Naskah Mbak Muna yang terpilih untuk mengikuti workshop SIBI tersebut mengambil tema literasi finansial, yaitu belajar menabung dari lebah. Mbak Muna mengatakan bahwa tema tersebut mungkin sangat menarik perhatian para kurator karena berbeda dari naskah-naskah lain yang masuk. Akan tetapi, ketika naskah itu dipresentasikan di hadapan para juri, masih ada beberapa tim penilai yang masih belum sepakat dan setuju bahwa tema yang diambil khususnya tentang lebah itu sudah tepat.
Naskah tersebut selanjutnya diperbaiki dan diberikan beberapa masukan agar layak untuk bisa diterbitkan. Munasyaroh sendiri merasa agak kerepotan karena memang sangat banyak syarat agar suatu buku itu layak diterbitkan oleh SIBI. Naskah tersebut diberikan waktu seminggu untuk diperbaiki dan dilengkapi. Namun karena sudah cukup lama berkecimpung di dunia kepenulisan dan buku, termasuk aktif di forum Taman Baca Masyarakat (TBM), Munasyaroh mampu menjawab tantangan tersebut. Materi yang didapat tentu sangat penting dan bermanfaat dalam penyusunan buku tersebut, seperti standar mutu, proses, dan kaidah penerbitan buku di Pusat Perbukuan Kemendikbud, pedoman perjenjangan buku, kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial dalam buku nonteks.
Kami yang mengikuti acara sharing bersama Mbak Muna, khususnya saya, merasa sangat tertarik dan antusias. Apalagi ketika Mbak Muna menceritakan pertemuannya dengan para penulis yang telah populer di dunia perbukuan nasional di mana mereka menjadi mentornya, seperti Sinta Yudisia dan Maya Lestari GF. Ada pula Pradika Bestari, Nurhadi, Yuniar Khairani, AanMansyur, Oka Rusmini, Ary Nilandari, Tasaro GK, Dian Kristiani, dan lain-lain.
Para mentor tersebut memberikan berbagai informasi, pencerahan, dan materi yang mendalam dan hal itu tentu berguna bagi penulis untuk mengembangkan kemampuannya dan menghasilkan tulisan atau naskah berkualitas. Mbak Muna menceritakan bahwa para mentor mendampingi proses selama berada di karantina tersebut dan selalu bisa ditanya atau dimintakan pendapatnya mengenai naskah yang tengah dibuat.
Ajang latihan dan memperluas jaringan
Dalam dunia kepenulisan, upaya meningkatan kemampuan semacam workshop ini memang sangat menarik dan bermanfaat. Tidak hanya penulis buku, para bloger atau mereka yang bergerak di bidang literasi membutuhkan up-grade kemampuan agar menghasilkan penulis-penulis yang mumpuni.
Satu hal yang patut dicatat adalah bahwa tulisan yang dihasilkan harus memiliki konten yang unik, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah kepenulisan sehingga siapa pun yang membaca dapat mengambil manfaat seluas-luasnya tanpa diiringi dengan kebingungan.
Jadi siapa bilang dunia literasi di negeri ini tidak membutuhkan penulis yang berkualitas? Naskah yang berkualitas dimulai dari penulis dan ekosistem perbukuan yang juga berkualitas. Inilah yang harus terus kita gerakkan dan dukung bersama. Â
Sharing pengalaman dari Mbak Muna setidaknya membuka wawasan bahwa dunia buku akan memberikan pengaruh signifikan jika digarap dengan  penuh kesungguhan. Pengembangan skill akan memberikan pengaruh yang cukup positif untuk memperbaiki kualitas kepenulisan. Bukan suatu yang mustahil jika suatu saat penulis-penulis ini mampu membuat buku-buku yang berdaya saing internasional. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H