Cerita ini ditulis secara keroyokan oleh 10 penulis. Tema dari cerita ini adalah Perkawinan Darah. Alur cerita, plot dan ending diserahkan kepada masing-masing penulis. Cerita Sebelumnya : 1. Perkawinan Darah (Bagian 1) : Aku Menunggu Darahmu, Lasmi! 2. Perkawinan Darah (Bagian 2) dan inilah cerita bagian 3.
***
Ada apa ini? Kok, tiba-tiba burung ini jatuh dan …mati!
Seekor burung gagak sudah terbujur kaku bersimbah darah di teras rumah Mbak Ica. Aku hanya bisa tertegun melihat kejadian langka ini. "Ayo Diego berbuat sesuatu dong?" ucap Ica kepada suaminya. "Berbuat sesuatu gimana, emangnya aku Syahrini apa? Burung itu sudah mati kok, ayo kita kuburkan saja!" jawab Diego melepas ketegangan. Tiba-tiba ada suara lantang dari arah kejauhan. "KALIAN JANGAN TAKUT! setannya sudah kubunuh! " ternyata kakek Sutiman berteriak dari kejauhan sambil memegang sebuah katapel di tangan kanannya. Kami bertiga saling berpandangan. Jadi kakek itu yang membunuh burung gagak ini. "Kenapa dibunuh kek?" ucapku protes setengah berteriak. Namun kini kakek tadi sudah tidak ada ditempat tadi.
*** Aku hanya bisa termenung mengenang tadi siang. Pikiranku terpecah. Opera Van Java pun tak bisa membuat aku tertawa. Ada kakek yang hilang ingatan dan burung mati. Konon menurut primbon Jawa kalau ada burung mati itu pertanda buruk. Ah sudahlah jangan percaya tahayul. Dan yang paling aneh adalah sepertinya suaminya Ica pernah kukenal. Diego. Aku berusaha mengingat-ingat nama itu. Oh my god! Lasmi baru teringat Diego adalah orang yang selalu hadir dalam mimpinya! Ya wajahnya persis yang selalu hadir dalam setiap mimpinya. Apakah ini sebuah dejavu? dan... dan... dan... apakah Ica adalah nama panggilan untuk Isabella? Jadi selama ini mimpinya adalah bukan sekedar mimpi. Tapi nyata karena keduanya adalah suami isteri tetangga baruku. Kenapa bisa seperti ini? tanyaku pada diri sendiri. Tanpa sadar aku kembali terlelap dan... Tiba-tiba dalam mimpinya Lasmi dipeluk mesra oleh seseorang dari belakang, hal yang paling disukai olehnya. Lasmi hanya memejamkan mata sambil menikmati bahasa tubuhnya. Lasmi kemudian berbalik dan alangkah kagetnya ternyata yang memeluknya bukan suaminya tetapi Diego! Segera Lasmi melepaskan tubuh itu dan berlari. Diego berteriak memanggil namanya. "Isabella! kenapa lari Ica?" Ini aku! langkah Lasmi terhenti ketika nama Ica disebut. Diantara sadar dan mimpi Lasmi mengingat kedua nama tersebut. Ica dan Isabella. Tebakannya ternyata benar. Dalam mimpinya Ica ingin berlari. tapi alam sadarnya ingin kembali dan berbicara dengan Diego. Akhirnya Lasmi memberanikan diri kembali menemui Diego. Alangkah kagetnya ketike melewati sebuah cermin yang dilihatnya bukan dirinya, tetapi sosok Ica alias Isabella. Ditengah kebingungan terjebak dalam mimpi Lasmi terbangun saat terdengar bunyi suara pintu pagar garasi dibuka. Tubuhnya berkeringat. Lasmi berusaha memenangkan diri dari apa yang dimimpikannya. Oh suami ku pulang. Segera ku bergegas membuka pintu depan. Namun alangkah kagetnya yang datang itu ternyata bukan suamiku. Aku lebih shock lagi karena yang datang itu dua orang polisi. Kakiku mulai lemas. "Selamat malam!" ucapnya tegas. "malam" jawabku pelan sambil menyilakan kedua petugas itu untuk duduk di teras. Aku juga langsung duduk karena tidak kuat menahan tubuh. "Apakah ini rumahnya Bapak Dimas Praseyto?" tanya petugas itu berhati-hati. "Betul pak? ada apa dengan suami saya?" jawabku putus asa. "Suami ibu..." petugas itu ragu meneruskan perkataanya. "ADA APA DENGAN SUAMI SAYA PAK?" aku mulai panik dan tak kuasa aku menahan air mata. Apakah firasat burung mati itu benar-benar terjadi? "Sebaiknya ibu ikut kami saja ke kantor. Nanti akan kami jelaskan semuanya disana." tegasnya. Tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap. *** Dari balik jendela Diego memperhatikan kejadian di rumah tetangga itu. Matanya menyiratkan sebuah kemenangan. "Disini drama dimulai!" bisiknya dalam hati. (bersambung) Cerita Lanjutannya : 4. Perkawinan Darah (Bagian 4) Go Go Diego 5. Perkawinan Darah (Bagian 5) Kekasihku adalah Anak Ibuku #eh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H