Mundurnya Liz Truss setelah beberapa minggu menjabat menjadi Perdana Menteri Britania Raya menjadi pemberitaan hangat mengingat Boris Johnson yang merupakan Perdana Menteri Inggris sebelum Liz Truss berasal dari satu partai yang sama yaitu Partai Konservatif (Conservative Party) atau sering disebut Tory. Penggantinya Rishi Sunak yang merupakan keturunan India juga merupakan dari Partai yang sama dengan Liz Truss dan Boris Johnson yaitu partai Konservatif.
Dan tentu saja banyak orang-orang Indonesia sendiri mungkin masih asing mengenai partai Tory ini mengingat juga di Indonesia istilah konservatif jarang digunakan dalam perpolitikan di Indonesia. Dalam tulisan ini akan membahas secara ringkas mengenai Partai Konservatif di Inggris dari awal mula berdirinya hingga tokoh-tokoh yang pernah mengundurkan diri dari partai ini.Â
Awal Berdirinya Partai Konservatif Inggris
Didirikan oleh Robert Peel pada tahun 1830an yang dituangkan dalam Tamworth Manifesto (1834), menekankan reformasi pelanggaran yang tepat waktu, perlunya hukum dan ketertiban, sistem perpajakan yang teratur, dan pentingnya kepentingan tanah dan perdagangan dan industri. Nama Konservatif pertama kali digunakan sebagai penggambaran partai oleh John Wilson Croker menulis dalam Quarterly Review pada tahun 1830.
Partai Konservatif dalam perkembangannya direorganisasi oleh Benjamin Disraeli, perdana menteri selama beberapa bulan pada tahun 1868 dan dari tahun 1874 hingga 1880. Disraeli berperan dalam didirikannya Kantor Pusat Konservatif (Conservative Central Office), sebuah organisasi profesional yang pada tahun 1870, dan Persatuan Nasional (National Union) yang mampu mengumpulkan asosiasi-asosiasi sukarela lokal, memberi partai kesatuan dan kekuatan tambahan.
Pengalaman di Pemilihan Umum dan Posisi di Pemerintahan di Britania Raya
Sepajang sejarah keikutsertaan yang dihimpun oleh Wikipedia Partai Konservatif dalam Pemilu bisa dibilang gemilang. Sejak mereka ikut serta pertama kali pada tahun 1835 partai ini selalu berada di dua besar dengan jumlah suara selalu diatas 30% bersaing dengan Partai Buruh (Labour Party). Meski memiliki kursi yang besar di parlemen partai konservatif kerapkali berkoalisi untuk mengimbangi oposisi.
Sedangkan dalam posisi di pemerintahan Konservatif pernah menjadi oposisi beberapa kali yaitu ketika partai buruh yang memenangkan pemilu. Tercatat partai konservatif pernah menjadi oposisi pada pertengahan abad 19 yang berlangsung selama 30 tahun akibat pencabutan peraturan proteksionis yang dikenal sebagai Undang-Undang Jagung (Corn Law).
Partai Konservatif menguat pada tahun 1886 ketika bersekutu dengan Liberal Unionists, sebuah faksi dari Partai Liberal yang menentang kebijakan Home Rule di Irlandia yang diajukan oleh pemimpin Liberal William Ewart Gladstone. Dengan demikian diperkuat, Konservatif memegang jabatan untuk semua kecuali 3 dari 20 tahun berikutnya.
Kemudian memasuki abad ke-20 perpecahan atas kebijakan tarif menyebabkan mereka kalah dalam pemilihan 1906 dan mereka tidak mendapatkan kembali kekuasaan sampai mereka bergabung dengan koalisi masa perang dengan Liberal pada Mei 1915. Dalam pemilihan 1918, sebagian besar kandidat terpilih untuk mendukung koalisi adalah Konservatif.
Pada tahun 1922 backbenchers (anggota parlemen yang bukan ketua partai) Konservatif memaksa penarikan partai dari koalisi. Hal ini terjadi karena kebijakan Perdana Menteri David Lloyd George yang berasal dari Partai Liberal yang memperkenalkan beberapa reformasi intervensionis.
Kemudian Pemilihan bulan Desember 1923 yang membuat hasil mengejutkan dimana Partai Buruh berhasil memegang tampuk pemerintahan meskipun jabatan Perdana Menteri masih dipegang oleh Partai Konservatif (Stanley Baldwin) yang berhasil menyatukan kembali Partai Liberal. Partai Buruh berhasil meraih jumlah suara terbanyak dalam pemilu namun  Konservatif tetap menjadi partai tunggal terbesar dan mampu mendapatkan kembali kekuasaan. tahun berikutnya. Terlepas dari kembalinya kekuasaan ke Partai Buruh dalam periode yang singkat lainnya pada tahun 1929--31, Partai Konservatif mendominasi jabatan nasional hingga tahun 1945.
Setelah tahun 1945 meski Churchill memimpin negara itu menuju kemenangan dalam perang, ia gagal memimpin partainya sendiri menuju sukses dalam pemilihan pertama pascaperang pada tahun 1945. Kekalahan partai yang mengejutkan dapat dikaitkan dengan keinginan pemilih untuk reformasi sosial dan keamanan ekonomi, serta kecenderungan untuk menyalahkan Konservatif karena tidak melakukan cukup banyak pada tahun 1930-an untuk mengurangi pengangguran massal atau untuk menggagalkan aspirasi para diktator.
Partai kembali berkuasa pada tahun 1951 dan mempertahankan jabatannya sampai tahun 1964. Namun, pada awal 1960-an, kemerosotan ekonomi dan serangkaian skandal---salah satunya melibatkan perselingkuhan antara menteri perang dan seorang yang diduga mata-mata Soviet---melemahkan dukungan partai.
Dari tahun 1964 hingga 1979 Partai Konservatif memegang kekuasaan secara bergantian dengan Partai Buruh. Di bawah kepemimpinan perdana menteri Edward Heath (1970--74), partai tersebut menerapkan kebijakan yang dirancang untuk menderegulasi keuangan dan industri.
Namun pada pemilihan 1974 partai Konservatif kalah dari Partai Buruh dan Heath digantikan sebagai pemimpin partai oleh Margaret Thatcher, yang selama empat tahun sebagai pemimpin oposisi (1975-1979). Thatcher mampu memimpin partainya menuju kemenangan gemilang dalam pemilihan umum tahun 1983 dan 1987, sebagian karena dia kepemimpinan yang menentukan dalam Perang Kepulauan Falkland (1982) dan perpecahan mendalam di pihak oposisi.
Memasuki tahun 1990an ditengah resesi ekonomi yang berkepanjangan, konflik internal partai mengenai masalah integrasi Eropa, dan peringkat jajak pendapat yang sangat rendah, ditambah dengan Partai Buruh yang padu dibawah Tony Blair membuat konservatif mengalami kekalahan dalam pemilu 1997 dan kehilangan setengah kursi di parlemen.
Diawal abad ke-21, David Cameron memimpin kenaikan bertahap Konservatif selama beberapa tahun kedepan. Pemilihan umum Inggris Mei 2015 Konservatif meraih kemenangan yang gemilang dengan memenangkan 331 kursi, memperoleh 24 kursi dari penampilan mereka dalam pemilihan 2010 yang memungkinkan Cameron membentuk pemerintahan mayoritas.
Faksi dalam Partai
Meski berada dalam satu partai tetapi Partai Konservatif memiliki beberapa kelompok yang memiliki kepentingan atau tujuan utama. Namun kelompok atau faksi di setiap anggota partai ini tidak memiliki posisi yang tetap atau kaku dalam faksi tertentu. berikut beberapa faksi yang pernah atau masih ada hingga saat ini yang memiliki peranan penting dalam kebijakan partai bahkan di pemerintahan.
Konservatif Tradisional (Tradisionalist Conservatives), merupakan kelompok sayap kanan yang berada dalam partai dan didirikan oleh tiga institusi: gereja Inggrisa, negara kesatuan inggris, dan keluarga. Kelompok ini menekankan warisan Anglikan Inggris, menentang pemindahan kekuasaan apa pun dari pemerintah pusat dan lembaga-lembaga Inggris --- baik ke bawah ke negara-negara dan wilayah atau ke atas ke Uni Eropa --- dan berusaha untuk lebih menekankan pada keluarga tradisional. struktur untuk memperbaiki apa yang disebut sebagai masyarakat Inggris yang rusak, serta menyerukan tingkat imigrasi yang lebih rendah ke Inggris
One Nation Conservatives, kelompok ini mengidentifikasi dirinya dengan sikap konservatif paternalistik yang luas dan sering dikaitkan dengan Tory Reform Group dan Bow Group. Penganutnya percaya pada kohesi sosial dan mendukung institusi sosial yang menjaga keharmonisan antara kelompok kepentingan yang berbeda, kelas, dan ras atau agama. Lembaga-lembaga ini biasanya termasuk Welfare State, BBC (TV nasional Inggris), dan pemerintah daerah.
Free-market Conservatives/ Thatcherites, ini merupakan "Sayap pasar bebas" ekonomi liberal mencapai dominasi setelah pemilihan Margaret Thatcher sebagai pemimpin partai pada tahun 1975. Tujuan mereka adalah untuk mengurangi peran pemerintah dalam perekonomian dan untuk tujuan ini, mereka mendukung pemotongan pajak langsung, privatisasi industri yang dinasionalisasi dan pengurangan ukuran dan cakupan negara kesejahteraan.Â
Tokoh-tokoh Partai Konservatif yang pernah mengundurkan diri
Sebagai salahsatu partai besar di Britania Raya tentu saja partai Tory memiliki beberapa tokoh besar yang tidak hanya memengaruhi kebijakan Britania Raya tetapi juga dunia. Tetapi bukan berarti perjalanan tokoh-tokoh di partai ini selalu berjalan mulus selain Liz truss yang baru-baru ini menjadi perdana Menteri Inggris tersingkat sepanjang sejarah ada tokoh-tokoh dari partai konservatif yang juga mengundurkan diri pada saat masih berada di pucuk kekuasaan partai dan pemerintahan Inggris.
Margaret Thatcher
Thatcher yang merupakan salah satu Perdana Menteri Inggris. Memiliki sebutan "Iron Lady". Thatcher mampu memimpin partainya menuju kemenangan gemilang dalam pemilihan umum tahun 1983 dan 1987, sebagian karena dia kepemimpinan yang menentukan dalam Perang Kepulauan Falkland (1982) dan perpecahan mendalam di oposisi.
Namun pada tahun 1990 Thatcher mengundurkan diri sebagai PM dan juga pempimpin partai karena adanya tekanan sejak kebijakannya yang dijuluki "poll tax" menuai kecaman public karena ketentuan ini membuat masyarkat membayar pajak yang sama tanpa memperhitungkan pendapatan dan kekayaan tiap orang. Hal ini membuat citra Konservatif menjadi buruk dan politikus Michael Heseltine mencoba untuk menggantikan posisi Thatcher di Ketua Umum partai. Meski Thatcher berhasil memenangkan pemilihan hingga dua putaran, ia memutuskan untuk mengundurkan diri menjadi PM setelah berkonsultasi dengan para koleganya mengingat dukungan terhadapnya semakin menurun tiap harinya.
David Cameron
Cameron setelah berhasil ditahun-tahun awalnya dengan membentuk pemerintahan mayoritan mulai menghadapi masalah ketika ketidakpuasan telah tumbuh di dalam partai atas keanggotaan Inggris yang berkelanjutan di Uni Eropa. Pada tahun 2013 Cameron pertama kali menjanjikan referendum nasional tentang masalah ini, dan pada bulan Februari 2016 ia berhasil memenangkan konsesi dari para pemimpin Uni Eropa yang ditujukan untuk menyenangkan para skeptis Eropa.
Partai terpecah menjelang referendum pada tahun 2016, dengan Cameron memimpin pihak "Tetap" dan mantan walikota London Boris Johnson memimpin pihak "Tinggalkan". Cameron pun akhirnya memilih mundur jadi PM setelah referendum nasional tentang keanggotaan Britania Raya di Uni Eropa dan dimenangkan oleh pihak untuk meninggalkan Uni Eropa (Brexit). Dan digantikan oleh Theresa May.
Theresa May
setelah terpilih menjadi PM, May mengadakan pemilihan cepat untuk Juni 2017. Tetapi justru konservatif kehilangan mayoritas legislatif mereka, jatuh ke 318 kursi. May gagal dalam upaya berulang kali untuk memenangkan persetujuan dari Parlemen untuk perjanjian keluar yang telah dinegosiasikan dengan UE, dan, sebagai hasilnya, dia akhirnya terpaksa mengundurkan diri sebagai pemimpin partai. Boris Johnson menang dalam kampanye untuk menggantikannya sebagai pemimpin dan menjadi perdana menteri pada Juli 2019.
Boris Johnson
Boris berhasil membawa partainya meraih kemenangan yang cukup telak pada pemilihan umum pada Desember 2019. Partai Konservatif memenangkan 365 kursi, perolehan 47 kursi. , kemenangan terbesar bagi Konservatif sejak kemenangan bersejarah mereka yang dipimpin Margaret Thatcher pada tahun 1987.
Status Johnson sebagai pemimpin Konservatif menjadi lemah setelah apa yang disebut skandal "Partygate", yang melibatkan pertemuan sosial yang dihadiri oleh Johnson dan stafnya yang melanggar pembatasan kesehatan masyarakat terkait pandemi. Meskipun dia selamat dari mosi percaya dalam kepemimpinan partainya pada 6 Juni 2022, Johnson terpaksa mengundurkan diri pada 7 Juli ketika kepalsuannya yang jelas mengenai kesadarannya akan tuduhan pelanggaran seksual terhadap seorang pejabat senior Partai Konservatif menghancurkan dukungannya yang sudah rapuh. dalam partai. Pada bulan September ia digantikan sebagai pemimpin partai oleh Menteri Luar Negeri Liz Truss
Sumber:
Bale, T. (2010). The Conservative Party: From Thatcher to Cameron. Polity Press.
Webb, P. David and Louth, Lord Norton of (2022, October 20). Conservative Party. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/Conservative-Party-political-party-United-Kingdom
Young, H. (2022, October 9). Margaret Thatcher. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/biography/Margaret-Thatcher
https://cornerstonegroup.wordpress.com/about/ diakses pada 25 Oktober 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H