Mohon tunggu...
Harris Maulana
Harris Maulana Mohon Tunggu... Insinyur - Social Media Specialist

Seseorang yang suka menulis tentang apa saja, sepanjang untuk menambah ilmu dan wawasan akan dilakoninya. Berbagai jenis pekerjaan sudah pernah dicobanya. Dengan latar belakang sarjana Planologi, memulai karir sebagai konsultan perencanaan wilayah dan kota. Lalu beralih menjadi konsultan Appraisal and Research, konsultan Property, Konsultan Digital hingga konsultan Public Relations. Sangat menikmati peran alternya sebagai blogger yang sudah membawanya ke berbagai tempat, bertemu dengan siapa saja dan satu hal yang sangat dibanggakannya bisa masuk Istana Negara dan bertemu dengan Presiden RI, karena tidak setiap orang bisa ke sana, kecuali kamu seorang teladan, tamu presiden atau tukang potong rumput istana. Pemilik akun twitter @harrismaul dan blog : www.harrismaul.com dan www.travelopedia.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

#RantaiCerita | Perkawinan Darah (Bagian 3)

14 Desember 2011   04:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:19 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini ditulis secara keroyokan oleh 10 penulis. Tema dari cerita ini adalah Perkawinan Darah. Alur cerita, plot dan ending diserahkan kepada masing-masing penulis. Cerita Sebelumnya : 1. Perkawinan Darah (Bagian 1) : Aku Menunggu Darahmu, Lasmi! 2. Perkawinan Darah (Bagian 2) dan inilah cerita bagian 3.

***

Ada apa ini? Kok, tiba-tiba burung ini jatuh dan …mati!

Seekor burung gagak sudah terbujur kaku bersimbah darah di teras rumah Mbak Ica. Aku hanya bisa tertegun melihat kejadian langka ini. "Ayo Diego berbuat sesuatu dong?" ucap Ica kepada suaminya. "Berbuat sesuatu gimana, emangnya aku Syahrini apa? Burung itu sudah mati kok, ayo kita kuburkan saja!" jawab Diego melepas ketegangan. Tiba-tiba ada suara lantang dari arah kejauhan. "KALIAN JANGAN TAKUT! setannya sudah kubunuh! " ternyata kakek Sutiman berteriak dari kejauhan sambil memegang sebuah katapel di tangan kanannya. Kami bertiga saling berpandangan. Jadi kakek itu yang membunuh burung gagak ini. "Kenapa dibunuh kek?" ucapku protes setengah berteriak. Namun kini kakek tadi sudah tidak ada ditempat tadi.

*** Aku hanya bisa termenung mengenang tadi siang. Pikiranku terpecah. Opera Van Java pun tak bisa membuat aku tertawa. Ada kakek yang hilang ingatan dan burung mati. Konon menurut primbon Jawa kalau ada burung mati itu pertanda buruk. Ah sudahlah jangan percaya tahayul. Dan yang paling aneh adalah sepertinya suaminya Ica pernah kukenal. Diego. Aku berusaha mengingat-ingat nama itu. Oh my god! Lasmi baru teringat Diego adalah orang yang selalu hadir dalam mimpinya! Ya wajahnya persis yang selalu hadir dalam setiap mimpinya. Apakah ini sebuah dejavu? dan... dan... dan... apakah Ica adalah nama panggilan untuk Isabella?  Jadi selama ini mimpinya adalah bukan sekedar mimpi. Tapi nyata karena keduanya adalah suami isteri tetangga baruku. Kenapa bisa seperti ini? tanyaku pada diri sendiri. Tanpa sadar aku kembali terlelap dan... Tiba-tiba dalam mimpinya Lasmi dipeluk mesra oleh seseorang dari belakang, hal yang paling disukai olehnya. Lasmi hanya memejamkan mata sambil menikmati bahasa tubuhnya. Lasmi kemudian berbalik dan alangkah kagetnya ternyata yang memeluknya bukan suaminya tetapi Diego! Segera Lasmi melepaskan tubuh itu dan berlari. Diego berteriak memanggil namanya. "Isabella! kenapa lari Ica?" Ini aku! langkah Lasmi terhenti ketika nama Ica disebut. Diantara sadar dan mimpi Lasmi mengingat kedua nama tersebut. Ica dan Isabella. Tebakannya ternyata benar. Dalam mimpinya Ica ingin berlari. tapi alam sadarnya ingin kembali dan berbicara dengan Diego. Akhirnya Lasmi memberanikan diri kembali menemui Diego. Alangkah kagetnya ketike melewati sebuah cermin yang dilihatnya bukan dirinya, tetapi sosok Ica alias Isabella. Ditengah kebingungan terjebak dalam mimpi Lasmi terbangun saat terdengar bunyi suara pintu pagar garasi dibuka. Tubuhnya berkeringat. Lasmi berusaha memenangkan diri dari apa yang dimimpikannya. Oh suami ku pulang. Segera ku bergegas membuka pintu depan. Namun alangkah kagetnya yang datang itu ternyata bukan suamiku. Aku lebih shock lagi karena yang datang itu dua orang polisi. Kakiku mulai lemas. "Selamat malam!" ucapnya tegas. "malam" jawabku pelan sambil menyilakan kedua petugas itu untuk duduk di teras. Aku juga langsung duduk karena tidak kuat menahan tubuh. "Apakah ini rumahnya Bapak Dimas Praseyto?" tanya petugas itu berhati-hati. "Betul pak? ada apa dengan suami saya?" jawabku putus asa. "Suami ibu..." petugas itu ragu meneruskan perkataanya. "ADA APA DENGAN SUAMI SAYA PAK?" aku mulai panik dan tak kuasa aku menahan air mata. Apakah firasat burung mati itu benar-benar terjadi? "Sebaiknya ibu ikut kami saja ke kantor. Nanti akan kami jelaskan semuanya disana." tegasnya. Tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap. *** Dari balik jendela Diego memperhatikan kejadian di rumah tetangga itu. Matanya menyiratkan sebuah kemenangan. "Disini drama dimulai!" bisiknya dalam hati. (bersambung) Cerita Lanjutannya : 4. Perkawinan Darah (Bagian 4) Go Go Diego 5. Perkawinan Darah (Bagian 5) Kekasihku adalah Anak Ibuku #eh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun