Mohon tunggu...
Harris Maulana
Harris Maulana Mohon Tunggu... Insinyur - Social Media Specialist

Seseorang yang suka menulis tentang apa saja, sepanjang untuk menambah ilmu dan wawasan akan dilakoninya. Berbagai jenis pekerjaan sudah pernah dicobanya. Dengan latar belakang sarjana Planologi, memulai karir sebagai konsultan perencanaan wilayah dan kota. Lalu beralih menjadi konsultan Appraisal and Research, konsultan Property, Konsultan Digital hingga konsultan Public Relations. Sangat menikmati peran alternya sebagai blogger yang sudah membawanya ke berbagai tempat, bertemu dengan siapa saja dan satu hal yang sangat dibanggakannya bisa masuk Istana Negara dan bertemu dengan Presiden RI, karena tidak setiap orang bisa ke sana, kecuali kamu seorang teladan, tamu presiden atau tukang potong rumput istana. Pemilik akun twitter @harrismaul dan blog : www.harrismaul.com dan www.travelopedia.id

Selanjutnya

Tutup

Nature

Let's #SaveOrangUtans

21 Desember 2011   02:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:58 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa 20 Desember 2011 diadakan presentasi dan diskusi tentang orangutan "Lets #SaveOrangUtans. Membicarakan bagaimana kondisi orangutan saat ini, populasinya, keberadaannya, ancaman dari manusia dan bagaimana kita bisa ikut menyelamatkan keberadaannya walau secara tidak langsung. Acara yang berlangsung di @america Pacific Place ini mengundang pembicara dari WWF Indonesia, Borneo Orangutan Survival Fondation, aktifis dan kesaksian seorang reporter televisi yang menyaksikan langsung kondisi orangutan di Kalimantan. Sebelum diskusi dimulai terlebih dahulu diputar film dokumenter tentang kondisi orangutan di Indonesia. Arian, seorang aktifis #SaveOrangutans dalam presentasi Fakta dan Kondisi Orangutan di Indonesia mengatakan bahwa habitat yang baik bagi orangutan adalah hutan yang besar dan luas yang memiliki sumber makanan bagi orangutan. Orangutan betina biasanya lebih banyak berkembang biak kalau sumber makanan sedang banyak dan berkurang jika musim kering. Predator orangutan cukup banyak antara lain : macan tutul, buaya, babi hutan, ular phytoon dan lain-lain. Namun ancaman utama mereka adalah para perusak habitat mereka. Habitat mereka semakin sempit karena kawasan hutan hujan tempat tinggalnya dijadikan lahan kelapa sawit, pertambangan dan pepohonan ditebang untuk diambil hasilnya. Seringkali mereka juga dibunuh dan dilukai para petani dan pemilik lahan karena dianggap hama setelah memasuki wilayah lahan perkebunan dan memakan atau merusak kebun kelapa sawit. Arian menggambarkan pembunuhan dan pembantaian orangutan seperti sebuah GENOSIDA yaitu penghabisan ras orangutan hingga punah, Mengerikan!

Habitat yang semakin sempit Siapa sesungguhnya dalang dibalik ini semua? Perusahaan-perusahaan yang ikut ambil andil dalam pembantaian dan pembunuhan orangutan ini biasanya juga melakukan greenwash / greenwashing. Apa itu greenwashing? Greenwashing adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberi kesan kepada konsumen atau masyarakat kalau mereka bertanggung jawab dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, tapi tidak benar atau palsu. Mereka pura-pura peduli dengan melakukan reboisasi padahal yang ditanam adalah kelapa sawit. Gerakan ini juga didukung oleh pemerintah dengan dalih dapat meningkatkan perekonomian daerah setempat karena lahan hutan tidak menghasilkan apa-apa secara ekonomi. Padahal hutan hujan tropik sangat bermanfaat secara ekologi dan bermanfaatkan dalam waktu yang panjang. Alih Fungsi Hutan Berbeda dengan pengalaman Yolanda seorang reporter televisi. Dalam reportase-nya selama seminggu di kalimantan dia menemukan kenyataan bahwa hutan yang selama ini menjadi rumah bagi orangutan sudah beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Padahal jelas-jelas saat memasuki kawasan tertulis dengan jelas Anda Memasuki Hutan Lindung namun setelah masuk area didalamnya sudah rapih perkebunan kelapa sawit. Saat diputar hasil investigasi-nya dalam film tersebut berhasil mewawancarai Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang yang mengatakan bahwa alih fungsi ini adalah wewenang pemerintah pusat termasuk izin Hak Pengelolaan Hutan (HPH). Namun salah satu penyebab gencarnya investasi di daerah adalah otonomi daerah. Setiap daerah digenjot agar menghasilkan dana untuk pembangunan, sementara keseimbangan ekologi kadang sering diabaikan. Seharusnya pemerintah pusat jeli dan memberikan subsidi untuk daerah-daerah yang tidak menghasilkan secara ekonomi. Ini adalah pendapat pribadi saya. Orangutan Terancam Punah Chairul Saleh dari WWF Indonesia dalam presentasinya mengatakan bahwa keberadaan orangutan di Indonesia terancam punah. Fakta mengatakan populasi orangutan mengalami penurunan 50% dalam kurun waktu 60 tahun terakhir. Populasi orangutan sendiri saat ini untuk orangutan sumatera sebanyak 7500 individu dan orangutan kalimantan sebanyak 57.700 individu. Habitat orangutan di Kalimantan mengalami penurunan sedikitnya 55% dalam kurun waktu 20 tahun terakhir akibat adanya perubahan hutan hujan menjadi perkebunan kelapa sawit, permukiman dan kebakaran hutan.

Keberadaannya terancam punah :( Fungsi ekologi orangutan adalah sebagai penyebaran biju untuk sumber makanan, sumber obat-obatan, membantu penyerbukan mengendalikan hama, penyebaran biji, penyubur tanaman dan memiliki nilai budaya. Dari hasil studi WWF tahun 2007 tentang dampak perubahan iklim terhadap populasi orangutan di kalimantan bahwa yang menjadi ancaman adalah hilang dan fragmentasi habitat yaitu : logging / pembalakan (legal / illegal) , konversi hutan terutama perkebunan kelapa sawit, perburuan dan perdagangan serta perubahan iklim. Chairul menambahkan, peran WWF Indonesia untuk ikut serta menyelamatkan orangutan dari kepunahan selama ini melakukan kerjasama dengan pihak swasta dan penyadartahuan kepada masyarakat setempat. Pernah ada orang yang dikenal sebagai pembantai orangutan namun setelah mendapat penyadaran dan pengetahuan tentang orangutan akhirnya menjadi penyelamat dan pelindung orangutan. From Zero to Hero. Adopsi Orangutan Pembicara terakhir adalah Rini dari Borneo Orangutan Survival Fondation. Rini membahas bagaimana agar kita bisa ikut menyelamatkan orangutan. Selain menjadi volunteer yang secara langsung terjun ke lokasi, kita bisa juga dengan mengadopsi orangutan. Adopsi bawa ke rumah? bukan! adopsi disini adalah kita ikut membiayai bayi-bayi orangutan selama di karantina. Karena biaya yang dikeluarkan untuk satu bulan bisa mencapai Rp 3.500.000,- Selain itu bisa juga dengan gaya hidup go green life style. Contohnya jangan barang-barang yang mengandung minyak sawit. Mengapa? karena sawit adalah biang utama pemusnahan orangutan. Perkebunan kelapa sawit saat ini booming karena minyak kelapa sawit laku di dunia akibat permintaan konsumen yang tinggi. Memang rantainya cukup panjang tapi sangat berpengaruh jika kita melakukan bersama dan serentak. Rini mengatakan #SayNoToSawit.

Ancaman Utama : Konversi Lahan Selain itu selamatkan hutan hujan (#SaveRainForest), selamatkan dan lestarikan hutan yang tersisa. Sangat sulit membuat hutan yang baru, lebih baik selamatkan hutan yang ada. Gerakan penanaman 1 Juta pohon tidak ada artinya jika dilakukan ditempat yang berbeda. Jika setiap orang di Jakarta menanam satu pohon didepan rumahnya apakah akan menjadi hutan? tidak! Untuk itu lebih baik melestarikan hutan yang ada. jadilah manusia yang peduli. Dampak perubahan iklim sudah terasa. Bandingkan Puncak, Bandung, Brastagi, Samarinda, Jayawijaya dulu dan sekarang? Sudah berbeda! Untuk regenarasi hutan, manusia butuh hutan, hutan butuh orangutan, manusia butuh ORANGUTAN!

@harrismaul : Siap jadi volunteer :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun