Salah satu logam tanah jarang paling langka, isotopnya sering digunakan untuk X-ray portabel. Thulium juga menjadi komponen laser berefisiensi itinggi, dengan penerapan dari militer, kesehatan dan meteorologi.
Ytterbium, Yb (70)
Digunakan  untuk penanganan kanker jenis tertentu, juga dapat digunakan untuk memperkuat stainless steel dan biasa digunakan untuk memonitor dampak gempa bumi dan ledakan di darat.
Lutetium, Lu (71)
Penyelidikan umur dari barang purbakala, juga memiliki penerapan terkait pengolahan minyak dan positron emmission tomography.
Dapat kita lihat bahwa peran strategis dari logam tanah jarang menyentuh sektor militer, kesehatan, energi, manufaktur, dan industri teknologi tinggi. Hal ini tentunya dapat membawa Indonesia maju, jika pemanfaatan logam tanah jarang ini dilakukan semaksimal mungkin.Â
Terutama di abad 21 dimana kedepannya perkembangan industri teknologi tinggi makin tumbuh pesat, maka demand logam tanah jarang pun juga terus meningkat, membuka pasar seluas-luasnya untuk produksi. Juga pemanfaatan logam tanah jarang yang mampu menstimulus pertumbuhan industri teknologi tinggi, jika dilakukan secara tepat dapat menjadikan kita berdikari secara teknologi di abad teknologi, tentunya dengan catatan wajib hilirisasi.
Kejayaan Strategis Cina dengan Logam Tanah Jarang
Deng Xiaoping, bapak pembangunan Cina, selama memimpin pernah berkata jika timur tengah memiliki cadangan migas yang melimpah sebagai senjata ekonomi, maka Cina memiliki logam tanah jarang. Hal tersebut bukanlah menjadi omong kosong belaka, karena kenyataannya Cina telah berhasil mendominasi produksi dunia sejak 1994 hinga pada tahun 2013 menguasai 95% produksi dunia. Â Cina selain menjadi produsen logam tanah jarang terbesar juga menjadi konsumen terbesarnya, diikuti oleh Jepang dan Amerika Serikat. Menjadi konsumen terbesar logam tanah jarang menandakan bahwa Cina telah mampu memanfaatkan secara strategis produksi logam tanah jarang untuk pertumbuhan industri dalam negeri lewat hilirisasi, karena daya konsumsi Cina yang besar tidak mungkin tanpa adanya permintaan dari industri-industri hilir logam tanah jarang.Â
Selain itu, pentingnya logam tanah jarang  bagi negara yang bergantung pada industri berteknologi tinggi seperti Amerika Serikat dan Jepang, mampu dimanfaatkan secara strategis oleh Cina dengan tidak hanya membuat kebijakan-kebijakan strategis terkait logam tanah jarang untuk pertumbuhan industri dalam negeri dengan hilirisasi.
Namun, juga mampu menjadikannya senjata ekonomi layaknya OPEC dengan minyak buminya. Senjata ekonomi ini dimanfaatkan dengan baik dalam bentuk kebijakan quota ekspor logam tanah jarang yang mulai diimplementasikan di tahun 2009, yang mengakibatkan melonjaknya harga logam tanah jarang, seperti produk dysprosium oxide yang pada tahun 2010 berharga $166/kilo melonjak menjadi $1000/kilo pada tahun 2011. Hal ini dilakukan Cina atas dalih konservasi lingkungan dan pemnuhan kebutuhan dalam negeri. Kebijakan Cina ini pun diprotes oleh Amerika Serikat yang kemudian mengajukan protes ke WTO, karena telah mengakibatkan kerugian besar pada industri teknologi tinggi Amerika Serikat.
Dari kejayaan Cina dengan logam tanah jarang, ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran: