Mohon tunggu...
Siti Suharni
Siti Suharni Mohon Tunggu... Editor lepas - Suka menulis

ibu rumah tangga yang suka baca dan film India

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mencari Pesan Positif Kompetisi Catur Dari Luigi

7 Juni 2024   20:15 Diperbarui: 9 Juni 2024   21:27 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Septi Anggraeni atau disapa Mamalui saat berbagi pengalamannya tentang Luigi pada Kompasianer Jatim Cak Kaji (Sumber gambar: Ismi)

Ketika anak kita mampu mencapai tujuannya dan memenangkan suatu pertandingan atau perlombaan, itu merupakan suatu hal yang hebat. Akan tetapi, apa yang terjadi ketika dia sudah mempersiapkan diri untuk kemenangan dan mereka tidak mampu meraihnya?

Hal-hal semacam ini memberikan kesempatan bagi kita sebagai orangtua untuk memberikan pesan yang positif mengenai sebuah kompetisi. 

Dr. Timothy Gunn, Psy.D., seorang neuropsikolog dan dokter anak dalam sebuah artikel di majalah Parents meyakini bahwa bagian dari mengembangkan kompetisi yang sehat adalah anak belajar tentang kompetitor yang paling penting, yaitu diri mereka sendiri.

Konsep berkompetisi dengan diri sendiri tersebut merupakan titik pusat dari motivasi intrinsik (dari dalam diri) seseorang dan mendukung kompetisi yang sehat. 

Lika-Liku Catur Luigi 

Hal inilah yang saya garis bawahi dari hasil sharing bersama komunitas bloger Kompasiana Jatim, Cak Kaji, pada hari Senin, 3 Juni 2024.  Sharing siang itu salah satunya diisi oleh bloger yang berdomisili di Gresik, Septi Anggraeni.

Ibu muda ini membagikan pengalamannya seputar mendampingi buah hatinya, Luigi Kautsarrazky yang berusia 8 tahun dalam menggeluti olahraga catur hingga mampu membuahkan prestasi yang membanggakan. 

Septi Anggraeni atau disapa Mamalui saat berbagi pengalamannya tentang Luigi pada Kompasianer Jatim Cak Kaji (Sumber gambar: Ismi)
Septi Anggraeni atau disapa Mamalui saat berbagi pengalamannya tentang Luigi pada Kompasianer Jatim Cak Kaji (Sumber gambar: Ismi)

Catur sebagai olahraga yang membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi ini diminati oleh Luigi tanpa paksaan, tapi mengalir begitu saja. Awalnya, Luigi justru diperkenalkan pada sepakbola oleh ayahnya yang seorang penggemar berat olahraga tersebut. 

Perkenalan dengan olahraga catur yang kerap dianggap sebagai olahraga para ahli strategi ini bermula dari liburan sekolah TK ke SD. Karena tidak berlibur ke mana-mana, ayahnya berinisiatif membeli papan catur secara online. Di luar dugaan, permainan yang sebenarnya pernah diperkenalkan ini menarik perhatian Luigi. 

Semula Septi menganggap euforia itu akan segera berlalu. Dugaannya salah. Luigi malah keranjingan main catur dan meminta ibunya menginstal aplikasi Chess di ponsel pintar. Ditambah tontonan di kanal Top Chess di YouTube, Luigi kian antusias bermain catur.

Sebagai orangtua yang berusaha mendukung minat dan bakat anak, Septi dan suami mencari tempat yang bisa menambah kemampuan Luigi dalam bermain catur. Mereka menemukan klub catur di sekitar Gresik yang bertempat di sebuah kedai kopi. 

Namun jangan salah, klub catur di kedai kopi itu digawangi oleh para suhu catur yang bukan kaleng-kaleng. Tidak hanya di Gresik, Luigi juga bergabung dengan klub di Surabaya, bahkan pernah ikut berguru pada Grand Master catur di Jakarta. 

Semenjak itulah Luigi makin menempa kepiawaiannya dalam menggerakkan bidak-bidak catur hingga mampu meraih prestasi bahkan hingga tingkat provinsi, di antaranya Juara 2 (medali perak) kategori U-8 Putra pada Junior Rapid Chess Championship 2024.

Permainan catur yang bagi sebagian orang, bahkan orang dewasa sulit dilakukan karena menuntut berpikir kritis dalam mengambil keputusan dan terampil memprediksi gerakan lawan, memberikan begitu banyak manfaat bagi Luigi. 

Berbagai prestasi diraih Luigi melalui catur. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)
Berbagai prestasi diraih Luigi melalui catur. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)

Septi bahkan mendapatkan manfaat lain yang bisa diambil oleh Luigi dalam kemampuan akademisnya. Luigi yang saat ini bersekolah di SD Muhammadiyah 1 GKB (MUGEB) Gresik dan bercita-cita menjadi seorang Youtuber serta Grand Master catur mampu memperoleh nilai sempurna (100) dalam Matematika.

Selain itu, dia mampu menulis secara runtut pengalamannya saat mudik. Hal ini tentu membuat Septi dan suami merasa cukup bangga meski itu bukanlah hal yang utama. 

Kalah atau Menang adalah Hal yang Biasa 

Meski tampak duduk tenang di tempat, sebuah turnamen catur membutuhkan konsentrasi jangka panjang dan kondisi fisik yang prima. 

Olahraga catur tidak menggunakan sistem gugur karena setiap pemain akan memainkan sejumlah babak yang ditentukan panitia, biasanya menyesuaikan jumlah peserta (bisa 5, 6, 7 bahkan 9 babak atau putaran). 

Pemenang setiap babak akan mendapatkan 1 poin, remis akan mendapatkan 0,5 poin, dan kalah 0 poin. Pemenang akhir adalah akumulasi poin paling banyak. 

Pecatur harus fokus dan memiliki fisik yang prima saat bertanding. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)
Pecatur harus fokus dan memiliki fisik yang prima saat bertanding. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)

Oleh karena itu, turnamen catur bisa dilakukan seharian atau bahkan berhari-hari sebagaimana pengalaman Luigi pada Vegan Cup Chess Competition yang diselenggarakan selama dua hari dengan 9 babak. 

Para pecatur harus berada dalam kondisi fisik dan psikologis yang baik untuk mengatasi tuntutan fisik tersebut dan tetap tajam fokusnya dalam permainan yang panjang. 

Biasanya, Septi menerapkan puasa gadget sebelum dan menjelang sebuah turnamen untuk menjaga fokus dan konsentrasi Luigi.

Sebagai seorang anak yang masih senang bermain, Luigi mengisi waktu di sela-sela turnamen dengan bermain bersama anak-anak lain, menikmati bekal yang dibawa, membeli jajanan, atau memainkan mainan non-gadget yang dibawa dari rumah. 

Dari pengalaman tersebut, manfaat utama yang diperoleh dari olahraga catur sebagaimana yang diharapkan oleh Septi terhadap buah hatinya ini adalah kemampuan untuk mengembangkan kesabaran, berpikir sebelum melangkah, terbiasa berpikir sebab akibat, kritis, dan logis karena hal-hal tersebut dibutuhkan sejak anak-anak hingga masa dewasa nanti. 

Olahraga catur melatih konsentrasi dan kesabaran. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)
Olahraga catur melatih konsentrasi dan kesabaran. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)

Selama ini Septi dan suami menanamkan nilai pada Luigi bahwa setiap kemenangan adalah rezeki dari Allah sehingga tidak perlu berlebihan menyikapinya. Jika menang, jangan sombong dan bangga berlebihan dan jika kalah itu berarti masih membutuhkan latihan lebih banyak lagi. 

Nilai-nilai inilah yang saya highlight dari Septi dan suaminya karena sesuai dengan nilai yang saya pegang, khususnya pada pola parenting yang saya terapkan pada buah hati saya. Baik menang atau kalah, merek akan tetap disayang. 

Mereka bisa belajar dari pengalaman tersebut dan selama tetap berusaha dan terus mencoba meningkatkan kemampuan, mereka akan berproses menjadi lebih baik lagi. 

Septi mengungkapkan bahwa meski ia tidak terlalu paham dengan istilah atau teknis permainan catur, tetapi ia menjadi supporter nomor satu bagi Luigi dan siap untuk mendengarkan celotehnya mengenai dunia catur.

Ia memaparkan bahwa memang banyak hal yang harus dilakukannya. Ia rela mencari tempat belajar catur ke mana-mana, mengantar atau menjalani rutinitas Luigi latihan dan turnamen atau pertandingan, bahkan hingga ke luar kota.

Mau tidak mau ia sebagai orangtua memang harus menyediakan waktu demi mendukung minat dan bakat Luigi dalam bidang catur ini. 

Dukung Minat dan Bakat Anak Demi Bekal Masa Depannya 

Siapa sih orangtua yang tidak ingin anaknya berhasil atau sukses di masa depannya nanti? Tentu saja hampir semua orangtua ingin anak-anaknya bisa menjalani langkah-langkah kecilnya penuh keceriaan dan kebahagiaan dengan menjalani apa yang diminati dan menjadi bakat alaminya. 

Demikian pula harapan Septi terhadap gandrungnya Luigi pada olahraga catur ini. "Semoga cabang olahraga catur ini membawa Luigi pada tempat seru, bertemu orang baru yang inspiratif, pengalaman indah, berbagai konteks penyelesaian masalah, dan segala suka suka dalam berjuang. 

Semoga terus menyala, Luigi. Namun tetaplah menginjak bumi. Doa mama selalu dalam hati," ujar mama Luigi menutup sharing-nya. 

Orangtua mendukung minat bakat anak demi masa depannya. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)
Orangtua mendukung minat bakat anak demi masa depannya. (Sumber Foto: Septi Anggraeni)

Dari pengalaman Septi mendampingi Luigi, buah hatinya, kita turut belajar bahwa apa pun yang menjadi minat dan bakat anak-anak kita, hal utama yang harus ditekankan adalah proses dalam menjalaninya hingga mereka menikmati proses tersebut.

Hal itu pada akhirnya membentuk semangat belajar dari dalam diri mereka, baik dalam konteks kegagalan ataupun keberhasilan. Anak-anak yang menikmati proses belajar, dalam arti seluas-luasnya, tentu akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang memiliki ketangguhan dan keuletan (resilience) menghadapi tantangan masa depannya kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun