Mohon tunggu...
Siti Suharni
Siti Suharni Mohon Tunggu... Editor lepas - Suka menulis

ibu rumah tangga yang suka baca dan film India

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Alasan Generasi Milenial dan Gen Z Harus Belajar Bahasa Jepang

29 Agustus 2023   06:46 Diperbarui: 29 Agustus 2023   17:13 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluang kerja di bidang industri sangat terbuka di Jepang. (Sumber: japantravel.id)

Kota Hamamatsu Jepang memiliki hubungan sebagai sister city dengan Kota Bandung. (Sumber: denditour.com)
Kota Hamamatsu Jepang memiliki hubungan sebagai sister city dengan Kota Bandung. (Sumber: denditour.com)

Dengan latar belakang kehidupannya yang penuh dinamika tersebut tak heran jika Edis memiliki kepedulian dengan bahasa Jepang selama hampir 12 tahun ini. Setelah memiliki jaringan kerja (network) dan kepercayaan yang didapatkannya di sana, maka ketika ia pulang dari Jepang di tahun 2015, Edis membangun PT WaGoMu Kreatif Asia. Ia bertekad menghancurkan tembok besar bernama "bahasa Jepang" yang menganggap bahasa Jepang itu susah dan mahal.

Ia membangun sebuah lembaga belajar bahasa Jepang yang dinamakan WaGoMu #JapaneseClass dengan mencoba menghancurkan dan mengubah asumsi bahwa belajar bahasa Jepang itu "mahal" dan "susah" menjadi "gampang, menyenangkan, dan terjangkau oleh siapa pun". 

Tujuan atau misinya adalah untuk menghubungkan Indonesia - Jepang melalui kreativitas dan teknologi. Jepang dengan aging population dan Indonesia dengan masalah unemployment ini seharusnya bisa jadi puzzle yang saling melengkapi sehingga masalah kedua negara ini selesai.

Jepang dan posisinya dalam peta dunia saat ini

Generasi milenial adalah mereka yang lahir sekitar tahun 1980-1995. Mereka memiliki daya kreatif dan berjiwa bebas, keingintahuan yang tinggi, percaya diri, adaptif, selalu mau belajar, dan menjadi generasi yang paling banyak membaca buku. Adapun generasi Z adalah mereka yang lahir sekitar tahun 1997-2000-an dan dinilai sebagai generasi yang mahir digital, percaya diri, ambisius, mempertanyakan otoritas, banyak berbahasa gaul, rasa ingin tahunya tinggi, dan lebih sering menghabiskan waktu sendiri.

Kesamaan dari kedua generasi ini antara lain percaya diri, keingintahuan yang tinggi, generasi yang mahir digital (no gadget no life), suka yang praktis, serbacepat (satset), dan instan tetapi mudah diserang depresi dan anxiety (kecemasan).

Faktor-faktor ini sangat paradoks karena menjadikan mereka di satu sisi memiliki jiwa rentan, tetapi juga di sisi lain memiliki daya yang cukup tinggi untuk meraih sesuatu yang mereka inginkan. Oleh karena itu, dunia kerja yang mulai banyak dilirik oleh kaum milenial dan gen Z adalah bidang-bidang kreatif dan tidak lagi peduli pada hal-hal yang bersifat formal. Skill atau keterampilan yang dirasa harus dikuasai akan dengan senang hati mereka kejar demi mencapai impian mereka.

Pada sisi inilah faktor bahasa menjadi sangat penting karena menjadi jembatan mereka mencari bekal untuk memperoleh bidang yang mereka minati. Akan tetapi, di zaman internet yang menjadikan dunia semakin mengecil, kemampuan bahasa Inggris saja sudah tidak cukup. Mereka dituntut menguasai bahasa asing lainnya yang bisa mempermudah akses mereka mencari skill di bidang yang spesifik.

Jepang memiliki hubungan kerja sama dengan Indonesia. (Sumber: kilasbandungnews.com)
Jepang memiliki hubungan kerja sama dengan Indonesia. (Sumber: kilasbandungnews.com)

Alasan Edis Jun memfokuskan diri pada bahasa Jepang agaknya telah terjawab. Kemampuan berbahasa Jepang merupakan salah satu solusi bagi mereka yang ingin berkarier di Jepang, sebuah negara yang memiliki masalah aging population di mana mereka kini membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan Indonesia memiliki masalah pengangguran dan membutuhkan tempat yang mampu menyerap tenaga kerja tersebut.

Jepang memiliki teknologi canggih dan budaya yang terbilang unik. Dua hal ini sudah jelas membuka peluang di bidang industri mesin atau otomotif dan industri pariwisata. Bagi para pelajar atau mahasiswa, Jepang juga banyak menawarkan program schoolarship (beasiswa). Peluang yang demikian besar ini tidak bisa dijembatani selain dengan kemampuan berbahasa Jepang yang andal.

Bagaimana WAGOMU menjadi gelang karet antara dua negara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun