Mohon tunggu...
Harrista Psikolog
Harrista Psikolog Mohon Tunggu... Psikolog - psikolog klinis

psikolog klinis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dua Puluh Lima Hari Bersama Covid-19

4 Agustus 2021   09:28 Diperbarui: 4 Agustus 2021   09:57 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, kenyataan berkata lain. Selang tujuh hari kemudian setelah diriku demam, suami dan kedua anakku pun mengalami hal yang sama.

Hingga pada malam ke 7 sakit kepala itu semakin menjadi-jadi. Aku sungguh tidak kuat. Ini adalah sakit paling sakit yang pernah kurasakan dalam hidupku. Aku bilang pada Tuhan, Tuhan saya tidak kuat.

Sungguh, tidak kuat. Ampunilah saya Tuhan. 

Aku merasa, hidupku akan berakhir malam itu. Lalu, pada titik yang sudah tidak tertahankan lagi, terucaplah di hatiku, ya Tuhan, aku menerima sakit ini, segala pemberianMu adalah baik. 

Lalu, aku merasa lemas, dan tertidur. Esok paginya, tepat di hari ke delapan sejak muncul gejala, badanku terasa segar, sakit kepala sudah sembuh. Ajaib. Mual sudah mereda, dan mulai bisa makan, yang awalnya ada mual dan muntah. Mulai muncul anosmia.

Ya, Tuhan, sungguh aku orang berdosa.

Suamiku mengalami batuk dan pusing sepertiku. Kondisi anak-anak sungguh ajaib, demam cepat turun, terap ceria, dan makan dengan lahap.

Dalam situasi seperti ini, saat aku menangkupkan kedua tanganku hendak berdoa, tiada kata yang bisa terucap dari mulutku maupun hatiku. 

Sungguh tidak mampu. Hanya tangisan air mata yang selalu keluar dari mataku. Ya, tangisan ini adalah doa. Saat ini bukan waktunya bagiku untuk berkata-kata, tetapi waktuNya Tuhan berkata kepadaku. Ini adalah waktu bagiku untuk diam, hening dan mendengarkan Nya.

Aku melihat kondisi suami semakin melemah. Batuk semakin parah, demam tidak segera turun. Kulihat kedua anakku, tetap ceria, tidak khawatir. Si sulung, 12 tahun dan si bungsu, 6 tahun. Mereka tetap bersukacita dalam segala hal.

Aku merasakan kekuatan iman dari kedua anakku. Bersukacitalah senantiasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun