Mohon tunggu...
Harries Tanu Wijaya
Harries Tanu Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

fotografi dan vidiografi

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sang Musisi Jalanan

16 Oktober 2024   08:04 Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:12 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musisi jalanan atau pengamen merupakan seseorang atau pun sekelompok orang yang memaikan alat musik atau bernyanyi di tempat umum dengan tujuan untuk menghibur orang dan mendapatkan bayaran dari nyanyiannya. Di indonesia sendiri pengamen sangatlah mudah di jumpai terlebih di kota -- kota besar. Biasanya pengamen dapat kita jumpai di lampu merah, tempat makan, dan tempat -- tempat yang ramai orang. Dari hal ini pengamen seakan menjadi pelengkap dari hiruk - pikuk kota besar di indonesia.

Dibalik senandung nyanyian dan suara musik yang di mainkan, mereka menyimpan cerita mengenai kehidupan yang keras di jalanan. Dimana perjuangan mereka untuk mendapatkan uang harus di lalui dengan perjuangan hidup di jalanan. Sebagian besar yang menjadi pengamen jalanan merupakan mereka -- mereka yang mempunyai keterbatasan ekonomi. Tua muda bahkan anak -- anak ada yang mencari uang dengan mengamen untuk bertahan hidup.

Namun walaupun begitu tak sedikit dari mereka yang mempunyai kemampuan bermusik atau bernyanyi tidak kalah dengan Musisi professional. Dengan alat musik sederhana, mereka mengubah jalanan menjadi panggung dan memberikan hiburan kepada siapa saja yang lewat.

pict by harries tanu
pict by harries tanu

Seorang pengamen yang di jumpai penulis di kota bandung sedangan bernyanyi dan memainkan alat musik, sambil berharap kepada orang -- orang yang berhenti di lampu merah untuk di kasih penghargaan dalam bentuk nominal uang. Walau di tengah terik matahari beliau tetap bernyanyi dengan suara yang khas dan di iringi suara gitar yang bagus.

Terkadang tidak semua pengamen mendapat apresiasi yang layak. Banyak di antara mereka yang mengaku sering kali dipandang rendah atau diabaikan oleh masyarakat. Tantunya ini merupakan tantangan bagi mereka bahkan banyak dari mereka yang di usir ketika sedang mengamen karena di anggap mengganggu kenyaman. Pengamen juga rentan terhadap kriminalitas, dimana banyak pengamen yang mengalami kekerasan karena mengambil tempat kerja dari pengamen lain atau melewati Batasan wilayah perjanjian antar sesama pengamen.

Secara ekonomi, pengamen tidak memiliki penghasilan tetap. Pemasukan mereka sangat bergantung pada kebaikan hati orang-orang yang mereka hibur. Pendapatan harian pengamen bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung pada lokasi, waktu, dan jumlah orang yang lalu lalang. Di hari-hari baik, pengamen dapat mengantongi cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, di hari-hari sepi, sering kali mereka pulang dengan tangan kosong.

Meski demikian, banyak pengamen yang tetap bertahan dan berharap situasi akan membaik. Beberapa organisasi masyarakat dan lembaga amal telah berupaya membantu pengamen dengan memberikan pelatihan musik, menyediakan alat musik, atau mengarahkan mereka untuk mengikuti kompetisi musik.

Upaya pemerintah daerah untuk mengelola pengamen juga terus dilakukan. Beberapa kota mulai membuka ruang khusus bagi para pengamen untuk tampil, seperti di taman-taman kota atau di acara-acara publik. Hal ini diharapkan bisa memberikan ruang bagi pengamen untuk berkarya tanpa harus berbenturan dengan aturan ketertiban umum.

Pengamen jalanan, meski sering terabaikan, adalah bagian dari wajah budaya perkotaan Indonesia. Dengan bakat, keterampilan, dan semangat mereka, para pengamen seharusnya bisa mendapatkan ruang yang lebih baik di masyarakat. Mungkin suatu hari, jalanan bukan lagi menjadi satu-satunya panggung mereka, dan talenta-talenta tersembunyi ini bisa mendapatkan apresiasi yang lebih layak di panggung-panggung besar.

Tentunya dari penulisan ini diharapkan adanya solusi terhadap mereka -- mereka yang bekerja sebagai pengamen agar mendapatkan kesejahteraan dan tidak adanya kesenjangan sosial yang berarti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun