Salah satu janji kampanye PSI adalah meningkatkan kinerja anggota DPR/DPRD melalui aplikasi  solidaritas, dimana masyarakat dapat menilai kinerja legislator yang bernaung di PSI.Â
Apabila janji ini dapat ditunaikan dengan baik, maka masyarakat dapat melihat perbedaan PSI dengan partai lainnya. Misalnya, dari segi kehadiran rapat dan intensitas berinteraksi dengan masyarakat. Anggota DPRD dari PSI harus menjadi ujung tombak dalam membentuk citra partai.
Selain itu, PSI juga perlu mengubah konten kampanye nya yang menarik bagi kelompok minoritas (melawan intoleransi) dan agak menyinggung kelompok mayoritas (menolak perda syariah/injil, poligami, dll). Hal ini tetap dapat menjadi kebijakan dari PSI, tetapi bukan yang utama disuarakan. Â
PSI akan dapat menarik lebih banyak suara apabila menonjolkan hal-hal yang lebih netral bagi kelompok mayoritas, misalnya meningkatkan kinerja DPR dan melawan korupsi.Â
Amat disayangkan statement PSI yang menyatakan bahwa anggotanya siap disadap tidak terlalu marak diberitakan di media. Pada pileg 2019 ini, PSI lebih banyak meng counter hoax-hoax yang dibuat untuk merugikan dirinya, sehingga tidak dapat terlalu fokus menonjolkan hal-hal yang lebih substansial.
Jadi, apakah PSI dapat seperti Jenderal MacArthur yang menunaikan janjinya untuk kembali? Apabila anggota DPRD PSI dapat bekerja dengan baik. Apabila PSI dapat menarik simpati lebih banyak kelompok mayoritas. Apabila PSI tetap menjadi partai yang terbuka dan progresif.Â
Maka, PSI niscaya akan "kembali" dan muncul sebagai partai yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat pada masa bakti yang selanjutnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H