Mohon tunggu...
Harnita Rahman
Harnita Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Senang Menulis, senang berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banjir Air Mata

12 Januari 2021   11:34 Diperbarui: 12 Januari 2021   11:37 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Banjir dan hujan. Dua hal tersebut begitu berbeda, namun keduanya hampir selalu datang bersamaan. Sayangnya, kita tentu tidak mengharapkan satu diantaranya. Kita bersuka cita saat hujan datang, lalu memohon dalam doa yang dalam saat hujan tidak ingin berhenti mengguyur bumi. Karena banjir, akan menyertainya.

Saat bercerita tentang banjir, saya pasti bercerita hujan, begitupun sebaliknya. Saat diminta menceritakan banjir, sebagian kita manusia selalu menganggap hujan  sebagai penyebabnya. Karenanya, di tema sebelumnya tentang hujan, saya menulis banyak tentang banjir.

Di Makassar,  setiap kali musim hujan datang, maka banjir juga akan menyusulnya. Walau tidak semua daerah. Beberapa wilayah tetap aman, namun ada beberapa daerah yang memang sudah menganggap banjir sebagai rutintas tahunan. Dan mau tidak mau harus membiasakan diri dengan cerita banjir ini.

Di lingkungan rumah dalam cakupan yang kecil, warga mengupayakan selokan bersih dan airnya berjalan lancar, yang punya kelebihan dana bisa meninggikan rumah, membeli perbabot tahan air, dan beberapa usaha yang sifatnya individal. Tidak ada kiat lain apalagi baru menghadapi banjir. Masalahnya langkah-langkah seperti itu tidak menjawab persoalan pencegahan banjir.

Sayangnya, pemerintah pun seolah bekerja dengan pola pikir yang serupa. Karena agak sulit, alih-alih mencegahnya, pemerintah secara hitung-hitungan ekonomis akan lebih rasional jika mereka mempersiapkan bantuan saat banjir datang.

Jujur, saya agak kesulitan menulis tentang kiat mencegah apalagi mengatasi banjir. Saya hanya berharap, tidak perlu ada cerita banjir tahun ini. Biarlah hujan tahun ini datang untuk mengguyur cerita-cerita sedih, biarlah hujan tahun ini meluruhkan duka dan kehilangan-kehilangan yang kita rasakan bersama hingga kemarin. Sesungguhnya air mata telah membanjiri kita sepanjang tahun lalu, semoga dicukupkan. Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun