Mohon tunggu...
Harly Yudha Priyono
Harly Yudha Priyono Mohon Tunggu... Sejarawan - Historian

Mahasiswa Magister Sejarah dan Peradaban Islam. Fokus pada bidang kajian Tasawuf Progresif, Sejarah Islam, dan Pemikiran Islam. Juga merespon hal-hal terkait Politik, Hukum, Ekonomi, dan Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Entitas Kepemimpinan Rasulullah SAW dan Penciptaan Alam Semesta

26 Desember 2022   09:08 Diperbarui: 26 Desember 2022   09:14 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kontinuitas risalah yang tidak terputus hingga memasuki babakan dakwah Rasulullah saw., sesungguhnya merupakan pertalian antara satu Nabi dengan Nabi yang lain hingga Khatamul Anbiya'. Kontinuitas dan pertalian hingga sampai pada masa umat terakhir merupakan bentuk penjagaan dan perseimbangan alam semesta untuk selalu berdzikir pada Allah swt. dan bershalawat kepada Rasulullah saw.. 

Entitas kepemimpinan Rasulullah saw. yang bergelora pada dakwah para Nabi sebelumnya merupakan gaung kepemimpinan yang menghubungkan serta mempertautkan dimensi dunia dan akhirat. Bahwa risalah yang datang kepada umat manusia dengan diutus dan silih berganti para Nabi adalah risalah yang di dalamnya mewujud dakwah akhir dari Rasulullah saw.. Sebagai Nabi penutup, Rasulullah saw. membuka syariat yang bersumber dari Allah swt.. dan menutup syariat lama juga atas perintah-Nya. Sehingga secara penciptaan Nur, Rasulullah saw. adalah pemimpin dari seluruh cahaya yang Allah swt perintahkan juga sebagai penutup secara jasadi untuk memimpin seluruh umat manusia agar kembali pada tuntunan dan cahaya Allah swt.

Maka makna entitas kepemimpinan Rasulullah saw. adalah suatu legasi ilahiyah yang mengharmonisasikan detak kehidupan mulai dari penciptaan alam semesta hingga berakhir kehidupan dunia. Rentang panjang alam semesta yang menunggu datangnya akhir kehidupan dituntun dengan cahaya Muhammad Rasulullah yang menuju pada seluruh umat manusia agar seluruhnya dapat merasakan dan menjangkau cahaya ilahiyah di akhir kehidupannya, di alam pertanyaan hingga penempatan dalam kekekalan. [HYP]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun