Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter (dengan spasi) ditulis dengan program Words. Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih. Menyertakan data diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon / HP dan foto diri), nama Bank dan nomor rekening. Â Alamat e-mail opini@kompas.co.id
Ketatkah Kriteria Rubrik Kompas itu?
Bagaimana? Apakah kriteria artikel yang diterima Kompas itu menurut anda terlalu berat? Menurut saya, dibilang berat ya memang berat, dibilang wajar ya wajar. Memang tulisan itu harusnya memang seperti itu, dan bisa memenuhi kriteria di atas. Tapi apakah dengan memenuhi kriteria itu, berarti tulisan kita lalu bisa dimuat? Jawabnya? Ya tergantung. Tergantung, kalau tulisan kita itu lebih unggul dari tulisan-tulisan lainnya. Sebab jangan lupa, tiap harinya redaksi pasti menerima artikel dalam julam puluhan hingga ratusan artikel perharinya. Katakanlah tulisan anda sudah bagus, tepat waktu dan menarik. Tetapi kemudian ada pula tulisan lain yang tidak kalah menariknya, dan ditulis oleh seorang "pesohor" atau seorang ahli bertitel professor maka secara logika redaksi bisa dipastikan akan memilih tulisan dari para ahli itu.
Yang ingin saya sampaikan adalah, redaksi juga ingin melihat agar harian mereka memang juga penuh dengan orang-orang ahli, pesohor, selebriti dll yang punya "nilai jual" dan bisa memberikan mereka tambahan prestis.Logika seperti itu bisa diterima, meski dan tentu saja tidak sepenuhnya benar. Ada baiknya, agar dalam riwayat singkat anda cantumkan hal yang spesifik yang berhubungan dengan yang anda tuliskan. Misalnya kalau tulisan itu tentang lingkungan hidup, dan kebetulan anda juga aktifis lingkungan hidup. Maka informasi seperti itu akan jadi nilai tambah bagi anda. Bisa juga, kalau anda sedang mengambil S2 atau S3 cantumkan juga agar bisa menambah bobot tulisan anda.
Halaman 4 Kompas yang memuat Tajuk Rencana dan Opini yang sekarang menjadi Halaman 6, sering dianggap sebagai "Candra dimuka"-nya Kompas. Tempat dimana para pemikir dan praktisi saling beradu argumentasi terkait sesuatu yang tengah jadi bahan perbincangan di tengah masyarakat. Kalau tulisan anda menarik, lugas, cerdas, mengigit  dan pas, tentu mereka tidak akan melihat "latar belakang anda". Tapi kalau isinya hanya sesuai dengan teori kepenulisan biasa, maka dapat dipastikan mereka akan melihat "siapa sebenarnya" anda, dan juga membandingkannya dengan tulisan para pakar yang lain.
Kalau anda sudah sering mengirimkan tulisan ke harian Kompas, tetapi mereka belum juga bisa memuat tulisan anda; ada kalanya mereka juga akan mengirimkan  beberapa pointer yang perlu anda perhatikan secara lebih teliti. Berikut adalah  beberapa  penyebab sebuah artikel Anda ditolak oleh Desk Opini Kompas, yaitu: Topik atau tema kurang actual ; Argumen dan pandangan bukan hal baru; Cara penyajian berkepanjangan; Cakupan terlalu mikro atau lokal; Pengungkapan dan redaksional kurang mendukung; Konteks kurang jelas ; Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang popular; Uraian Terlalu sumir ; Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah; Sumber kutipan kurang jelas; Terlalu banyak kutipan; Diskusi kurang berimbang; Alur uraian tidak runut; Uraian tidak membuka pencerahan baru; Uraian ditujukan kepada orang; Uraian terlalu datar ; dan Alinea pengetikan panjang-panjang.
Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan, menulis di harian Kompas (Surabaya Post, Sinar Harapan) saat ini honornya tidaklah sebesar tahun tahun 70 an. Saya masih ingat ( karena aku termasuk penulis pencari honor) waktu itu, untuk artikel kelas Opini mereka memberikan honor mulai dari Rp22500 sampai dengan Rp35000. Sedangkan harian lokal seperti Kedaulatan Rakyat ( Yogya), Pikiran Rakyat ( Bandung), Suara Merdeka( Semarang), Waspada (Medan) Â antara rp15000 sampai dengan rp 2000. Harga beras kualitas sedang waktu itu baru Rp 30 per Kgnya. Jadi satu tulisan honornya setara antara 750kg sampai 1 ton kg beras atau dengan harga sekarang setara dengan nilai Rp 750000 sampai rp1500000. Sebagai mahasiswa waktu itu, kita hanya butuh satu artikel Utama ( Kompas, Surabaya Post, Sinar Harapan) dan 3 sampai 4 tulisan di Koran lokal. Sekarang? Kompas paling paling hanya menghargai antara Rp300000 sampai dengan 750000 rupiah. Suatu jumlah yang sangat berbeda dengan jaman tahun tahun 70an.
Berbagai arikel yang kita kenal itu ya nggak berbeda beda amat. Misalnya seperti Karangan militer, essai dan artikel sesungguhnya ya menurut saya tidak jauh berbeda. Yang membuat berbeda itu ya segmen dan cara menuliskannya. Dalam hal karangan militer misalnya, cara penulisannya atau formatnya sudah ditentukan secara runtut dan jelas. Tetapi dalam hal Essai meski sudah ada formatnya, tetapi biasanya bentuknya masih bisa menyesuaikan artinya tidak sekaku dalam hal membuat Karangan Militer. Demikian juga dengan artikel bentuknya malah sudah disesuaikan dengan selera pembaca. Bentuknya bisa seperti pyramid, bisa pyramid normal tetapi bisa juga pyramid terbalik. Kalau mau lanjut silahkan dibaca pada Bukunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H