Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Puan Maharani Menjadi Capres Tahun Ini atau Tidak Sama Sekali

9 Januari 2023   10:00 Diperbarui: 9 Januari 2023   10:18 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua DPR sekaligus anak dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Puan Maharani, tengah menjadi sorotan beberapa bulan terakhir. Dimulai dari perilakunya di DPR hingga potensi menjadi calon presiden (Capres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 mewakili PDIP.

Potensi ia menjadi Capres terbilang masih terbuka lebar di kalangan elit PDIP yang banyak mendukungnya meski berbeda dengan beberapa dengan para pemilih PDIP yang lebih menginginkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang dianggap lebih mumpuni daripada Puan.

Adanya dualisme terkait dukungan pencapresan PDIP ini membuat Ketua Umum (Ketum) Megawati Soekarnoputri sampai mengeluarkan pernyataan pada Rapat Kerja Nasional (Rakenas) II PDIP tahun 2022. 

Dalam pernyataannya Megawati mempersilahkan siapapun kader yang bermanuver, bermain dua kaki untuk keluar dari PDIP, dan juga mengingatkan para kadernya untuk menghargai menunggu keputusan Ketum mengenai calon presiden-calon wakil presiden (Capres-Cawapres) karena merupakan hak prerogatif Ketum PDIP untuk menentukan Capres-Cawapres yang akan di usung oleh partai berlogo banteng tersebut.

Dewan Kolonal vs Dewan Kopral, dan Pernyataan Ganjar

Omongan Ketum Megawati tersebut seakan tidak didengar oleh beberapa kader partai tersebut, setelah beberapa minggu muncul Dewan Kolonel dan Dewan Kopral, dimana dewan kolonel bertujuan untuk menjadikan Puan Maharani menjadi Capres dari PDIP dan diisi oleh kader-kader PDIP yang berada di Senayan atau para anggota DPR dari fraksi PDIP. 

Sedangkan Dewan Kopral dibuat oleh ketua relawan Ganjar Pranowo (GP) Mania, Immanuel Ebenezer. Dewan kopral dibuat sebagai balasan dengan adanya Dewan Kolonel buatan para kader PDIP di DPR.    

Imbas dari pembentukan dewan ini pun mendapat teguran oleh PDIP terutama pada Dewan Kolonel yang dibentuk oleh kader PDIP sendiri dan mendapat sanksi dari internal partai karena dianggap melanggar AD/ART partai.

Belum berhenti sampai disitu sebulan setelah adanya dewan kolonel dan dewan kopral, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo secara mengejutkan dalam sebuah wawancara dengan salahsatu TV swasta menyatakan dirinya siap mencalonkan diri menjadi presiden. 

Sontak pernyataan tersebut mendapat respon positif dari pendukung Ganjar, namun mendapat respon negatif dari PDIP yang membuat Ganjar menerima sanksi dari internal PDIP buntut pernyataan tersebut karena dianggap mendahului keputusan Megawati selaku Ketum PDIP yang memiliki wewenang menetuka capres yang akan diusung oleh PDIP.

Peluang Puan menjadi Capres

Jika kita coba melihat peluang Puan menjadi Capres PDIP bukan hanya untuk Pilpres 2024 tetapi Pilpres-Pilpres selanjutnya bisa dibilang ini bisa menjadi peluang pertama dan terakhirnya untuk bisa bersaing dalam kontestasi Pilpres. 

Melihat umur Puan Maharani pada 2024 akan berusia 51 tahun, maka jika ia melepaskan kesempatan tahun depan kepada Ganjar dan Ganjar menang itu berarti ia kemungkinan baru bisa mencalonkan lagi pada usia 61 tahun dengan adanya potensi tokoh-tokoh baru yang akan muncul, yang tentu saja akan merugikan Puan bila baru menjadi Capres pada tahun 2029.

Namun seumpama Ganjar gagal pada 2024 dan PDIP coba memajukan Puan pada 2029 maka tantangan yang terbesar ialah melawan kandidat petahana, mengingat sejak era presiden dipilih langsung oleh rakyat di Indonesia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo mampu memenangkan Pilpres kedua mereka yang cenderung lebih mudah dibandingkan pada saat pertama kali dicalonkan. 

Tentu saja Puan dan para elit PDIP yang mendukung melihat potensi itu dan berusaha mencalonkan menjadi Capres pada 2024 karena bisa dibilang jika Puan tidak menjadi Capres sekarang kemungkinan besar ia tidak akan pernah menjadi Capres sama sekali melihat kedua pertimbangan diatas.

Hal yang mungkin terjadi dalam karir politik selanjutnya bagi Puan jika tidak menjadi Capres yaitu menjadi Ketua Umum PDIP menggantikan ibu Megawati untuk meneruskan trah Soekarno pada PDIP. Dan Puan tampaknya akan memiliki karir politik seperi Ketum partai Nasional Demokrat (NasDem), Surya Paloh, yang hanya menjadi Ketum partai dan kingmaker dalam penentuan pencapresan tanpa memiliki keinginan untuk menjadi Presiden.  

Tetapi itu semua tentu hanya hipotesis penulis dan apapun masih bisa terjadi dalam perpolitikan Indonesia yang sangat cair dan cenderung sangat pragmatis. Sedangkan  perihal calon yang akan diusung PDIP yang pasti akan diumumkan pada tahun ini juga akan dinantikan oleh semua orang terkhususnya para actor politik karena siapapun Capres yang akan diusung oleh PDIP pasti akan memberikan dampak yang sangat besar dalam dinamika pencapresan dan peta koalisi untuk Pilpres mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun