Mohon tunggu...
Ardhisa Harmanita
Ardhisa Harmanita Mohon Tunggu... -

Youthism

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Desember Biru

6 Desember 2014   02:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:56 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Penghujung tahun itu terasa baru kemarin

Menghampiriku bersama dengan basahnya tanah yang terguyur hujan

Udara dinginnya masih dapat kurasakan

Menggelitik kulit, menusuk sukma

Mendatangimu di Bulan Desember bukan lagi kebiasaanku

Tak seperti dulu

Kini aku berjalan menuju dirimu

Wajahmu lebih memesona dari sebelumnya

Kau berdiri di depan pintu

Menyambutku dengan baju biru

Memberiku senyum yang lebih memesona dari sebelumnya

Walaupun kutau kau tak sedang bersuka

Aku bertanya apa kabarmu, kamu pun begitu

Kujawab tak begitu baik, kamu pun menjawab begitu

Aku bilang aku rindu padamu, kamu pun berkata begitu

Aku bilang aku ingin kembali, kamu pun berkata begitu

Walaupun hatiku berkata tak semudah itu, entah denganmu

Walaupun ragaku menjeritkan dirimu, tapi aku meragu

Kudengar suara lirihmu, kau pun diambang bimbang

Semakin terdengar parau, pertanda pikiranmu kacau

Kudengar ceritamu, tentang setahun yang lalu

Sejujurnya semuanya tak menarik bagiku

Tapi aku baru tau kalau kau menunggu

Bukan mencariku

Seuntai maaf kukatakan dengan bibir bergetar

Kau diam, walaupun kutau kau tak ingin mendengarnya

Bukan karena tak suka, tapi karena tak perlu

Bagaimana aku tau, senyummu yang sudah menjelaskan semuanya

Maafkan aku

Sejauh aku pergi kau masih begini

Aku kira kau akan menjauh

Ternyata kau menunggu

Getaran itu terdengar berdesis di dalam sini

Yang sebelumnya diam tak bergeming

Ingin aku memelukmu seperti dulu

Atau kugamit bibir tipismu

Rintik hujan mulai turun, membasahi jalanan dan pepohonan

Namun kita masih terdiam tak saling berucap

Kugenggam tanganmu yang dingin, rasanya masih sama

Menghangatkan ragaku, entah bagaimana denganmu

Aku tau kau merindukanku, aku tau kau pun ingin memelukku

Aku tau kau masih mencintaiku, dengan buruk rupanya sifatku

Aku tau kau ingin bersamaku, karena aku pun begitu

Aku tau, aku dengar suara yang membisikkan namamu, selalu, namun kubiarkan berlalu

Tapi aku pun tau dirimu dan diriku tak lagi mampu bersatu

Entah bagaimana denganmu, aku hanya ingin perbaiki sifatku

Agar mampu menuntunmu, bukan lagi menuntutmu

Agar mampu mencintaimu lebih dari yang kau tau

Aku berharap terlalu jauh, entah bagaimana denganmu

Walaupun kamu berkata bisa saja menungguku

Entahlah, aku harap aku tak pernah menyakitimu seperti dulu

Aku harap kamu juga begitu padaku dulu

Terima kasih karena melegakan dahaga hatiku

Terima kasih karena menungguku

Terima kasih untuk sebuah perjalanan waktu

Waktu yang akan selalu kuingat dalam kalbu

Maafkan aku tak bisa lebih dari yang kamu mau

Entah apa yang akan terjadi esok hari

Semoga kamu tak lagi sakit hati

Semoga kamu pun sudi berdoa untukku malam nanti

Entah apa dirimu dan diriku akan kembali mencintai

Aku harap kau tak lupa untuk jadi dirimu sendiri

Entah apa dirimu dan diriku akan kembali mencintai

Aku harap kau tak lupa untuk membangun cinta dengan peduli

Jakarta, 5 Desember 2014 (Repost Poem from 19-3-14)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun