Mohon tunggu...
Harris Maulana
Harris Maulana Mohon Tunggu... Insinyur - Social Media Specialist

Seseorang yang suka menulis tentang apa saja, sepanjang untuk menambah ilmu dan wawasan akan dilakoninya. Berbagai jenis pekerjaan sudah pernah dicobanya. Dengan latar belakang sarjana Planologi, memulai karir sebagai konsultan perencanaan wilayah dan kota. Lalu beralih menjadi konsultan Appraisal and Research, konsultan Property, Konsultan Digital hingga konsultan Public Relations. Sangat menikmati peran alternya sebagai blogger yang sudah membawanya ke berbagai tempat, bertemu dengan siapa saja dan satu hal yang sangat dibanggakannya bisa masuk Istana Negara dan bertemu dengan Presiden RI, karena tidak setiap orang bisa ke sana, kecuali kamu seorang teladan, tamu presiden atau tukang potong rumput istana. Pemilik akun twitter @harrismaul dan blog : www.harrismaul.com dan www.travelopedia.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengapa Kendaraan di Indonesia Harus Menggunakan Standar Euro IV?

1 Februari 2018   10:11 Diperbarui: 6 Februari 2018   12:57 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Standar emisi kendaraan yang diterapkan di negara Uni Eropa atau Euro sudah diberlakukan sejak tahun 1988 dengan nama Euro 0. Seiring dengan waktu kemudian diterapkan lagi Euro I pada tahun 1992, Euro II (1996), Euro III (2000), Euro IV (2005), Euro V (2009) dan Euro VI (2014).

Standar Euro ini merupakan standar untuk menyelamatkan lingkungan dan bukan untuk meningkatkan performa mesin. Tujuannya adalah untuk memperkecil dampak pencemaran yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Standar emisi bukan hanya milik Euro, ada juga standar lain yaitu EPA (Enviromental Protecton Agency) yang diterapkan oleh industry otomotif di Amerika Serikat. Namun sampai saat ini banyak produsen otomotif banyak yang berpatokan pada standar Euro.

Namun pada dasarnya semua standar itu merupakan ketetapan untuk membatasi emisi kendaraan bermotor yang mengandung banyak zat berbahaya pada manusia dan lingkungan seperti misalnya karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO) sampai volatile hydro carbon (VHC) dan partikel lainnya.

Standar Emisi Euro adalah standar emisi kendaraan bermotor di Eropa yang diadopsi di beberapa negara di dunia. Euro mensyaratkan kendaraan harus memiliki kadar gas buang berada di bawah ambang batas tertentu.  Selain mesin, Euro juga mengharuskan BBM memenuhi standar tertentu keluaran emisi kendaraan yang diukur dalam batas kandungan sulfut / ppm.

Indonesia saat ini masih memberlakukan Euro 2 berdasarkan Kepmen LHK No.141 tahun 2003 tentang ambang batas emisi gas buang  kendaraan bermotor Tiper baru sejak 2007. Dalam Euro 3 kadar sulfur di bawah 150 PPM, Euro 4 dan Euro 5 kadar sulfur di bawah 50 PPM, dan Euro 6 reduksi sulfur di mesin bensin dan solarpun jauh menurun dan hasilnya juga lebih ramah lingkungan.

Salah satu hasil dari pemberlakukan Euro 2 adalah dilarangnya produksi motor 2 tak mulai tahun 2007 karena dianggap mencemari lingkungan. Untuk membedakan motor 2 tak dan 4 tak kita tinggal lihat asap yang keluar dari knalpotnya. JIka 2 tak akan berwarna putih, bau dan mesinnya cukup memekakkan telinga. Sedangkan motor 4 tak asap tidak terlihat dan suara mesin lebih halus. Hasilnya dapat dilihat sekarang. Tidak ada lagi motor 2 tak yang berkeliaran di jalan dengan suara yang bising, jika ada pun pasti akan ditilang polisi karena dianggap melanggar aturan.

Saat ini pemerintah mulai menerapkan menggunaan Euro 4 dengan latar belakang  Surat Menteri LHK NO: S.291/MenLHK/PPKL/PKL.3/6/2016 tanggal 14 Juni 2016 kepada Presiden RI. Tentang Pemberlakuan standar Euro 4 bagi kendaraan bermotor roda 4 atau lebih diterapkan untuk kendaraan tipe baru pada tahun 2017 dan tahun 2018 untuk kendaraan yang sedang diproduksi". Adapun pertimbangan lainnya yaitu dari segi kualitas udara perkotaan. Kendaraan disinyalir menjadi penyebab utama pencemaran udara di perkotaan sebesar 70-86%. Penerapan Euro 4 ini secara signifikan akan menurunkan hidrokarbon di udara dan efisiensi pemakaian bahan bakar.

Ilustrasi SPBU Pertamina (Foto : bumntoday.com)
Ilustrasi SPBU Pertamina (Foto : bumntoday.com)
Pertimbangan lain adalah dari segi teknologi. Saat ini pasar dalam negeri  memproduksi mobil nasional dengan standar Euro 2. Sedangkan untuk pasar ekspor dengan standar Euro 4. Dengan penerapan ini maka produsen mobil nasional akan lebih siap menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) karena anggota negara ASEAN sudah menerapkan standar Euro 4.

Pertimbangan Percepatan Penerapan Euro 4
Pertimbangan Percepatan Penerapan Euro 4
Selain itu juga ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia tanggal 10 Maret 2017 Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategoti N, dan Kategori O. Dengan permen ini akan menghasilkan produk sebagai berikut :

Gasoline

Nilai Oktan                          : 91 (sembilan puluh satu)

Kandungan Timbal           : Tidak terdeteksi

Kandungan Sulfur            : 50 (lima puluh) ppm

Gasoil

Nilai Cetane                       : 51 (lima puluh satu)

Kandungan Sulfur            : 50 (lima puluh) ppm

Viskositas                            : min.2 mm2/s -- maks.4,5 mm2/s

Dengan penerapan Euro 4 ini banyak memberi manfaat baik bagi industri kendaraan bermotor maupun bagi lingkungan dan masyarakat. Bagi industri kendaraan akan menghasilkan efisiensi kapasitas terpasang produksi nasional meningkat dan sebagai pertimbangan principal untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Indonesia tidak tertinggal dari negara ASEAN dalam menghadapi ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA). Potensi untuk membuka pasar ekspor lebih terbuka karena Indonesia memproduksi kendaraan bermotor dengan spek yang sama dengan negara tujuan ekspor

Sedangkan manfaat untuk lingkungan dan masyarakat akan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas udara perkotaan menjadi lebih baik dan penggunaan bahan bakar lebih efisien.

Sedangkan pertimbangan kesiapan teknis penerapan Euro 4 antara lain : Kendaraan teknologi Euro 4 akan bermasalah apabila tidak menggunakan bahan bakar standar Euro 4 serta baku mutu yang ditetapkan KLHK akan tidak tercapai, Ketersediaan bahan bakar Euro 4 belum merata di Indonesia akan berdampak terganggunya kendaraanitas kendaraan sehingga hak konsumen tidak dapat terpenuhi, Kondisi kilang dalam negeri belum mampu memproduksi BBM standar Euro 4 dan Penyesuaian standar Euro 4 dengan kebijakan pemerintah tentang penggunaan bahan bakar nabati/ biodiesel sampai 30%

Dengan penerapan Euro 4 ini yang sudah ditetapkan Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No.20 Tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N, Dan Kategori O, maka mulai tahun 2018 Pemerintah Indonesia menetapkan BBM EURO tipe 4 secara bertahap hingga 2021. Untuk memenuhi aturan tersebut, Pertamina harus menghasilkan BBM standar EURO 4 minimal secara bertahap. 

Saat ini bebrapa kilang Pertamina sudah bisa memproduksi BBM dengan kadar sulfur rendah khususnya Pertamax Turbo. Ini merupakan bagian dari tahapan menuju BBM standar EURO IV.  Program RDMP Kilang Pertamina Balikpapan, Cilacap dan Balongan salah satunya menjadi jawaban untuk memenuhi aturan tersebut. Bahkan jika program RDMP tuntas, rencana nya Kilang Pertamina akan menghasilkan produk BBM dengan standar EURO 5.

Ternyata Pertamina sudah menyiapkan road map penerapan penggunaan standar Euro ini untuk beberapa tahun ke depan. Seperti standar Euro V dengan target penyelesaian pada tahun 2021=2025 dari sumber proyek RDMP Balikpapan, Euro V (2023) dari proyek RDMP Balongan, Euro V (2024) GRR Tuban, Euro V (2023) RDMP Cilacap dan Euro IV/V (2025) GRR Bontang. Dengan demikian target 2 juta BPSD pada tahun 2025 dapat tercapai dan dapat memenuhi kebutuhan BBM nasional. Selengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Roadmap Pertamina
Roadmap Pertamina
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun