Berdoa, adalah kekuatan. Aku yang dulu malas berdoa, dengan alasan Allah pasti menjagaku walapun aku tidak berdoa, aku pun sering beralasan bahwa aku capek dan banyak aktivitas yang harus kulakukan, sehingga tidak sempat berdoa. Sungguh, aku yang dulu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suamiku karena belum bisa menjadi tiang doa bagi suamiku. Sekali lagi bahwa hanya karena kasih karunia Allah aku menjadi pribadi yang selalu rindu untuk berdoa. Aku merasakan sapaan hangat Allah saat aku berdoa, saat pikiran dan hatiku selalu fokus dan melibatkan Allah, hatiku menjadi lebih hangat, aku merasa lebih ringan saat beraktivitas sepanjang hari, aku menjadi lebih berenergi untuk mengurus suami dan anak-anakku, aku bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan hati riang dan suakacita, sungut-sungut jauh daripadaku, tidak mudah letih, dan aku merasakan ada kekuatan dari Allah di dalam diriku. Allah pun telah menaruh kata-kataNya dalam mulutku untuk aku mengatakan berkat kepada suamiku. Ayat Alkitab menjadi santapan rohaniku setiap hari, Lectio Devina menjadi kerinduanku dan cara Allah menyapaku.
Jadi, istri yang cakap berarti  mampu menjadi wanita serupa Kristus sebagai jembatan kasih karunia bagi suami. Saat aku dipulihkan oleh Allah aku mengalami kasih karunia Allah berupa pertobatan, keselamatan, kesembuhan, penghiburan, kekuatan dan berbagai kasih karunia Allah dalam hidupku. Selanjutnya, aku menjadi jembatan kasih karunia Allah supaya suami dan anak-anakku bisa mengalami kasih karunia melalui perbuatanku sehari-hari.
Oh, Roh Kudus, bila aku hanya mengandalkan kemampuanku, sungguhlah lemah dan tak mampu. Kumohon, ajarilah aku dan latihlah aku supaya aku bisa menjadi istri yang cakap untuk suamiku. Amin.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H