Nissan Motor Indonesia (NMI) kembali mengeluarkan varian mobil yang terbarunya yaitu Nissan Evalia yang merupakan model jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) low end alias kendaraan serbaguna yang ekonomis. Adapun pasar yang dibidik adalah keluarga muda yang sudah memiliki 1-2 anak. Sudah saatnya mereka beralih dari kendaraan sedan kecil (saat belum memiliki anak) atau upgrade dari kendaraan roda dua ke roda empat. Harga yang ditawarkan bisa bersaing dengan kendaraan sejenis yang dikeluarkan kompetitor tetapi Evalia unggul dari segi keamanan, kenyamanan dan performa serta stabilitas.
Untuk mencoba membuktikan kelebihan tersebut kami para Kompasianer didampingi tim dari Kompas Otomotif dan Kompasiana berkesempatan menguji mobil Evalia ini dari Jakarta menuju Bandung pada hari sabtu tanggal 21 Juli 2012. Rute yang kami tempuh cukup bervariasi, mulai dari jalan tol yang mulus, kemudian kita keluar di Sadang dan memasuki daerah perbukitan di daerah Subang, hingga jalan terjal menuju Tangkuban Parahu dan dilanjut jalan menurun ke Kota Bandung. Semua ujian itu berhasil dilalui dengan baik.
Mobil yang kami uji adalah jenis Nissan Evalia XV yang bertransmisi otomatis dan Evalia SV transmisi manual. Tim kompasiner dibagi menjadi 2 tim, Tim 1 yang terdiri dari saya, Hazmi Srondol dan Thomson akan menggunakan Evalia XV AT dan tim 2 Dzulfikar, Arif dan Eko Achmad akan menggunakan Evalia SV MT.
Rencananya kami akan mengendarai Evalia secara bergantian, untuk mengetahui performa kendaraan secara langsung. Thomson menjadi yang pertama menjadi test drive untuk tim 1, lalu di lanjut saya dan terakhir Hazmi Srondol.
Thompson, saya dan Hazmi Srondol di depan Nissan Evalia XV
Saat pertama kali melihat eksterior mobil ini bentuknya tidak jauh dengan saudaranya yaitu Nissan Serena. Itulah mengapa mobil ini juga dijuluki "baby serena". Dan setelah melihat interiornya kabinnya terasa sangat lega. Mulai dari depan hingga baris ketiga. Jika akan memuat barang bangkunya bisa dilipat-lipat hingga 6 variasi, tergantung besaran barang yang akan diangkut. Begitu juga ketika mulai start dari Kantor Kompas Gramedia kami sudah dibuat terkagum-kagum dengan kecanggihan Evalia XV ini, ternyata kita tidak perlu memasukkan kunci mobil untuk menyalakan mesin, cukup dikantongi saja dan memutar tombol yang ada di dekat setir, istilahnya adalah keyless. Biasanya sistem ini kita temukan pada mobil kelas atas atau premium. Tapi di Evalia yang kelas low end sudah bisa diaplikasikan. Keren!
Inilah Nissan Evalia tipe XV AT, lihat kaca unik di baris kedua
Memasuki jalan tol Evalia melaju mulus tanpa hambatan. Dua penumpang di belakang bahkan sudah asyik menonton film di JVC LCD 10" yang sudah plugin di plafon kabin tengah. Kendaraan masih stabil saat digeber pada kecepatan 120 km/jam. Saat melewati angka tersebut, salah satu indikator didalam dashboard menyala merah. Kami cukup kaget. Ternyata itu adalah alert yang memperingati kita bahwa kendaraan sudah melaju melebihi kecepatan yang dibatasi. Jadi kita bisa menyetel sesuai keinginan bisa di set di 80 km/jam, 100 km/jam atau terserah berapa km/jam yang Anda inginkan dan jika melewati batas tersebut alert tersebut akan menyala. Indikator ini tergabung dalam sistem yang di sebut MID yaitu Multi Information Display. Jadi bukan hanya informasi alert saja yang bisa diketahui, informasi lainnya pun dapat terbaca seperti seperti lama mobil dalam kondisi idle, timer pengemudi untuk menjaga stamina, dll. Canggih!
Tanpa terasa kita sudah memasuki check point di Rest Area KM 57. Dan setelah cukup beristirahat dan sholat dzuhur kami melanjutkan perjalanan menuju Tangkuban Parahu. Kini giliran saya yang memegang setir. Penumpang mulai terlelap, satu per satu pergi ke alam mimpi. Mungkin karena mendengar lagu-lagu yang cukup melow dari JVC audio system yang lembut atau gaya nyetir saya yang bikin ngantuk hehehe.
Setelah keluar dari Sadang tantangan sesungguhnya baru diuji. Memasuki jalan yang cukup sempit, Evalia yang mengusung mesin 1.500 cc ini bergerak cukup lincah untuk menyusul beberapa kendaraan di depan. Beberapa saat kemudian rute mulai memasuki jalur perbukitan. Mulai dari jalan landai hingga terjal. Untuk tanjakan landai masih bisa dilahap dengan menggunakan mode D (drive). Sedangkan untuk jalan yang cukup terjal hingga terjal mode bisa dipindahkan ke 1 atau 2. Hal ini untuk membantu akselerasi agar tetap stabil dan melaju. Dan tanpa kesulitan yang berarti kita bisa sampai ke puncak Gunung Tangkuban Perahu dengan selamat.
Tanpa kesulitan berhasil mencapai Puncak Gunung Tangkuban Parahu, Subang.