawa tokoh-tokoh yang sangat tidak mungkin hidup pada masa tersebut dan berada di tanah Melayu seperi Iskandar Zulkarnain.

Tetapi tentu saja masih terdapat hal-hal yang benar dalam kisah-kisah didalamnya seperti sistem pemerintahan, silsilah keluarga, ataupun hubungan antara kerajaan-kerajaan Melayu pada masanya sehingga guna mendapat hasil yang lebih memuaskan penulis menggunakan sumber pendukung lain yang dimana penulis menggunakan buku karya Tome Pires yang berjudul Suma Oriental yang isinya menceritakan perjalanan pelayaran dia dari Timur Tengah hingga Cina yang dimana ia juga mengunjungi kepulauan Nusantara. Dan tentu saja buku ini sangat berbeda dengan Sulalatus Salatin yang dimana pada Sulalatus Salatin sangat memuji dan menghormati raja-raja Melayu, sebaliknya Tome Pires yang berasal dari Portugis sangat tidak menyukai orang-orang Muslim karena pada masa tersebut kerajaan-kerajaan Islam sedang berselisih dengan kerajaan-kerajaan Kristen sehingga tulisan-tulisannya mengenai kerajaan-kerajaan Islam banyak menjelek-jelekkan raja ataupun masyarakat yang ada disana bahkan dibandingkan kaum pagan (penyembah patung) Tome Pires cenderung lebih netral dalam penulisannya dibandingkan pada kaum muslim. Tetapi dalam tulisannya mengenai perekonomian dan perdagangan kerajaan-kerajaan kita dapat melihat informasi yang sangat mendetail mengenai komoditas dagang dan kurs tiap mata uang yang berlaku yang sangat berguna sebagai sumber sejarah.

Dengan begitu tentu akan sangat menarik menggunakan kedua sumber yang sangat bertolak belakang digunakan dalam satu tulisan yang sama yang dalam tulisan saya kali ini lebih memfokuskan pada hubungan kerajaan Malaka dengan kerajaan lain di sekitar Selat Malaka.

Malaka-Siak    

Setelah membaca beberapa kisah yang terdapat pada Sulalatus Salatin dan juga beberapa buku lain tentunya kita bisa melihat hubungan antara Malaka dengan Kerajaaan atau Kesultanan lain yang ada disekitarnya Seperti Siak, Kampar,dan Pasai. Yang pertama adalah Kerajaan Siak, kerajaan Siak berbatasan dengan Bengkalis (Purim) diselatannya dan Kampar disisi yang lain. Menurut catatan yang ditulis oleh Tome Pires Kerajaan Siak (Siac) ini menghasilkan emas, beras, madu, lilin, rotan, dan tanaman obat lignaloe, dan juga buah-buahan seperti anggur.

Menurut yang ada didalam Sulalatus Salatin, kerajaan Siak ini pernah ditaklukkan oleh Malaka. Ketika pada saat itu Malaka dipimpin oleh Sultan Mansur Syah. Alasan mengapa Malaka menyerang Siak ialah karena Raja Siak pada saat itu (Maharaja permaiswara) tidak mau tunduk kepada Malaka. Pertempuran itu pun berakhir dengan kemenagan dari Malaka setelah pemimpin Siak, Maharaja permaiswara, mati dalam pertempuran. Setelah menaklukkan Siak, Sultan Mansur pun sangat senang dan menghadiahkan panglimanya Seri Udani dan juga orang-orang yang berperan dalam penaklukkan Siak. Sementara itu anak Permaiswara, Megat Kuda, diangkat menjadi Siak dengan gelar Sultan Ibrahim dan dinikahkan dengan puteri baginda yang bernama Raja Mahadewi. Sedangkan Mangkubumi Siak pada saat dipimpin Maharaja Permaiswara, Tun Jana Pakibul, tetap menjabat sebagai mangkubumi di Kerajaan Siak. Sultan Ibrahin dengan anak Sultan Mansur Syah dikarunia seorang anak laki-laki yang bernama Raja Abdullah.

Dengan ditaklukkannya Siak oleh Malaka membuat Siak membayar upeti kepada Malaka sebagai perlindungan keamanan. Dan menurut catatan Tome Pires, Siak menjadi negeri yang sangat patuh kepada Raja Malaka. Siak sendiri hidup dengan mengandalkan pertaniannya daripada perdagangan seperti kerajaan-kerajaan di Sumatera dan semananjung yang lain. Orang-orang Siak pun juga ada yang datang ke Malaka biasanya untuk membeli kain begitu pula orang Malaka pergi ke Siak untuk melakukan perdagangan.

Malaka-Kampar

Kemudian ada Negeri Kampar, hubungan negeri ini dengan Malaka bisa dibilang hampir sama dengan Siak. Menurut kisah yang ada pada Sulalatus Salatin, Kampar yang dipimpin oleh Maharaja Jaya yang berasal dari Minangkabau. Sama seperti Siak, Raja Kampar ini tidak mau tunduk terhadap Malaka, sehingga Raja Malaka, Sultan Mansyur Syah, memerintahkan Seri Nara Diraja untuk menyiapkan dan memimpin pasukan untuk menyerang Kampar. Perang pun berakhir dengan kemenangan Malaka, setelah Raja Kampar mati ditikam lembing oleh Seri Nara Diraja, dan panglima Kampar, Tun Demang, juga mati dipanah oleh Khoja baba salahsatu petinggi dari pasukan Malaka. Malaka pun mendapat harta rampasan hasil dari menguasai kampar dan juga mendapatkan gajah milik Maharaja Jaya. Dengan keberhasilan menaklukkan Kampar Seri Nara Diraja pun diberi hadiah oleh Sultan Mansyur Syah atas jasanya itu dan mengangkat Seri Nara Diraja sebagai Adipati pertama di Kampar.

Kampar sendiri pada saat Tome Pires berada disana merupakan kerajaan yang berbatasan dengan Siak dan Campom disisi lain. Didepan Negeri itu juga terdapat Kepualaun Karimun (Carjmom), Celaguy guy dan Kundur (Sabam). Negeri Kampar sendiri merupakan negeri yang gersang dan hanya memberikan sedikit hasil bumi. Namun Kampar tentu memiliki hasil dagang seperti tanaman obat lignaloe,  Emas, Pitch, lilin, dan madu. Dalam hal bahan makanan Kampar merupakan daerah penghasil beras, daging, anggur tampoes. Raja Kampar juga membayar upeti kepada Malaka berupa 4 kati emas, yang nilainya sama dengan 6 conto dan 25 cruzado.

Malaka-Pasai

Kemudian ada Kerajaan Pasai, Pasai sendiri dalam sering muncul dalam kisah-kisah yang ada didalam Sulalatus Salatin, dari berbagai macam Kisah tersebut Pasai memiliki hubungan diplomasi yang cukup baik dengan Malaka, namun terkadang mereka suka terlibat dalam persaingan dagang. Namun bukan dengan adanya hubungan yang baik ini Malaka tidak pernah menyerang Pasai. Menurut salahsatu kisah dalam Sulalatus Salatin Malaka pernah melakukan serangan ke Kerajaan Pasai. Namun alasan penyerangan ini berrbeda seperti Malaka menyerang Siak dan Kampar. Alasan Malaka menyerang Pasai ialah karena Sultan Pasai pada saat itu, Sultan Zainal Abidin, kekusaannya direbut oleh adiknya yang membuat ia pergi ke Malaka dan meminta pertolongan kepada Sultan Mansyur Syah. Sultan Mansyur Syah pun akhirnya mendukung Sultan Zainal Abidin dan menyuruh para bawahannya mengiringi Sultan Zainal Abidin ke Pasai. Pada awalnya Pasukan Malaka mengalami kekalahan di Pasai akibat jumlahnya lebih sedikit daripada Pasukan Pasai. Diceirtakan dalam Sulalatus Salatin, Pasukan Malaka mengalami kekalahan sampai lima kali, baru pada penyerangan selanjutnya pasukan Malaka berhasil memenangkan pertempuran. Kemenangan ini membuat Sultan Zainal Abidin pun kembali menjadi Raja di Pasai.

Ketika Tome Pires datang ke Pasai, Kerajaan in berada pada kondisi yang makmur dan kaya. Mengingat pesaingnya Malaka ditaklukkan oleh Portugis dan kerajaan Pedir sedang mengalami peperangan. Dengan jatuhnya Malaka kepada Portugis membuat Pasai dipadati oleh pedagang-pedangang Muslim (Moor) dan keling. Seperti para pedangang yang berasal dari Bengal, Rum, Turki, Arab, Persia, Gujarat, Keling, Melayu, Jawa, dan Siam. Sebagian penduduknya pun merupakan keturunan dari Bengal. Jumlah penduduk dipasai sendiri diperkirakan pada saat itu kurang lebih 20.000 jiwa. Yang dalam Suma Oriental Pires mengatakan bahwa kerajaan Pasai ini dipimpin oleh seorang muslim setelah para pedagang Moor melakukan hal licik kepada raja Pagan yang menguasai Pasai pada 160 tahun sebelum Pires datang ke Pasai.

Wilayah Pasai sendiri menghasilkan 8.000-10.000 bahar merica setiap tahunnya. Dan juga menghasilkan Sutra dan Kemenyan. Para pedagang yang menggunakan Jung dan kapal di pasai mayoritas merupakan orang-orang Gujarat, Keling, Bengal, Pegu, Siam, Kedah, dan Beruas.

Dari penjalasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan Malaka dengan Kerajaan ataupun negeri disekitarnya dari penjelasan diatas ada Negeri Siak dan Kampar yang menjadi wilayah kekuasaan Malaka yang dimana rajanya harus membayar upeti ke Raja Malaka. Namun sebenarnya masih ada beberapa negeri lain disumatera yang merupakan daerah kekuasaan/taklukkan Malaka. Yang biasanya negeri taklukkan Malaka hanya dipimpin oleh seorang mandarin. Namun ada juga negeri yang bukan merupakan kerajaan taklukkan Malaka seperti Pasai dan Pedir. Hubungan kerajaan-kerajaan ini dengan Malaka pun bisa dibilang masih memiliki hubungan yang baik meskipun terkadang terlibat dalam persaingan perdagangan di Selat Malaka. 

Sumber:

Ahmad, A. S. (1979). Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu). Dewan Pustaka dan Bahasa .

Cortesao, A. (2018). Suma Oriental Karya Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina & Buku Francisco Rodrigues. (A. Perkasa, & A. Pramesti, Penerj.) Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun