Mohon tunggu...
Harris Maulana
Harris Maulana Mohon Tunggu... Insinyur - Social Media Specialist

Seseorang yang suka menulis tentang apa saja, sepanjang untuk menambah ilmu dan wawasan akan dilakoninya. Berbagai jenis pekerjaan sudah pernah dicobanya. Dengan latar belakang sarjana Planologi, memulai karir sebagai konsultan perencanaan wilayah dan kota. Lalu beralih menjadi konsultan Appraisal and Research, konsultan Property, Konsultan Digital hingga konsultan Public Relations. Sangat menikmati peran alternya sebagai blogger yang sudah membawanya ke berbagai tempat, bertemu dengan siapa saja dan satu hal yang sangat dibanggakannya bisa masuk Istana Negara dan bertemu dengan Presiden RI, karena tidak setiap orang bisa ke sana, kecuali kamu seorang teladan, tamu presiden atau tukang potong rumput istana. Pemilik akun twitter @harrismaul dan blog : www.harrismaul.com dan www.travelopedia.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Setahun Kementrian Pertanian

21 Oktober 2015   12:23 Diperbarui: 23 Oktober 2015   13:33 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok menteri yang satu ini mungkin kalah popular dibandingkan dengan menteri lain seperti Anies Baswedan atau Susi Pudjiastuti. Namun terobosan-terobosannya di kementrian yang dipimpinnya membuat kami tercengang mendengarnya.

Semua itu terungkap ketika kami para blogger diundang untuk menghadiri acara Gelar Teknologi Pertanian Modern di Desa Mariuk, Kecamatan Tambakdahan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Saat menemani sarapan pagi Pak Andi Amran Sulaeman Menteri Pertanian Kabinet Kerja 2014-2019 memaparkan dengan gamblang apa saja yang sudah dilakukan di kementriannya.

Pak Amran mengawali pembicaraan dengan pertanyaan, “Apakah di hati kalian masih tertanam jiwa merah putih? Jika ya mari kita lanjutkan obrolan ini!’  Tentu saja pertanyaan tersebut sangat mengagetkan. Sesaat kami terdiam dan segera menjawab tentu saja pak. Semua yang kami lakukan demi merah putih dan ibu pertiwi. Pak Amran tersenyum mendengar jawaban kami.

Saat serah terima jabatan setahun lalu, Kementerian Pertanian memberinya “warisan” berupa impor beras sebesar 800.000 ton. Namun setelah menganalisa kondisi pertanian di Indonesia, memperbaiki apa saja yang kurang, kini setelah satu tahun, kita tidak perlu lagi impor beras. Kita menghemat devisa 54 Triliun karena stop impor beras.  Pencapaian itu sudah “diganggu” oleh badai El Nino, jika tidak ada gangguan mungkin saja bisa ekspor. Papar doktor lulusan Unhas itu.

Apa saja yang dilakukan oleh Kementrian Pertanian selama satu tahun sehingga tidak perlu impor beras lagi? Menteri berusia 46 tahun itu menjelaskan.

Pertama  memperbaiki sistem tender untuk pengadaan kebutuhan petani. Selama ini tender dilakukan setiap awal tahun. Baru sekitar bulan mei-juni selesai tender dan baru dana untuk pengadaan kebutuhan petani dicairkan. Padahal bulan april merupakan musim tanam bagi petani. Mereka memerlukan pupuk, pestisida, untuk memulai sawah baru. Namun ketika barang yang dibutuhkan baru keluar bulan mei-juni, cuaca sudah tidak bersahabat lagi. Dan panen terancam gagal. Pak Amran mengusulkan untuk penunjukan langsung untuk pengadaan kebutuhan petani tersebut. Agar tidak melanggar peraturan, maka diubahlah peraturan tersebut dan dikonsultasikan dengan KPK, DPR dan instansi yang terlibat agar tidak melanggar peraturan. Setelah diterapkan sistem ini, produksi meningkat signifikan di beberapa daerah. Papar lelaki kelahiran Bone, Sulawesi Selatan itu.   

Langkah kedua adalah seluruh bupati dan kepala daerah diberi target produksi setiap tahun. Jika tidak mencapai target, untuk tahun depan tidak akan diberi dana subsidi lagi. Kebijakan ini tentu memicu kinerja kepala daerah. Beberapa bahkan mencapai target. Dan bagi yang mencapai target akan mendapat penghargaan yang akan diberikan saat acara Gelar Teknologi Pertanian Modern ini. Untuk menambah produksi pertanian, benih subsidi tidak boleh ditanam pada lahan yang sudah ada (eksisting). Harus ditanam pada lahan baru dengan demikian akan ada produksi baru dan menambah target pencapaian.

Kemudian Pak Amran melakukan identifikasi apa saja yang menghambat faktor produksi dan mengganti dengan terobosan-terobosan baru seperti memperbaiki irigasi yang rusak, mengawasi distribusi pupuk, mengawal penyuluh pertanian oleh tentara, mengganti alat pertanian dengan alat yang lebih modern agar lebih efektif dan efisien.  

Mata rantai proses produksi pun dipersingkat. Dari delapan menjadi tiga saja : petani, toko tani dan pedagang. Tidak ada lagi cerita perantara, mafia atau ijon. Semua harus disingkirkan. Mereka itulah yang selama ini mengambil keuntungan banyak dari petani. Memang banyak yang sakit hati dari mereka dengan kebijakan menteri ini, Karena tentu saja keuntungan mereka berkurang bahkan menjadi hilang. Nah mafia-mafia inilah yang membuat isu negative seperti adanya beras plastik, dll. Mafia-mafia ini yang menghendaki impor beras, agar mereka mendapat selisih dari pembelian di luar dan penjualan di dalam negeri. Benar seperti yang diungkapkan oleh Presiden Jokowi, pemerintahan sekarang ini sedang perang dengan mafia di berbagai sektor. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendiskreditkan pemerintah termasuk di dunia social media dengan mengusung hashtag tertentu yang menjelekkan pemerintahan. Namun strategi pak menteri adalah mendiamkan ocehan-ocehan di media social tersebut dan menjawab dengan hasil kerja yang nyata dan terbukti.

Tidak terasa waktu berjalan terus dan kami semua harus segera mengikuti acara utama. Dan benar saja ketika kami tiba di lokasi, sudah terpampang beberapa jenis alat pertanian modern seperti traktor pengolah tanah, alat penanaman padi dengan Jarwo Transplanter dan alat pemanenan padi dengan Combine Harvester. Lupakan kerbau untuk membajak sawah, dan ani-ani untuk membersihkan padi. Dengan alat modern pertanian buatan anak bangsa ini terbukti efisien, baik dari tenaga maupun biaya. Sebagai contoh jika menggunakan alat tradisional untuk memanen pagi seluas 1 hektar membutuhkan 10 orang tenaga kerja. Sedangkan dengan alat pertanian modern ini hanya 2 orang. 8 orang lain bisa melakukan pekerjaan lainnya.

Kementrian Pertanian juga memberikan penghargaan kepada para bupati dan kepala daerah yang sudah mencapai target produksinya. Juga para penyuluh pertanian, mahasiswa sahabat petani dan jajaran TNI. Bahkan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mulyono ikut hadir dalam acara ini dan memberikan apresiasi kepada Kementrian Pertanian yang sudah mengajak kerjasama dengan TNI. Selama ini perputaran pupuk, alat pertanian, pestisida, sering diganggu oleh “aparat-aparat nakal” sehingga banyak kebocoran dan banyak berkurang saat diterima petani. Namun dengan bantuan TNI, aparat-aparat nakal tersebut disikat habis dan petani menerima jatahnya dengan utuh. Beberapa anggota TNI juga terlihat menerima penghargaan dari kementrian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun