Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Depopulasi, Kerugian atau Keuntungan?

26 November 2022   16:30 Diperbarui: 29 November 2022   13:26 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Gerd Altmann/Pixabay

Pada pemberitaan minggu lalu sempat ramai perihal pengumuman dari PBB perihal jumlah populasi manusia di dunia diproyeksikan sudah mencapai angka 8 miliar orang.

Ini akan terus bertambah menjadi lebih dari 9 miliar orang pada tahun 2050 dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2080 dengan perkiraan populasi sebesar 10,4 miliar orang didunia.

Kendati demikian dilansir dari Kompas.tv angka pertumbuhan penduduk dunia sendiri tengah mencapai angka terendahnya sejak 1950 dengan mulai banyaknya negara-negara yang mengalami tingkat kesuburan yang rendah.

Meski sedikit juga negara-negara (terutama di benua Afrika) yang akan mengalami ledakan pendudukan dimasa yang akan datang sehingga jumlah populasi manusia tetap terus akan bertambah selama beberapa dekade kedepan.

Melihat rendahnya angka pertumbuhan penduduk dunia tersebut mengingatkan saya akan buku karya Jared Diamond yang berjudul "Upheaval" yang mana dalam salahsatu pembahasan mengenai Jepang.

Penulis berargumen, bahwa berkurangnya populasi penduduk Jepang yang terjadi sekarang ini bukan merupakan suatu kerugian yang dialami Jepang melainkan sebuah keuntungan karena membuat penggunaan sumber daya alam (SDA) dan impor untuk konsumsi dalam negeri menjadi berkurang.

Dan juga Jared Diamond menganggap masalah yang lebih genting yang dihadapi Jepang ialah populasi Jepang yang menua yang disebabkan.

Selain dari rendahnya angka kelahiran juga usia harapan hidup di Jepang yang tinggi yang membuat komposisi penduduk Jepang diatas usia 65 hampir seperempat dari total populasi Jepang (23%) yang diperkirakaan pada tahun 2050 akan menjadi 40% dari total populasi.  

Hal ini buruk karena orang tua memiliki daya tahan tubuh yang jauh lebih rendah daripada remaja atau orang-orang yang jauh lebih mudah sehingga sering memerlukan perawatan atau berobat ke rumah sakit .

Itu akan bisa sangat memberatkan sistem perawatan nasional dan juga dengan banyaknya penduduk manula otomatis jumla pensiunan akan bertambah dan akan semakin memberatkan beban pengeluaran pemerintah Jepang karena jumlah orang yang bekerja justru berkurang.

Ilustrasi: Gerd Altmann/Pixabay
Ilustrasi: Gerd Altmann/Pixabay

Terlepas dari pendapat Jared Diamond di atas menurut saya sendiri ada beberapa faktor yang membuat berkurangnya penduduk (depopulasi) menjadi hal yang baik bagi suatu negara sebagai berikut;

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya komposisi penduduk merupakan hal penting untuk stabilitas suatu negara. 

Contohnya yang terjadi pada Jepang jika komposisi penduduk usai tua jauh lebih banyak daripada penduduk usia muda akan membuat negara menjadi rentan terhadap kemunduran ekonomi.

Karena itu, bertambahnya beban untuk jaminan sosial sedangkan pendapatan dari pajak konsumsi dan produktivitas masyarakat terus menurun.

Selain itu komposisi penduduk juga turut memengaruhi daya beli masyarakat dalam negeri karena bagaimanapun jika negara lebih bergantung pada ekspor atau pada masyarakat mancanegara (pariwisata) akan menjadi rawan krisis ekonomi.

Jika terjadi peristiwa yang merugikan suatu negara target pemasaran (bencana alam, gejolak politik, dll). 

Kita bisa melihat dari adanya Pandemi COVID-19 yang baru-baru ini, terlihat negara-negara seperti Singapura dan Maladewa yang sangat tergantung terhadap perdagangan internasional dan turis-turis mancanegara.

Itu sangat berdampak akibat pandemic dibandingkan dengan Indonesia yang memang devisa Indonesia mayoritas masih berasal dari dalam negeri tetapi daerah-daerah wisata di Indonesia yaitu Bali yang terlihat sangat terdampak akibat Pandemi karena perekonomian daerah tersebut sangat tergantung dengan turis-turis mancanegara.

  • Modernisasi

Modernisasi juga merupakan salah satu faktor penentu apakah berkurangnya jumlah penduduk merupakan hal yang baik pada suatu negara. 

Modernisasi sedikit berbeda dengan industrialisasi yang selain meningkatkan perekonomian negara juga menambah lapangan kerja baru untuk masyarakat luas. 

Modernisasi yang diikuti dengan otomatisasi justru cenderung mengurangi jumlah lapangan kerja yang ada karena banyaknya peran manusia digantikan oleh mesin yang lebih efesien dan efektif dibandingkan mempekerjakan manusia.

Meski modernisasi juga membuka lapangan pekerjaan baru tetapi itu kurang sepadan dibandingkan jumlah pekerjaan yang hilang diakibat otomatisasi yang terjadi. 

Tentu saja jika hal ini akan merugikan negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak karena hanya akan menambah jumlah pengangguran dan meningkatkan angka kriminalitas.

Hal ini juga yang membuat beberapa pemerintahan terkesan mencoba untuk menunda modernisasi pada negaranya karena jumlah penduduk mereka yang cukup banyak yang tentu saja justru akan menambah permasalahan yang ad ajika modernisasi berlangsung sangat cepat dinegara tersebut.

Lain hal jika negara tersebut memiliki populasi yang sedikit seperti yang dialami Jepang yang dimana sudah menjadi hal lumrah banyak restoran di Jepang menggunakan robot sebagai pelayan maupun koki karena minimnya jumlah tenaga kerja di Jepang.

  • Perpindahan Penduduk (Imigrasi dan Emigrasi)

Perpindahan penduduk juga merupakan hal penting untuk mengukur jumlah ideal pertumbuhan penduduk. 

Jika melihat negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis memang angka kelahiran di negara tersebut mengalami penurunan seperti yang dialami oleh negara Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, dan Cina). 

Tetapi yang membuat komposisi penduduk mereka masih terlihat aman karena banyaknya imigran yang datang ke negara-negara mereka untuk mencari pekerjaan, kesejahteraan, atau kehidupan baru setelah di negara asal hal-hal tersebut tidak bisa mereka capai. 

Hal ini berbeda dengan negara-negara Asia Timur yang cenderung sangat membatasi jumlah imigran yang datang ke negara mereka dan banyak juga justru pindah kewarganegaraan yang pernah dialami Cina untuk terhindar dari hal-hal yang dianggap merugikan mereka.

Tetapi tentu saja bukan berarti imigrasi membawa dampak yang bagus karena dengan semakin heterogennya masyarakat membuat konflik-konflik sosial menjadi sering terjadi. 

Permasalahan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang terjadi di negara-negara banyaknya imigran sudah merupakan hal biasa. 

Dan juga tingkat kriminalitas juga semakin meningkat yang terlihat pada negara Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat yang dimana banyaknya imigran ini terkadang tidak memiliki tempat tinggal ataupun gagal bersaing untuk mendapatkan pekerjaan sehingga melakukan Tindakan melawan hukum untuk memenuhi kehidupannya.

Berbeda dengan negara-negara yang membatasi imigran datang yang masyarakatnya lebih homogen sehingga konflik-konflik sosial sangat kecil kemungkinan terjadi di masyarakat dan tingkat kriminalitas jauh lebih rendah.

Selain itu emigrasi juga merupakan faktor penentu dari idealnya jumlah penduduk, karena proyeksi pertumbuhan penduduk di masa depan akan dialami oleh negara-negara.

Perekonomian dan stabilitas negara masih sangat rendah dan masih tergolong negara berkembang yang selain usia harapan hidup yang masih rendah banyaknya penduduk yang melakukan emigrasi membuat jumlah penduduk negara tersebut tidak akan bertambah sebanding dengan angka kelahirannya.

Dan tentu saja jika angka kelahiran pendudukan negara tersebut rendah seperti negara-negara maju justru akan membuat eksistensi negara tersebut semakin terancam.

Karena, selain berkurangnya jumlah penduduk, perekonomian, dan fasilitas negara tersebut masih sangat kurang dan justru memerlukan banyak orang untuk menutupi berbagai kekurangan tersebut. 

  • Ketersediaan Sumber Daya Alam

Kemudian faktor terakhir ini perlu mengingat dunia yang sedang mengalami pemanasan global dan SDA yang tersedia tidak mampu menandingi jumlah penduduk yang terus bertambah. 

Mungkin banyaknya orang yang berargumen bahwa negara-negara seperti Singapura yang negara yang sangat minim SDA tetapi berhasil menjadi negara maju dibandingkan negara-negara tetangga. 

Tetapi perlu dilihat bahwa isu SDA menjadi persoalan serius di masa sekarang ini dimana mulai banyak negara-negara yang membatasi ekspor bahan pangan mereka karena ketidakpastian di masa depan dengan adanya perang Rusia-Ukraina dan juga kebutuhan didalam negeri yang masih kurang seperti yang dilakukan Indonesia dengan sawit.

Tentu saja penguasaan akan SDA menjadi semakin penting di masa yang akan datang dan hal itu disadari oleh Jared Diamond dalam tulisan jika jumlah penduduk berkurang otomatis konsumsi barang akan berkurang terutama barang-brang yang negara mengharuskan impor dari luar negeri. 

Tentu saja dengan begitu berkurangnya jumlah penduduk merupakan hal yang harus dipandang positif di masa keterbatasan SDA yang akan datang.

Setelah menguraikan faktor-faktor yang menentukan bagus atau tidaknya depopulasi penduduk suatu negara, terlihat bahwa depopulasi bukan merupakan suatu hal yang merugikan atau buruk seutuhanya karena di masa sekarang ini berkurangnya penduduk.

Apalagi di tengah krisis iklim dan modernisasi yang terus terjadi membuat keberadaan manusia tidak memerlukan jumlah yang besar dan justru memerlukan penyesuian mengikuti ketersedian SDA yang kian menipis.   

Sumber:

 kompas.tv/article (PBB).

Diamond, J. (2019). Upheaval: bagaiamana negara mengatasi krisis dan perubahan. Haz Algebra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun