Namun seperti yang kita lihat ketika Jokowi berhasil mempertahankan posisinya sebagai Presiden Indonesia NasDem sebagai partai pengusung pertama Jokowi mendapatkan kursi menteri yang hampir sama yang didapatkan partai Gerindra yang notabene merupakan pesaing mereka di Pilpres yang lalu dan bahkan ketua umumnya Prabowo Subianto yang dalam kampanye-nya juga sering menjelek-jelekkan pemerintahan Jokowi turut mendapatkan kursi menteri yang tentu saja hal ini mengejutkan banyak pihak sekaligus timbul rasa kecewa dari pada pendukung loyal Jokowi seperti NasDem.
Mungkin saja dari pengalaman mengusung Jokowi yang merupakan kader partai lain, NasDem mencoba untuk mencari calon dari kalangan non-partai atau independent sehingga secara logika partai ini bisa mendapatkan posisi strategis jika tokoh yang ia usung menang dalam Pilpres.
Partai NasDem tentu saja sudah memikirkan semua hal diatas tergantung keberhasilan mereka tetapi yang sekarang terjadi NasDem cenderung mencoba mem-branding sosok Anies Baswedan di media yang mereka miliki dan tetap mendukung pemerintahan Presiden Jokowi sehingga terkesan NasDem bermain dengan "dua kaki".Â
Tentu saja hal ini merupakan sebuah "perjudian" yang besar oleh NasDem, jika ia berhasil membuat Anies Baswedan menjadi presiden partai ini bisa mendapatkan kekuasaan yang lebih besar dan mendapat suara yang jauh lebih besar dalam pemilihan legislatif (Pileg) yang dilaksanakan bersamaan dengan Pilpres. Namun jika Anies gagal menjadi presiden selain gagal merebut kekuasaan, NasDem juga berpotensi menjadi partai oposisi dan juga menjadi penghalang mereka dalam kontestasi pemilu berikutnya. Â