Rasulullah saw. diutus oleh Allah swt, sebagai penyampai risalah agung. Pesan ilahiyah yang diberikan kepada beliau merupakan seperangkat aturan untuk memanusiakan akal manusia dan menjadikan manusia hidup dalam nafas ruhullah. Aturan tersebut mengkoneksikan hamba dengan Allah swt. sang pembuat aturan. Sistem hidup yang bersumber dari Allah swt hadir untuk menjadikan hamba-hambanya memiliki pancaran nur Ilahiyah.
Rasulullah saw. sebagai nur (cahaya) awal yang diciptakan oleh Allah swt., juga menerima mandat agar cahaya Allah swt juga memancar pada segenap umatnya. Untuk itulah wahyu Allah berfungsi untuk mengangkat potensi nurullah yang ada pada setiap diri umat Rasulullah saw..Â
Secara alamiah, manusia hanya akan mengikuti alam thabi'i (jasmani) dalam merealisasikan kebutuhan dasarnya. Tetapi, apabila tidak ada kontrol yang membatasi manusia dalam merealisasikan kebutuhannya tersebut, maka tidak ada batasan yang dapat menjadikannya sebagai manusia. Rasulullah saw. hadir dengan mandat kenabian dari Allah swt., agar manusia mendapatkan legalitas kemanusiaan yang sempurna.
Manusia yang utuh dalam pandangan Allah swt. adalah manusia yang memahami dasar dan tujuan penciptaannya. Ketika manusia memahami bahwa hakikat dari penciptaan dirinya adalah illa liya'budun (hanya untuk beribadah kepada Allah swt.), maka ia telah mendapatkan jati diri sebagai hamba Allah swt.. Tugas dari Rasulullah saw. adalah mengarahkan umat manusia agar sampai pada jati diri yang sebenarnya yakni tunduk dan patuh pada segala perintah Allah swt.
Ketika manusia memahami dan melaksanakan segala yang dituntunkan oleh Rasulullah saw., seketika itu manusia merasakan pancaran Nur Nabiyullah Muhammad saw. yang akan mengkoneksikannya untuk dekat dengan Allah swt. Pertalian cahaya Rasulullah saw. dengan umatnya merupakan hubungan yang sudah terjadi di alam ruh, yang membuktikan bahwa Rasulullah saw. adalah pusat dari segala ruh yang dicipta oleh Allah swt. untuk memimpin seluruh ruh baik di alam dunia maupun akhirat.
Bukti kepemimpinan Rasulullah saw. adalah beliau cahaya pertama yang dipancarkan oleh Allah swt. melalui cahayanya yang Maha Agung. Dalam kitab at-Thawasin, Imam Husain ibn Mansur al-Hallaj menyatakan bahwa secara penunjukan, Rasulullah Muhammad saw, merupakan Nabi akhir yang diutus oleh Allah swt. Beliau saw, telah didahului oleh banyak Nabi sebelumnya. Namun, di alam Alastu Rasulullah saw. adalah Nur pertama yang hadir melalui pancaran cahaya Allah swt, dan beribadah kepada Allah selama satu juta tahun lamanya.Â
Imam al-Tustari yang merupakan guru al-Hallaj ketika menafsirkan surah al-A'raf ayat 172 beliau menjelaskan bahwa sebelum Allah swt. menciptakan alam semesta dan manusia. Mula-mula penciptaan dimulai dengan proses memunculkan cahaya dari segala cahaya (azh-hara), lalu ketika cahaya tersebut mendekati tirai keagungan Ilahhiah ('azhamah), cahaya yang sampai pada 'azhamah pun sujud dihadapan Allah swt.. Cahaya yang sujud dihadapan Allah swt itulah Nur Muhammad yang beribadah kepada Allah swt selama satu juta tahun dengan penuh keimanan dan penyaksian kepada Allah swt..
Peribadatan Nur (cahaya) Rasulullah saw. di alam ruh itulah yang menyebabkan Allah swt. menjadikannya sebagai Khatamul Anbiya' (penutup para Nabi) yang paling dekat dengan Allah swt.. Tidak hanya pemberian istilah semata yang Allah swt. sematkan kepada Nabiyullah saw., tetapi juga  alam semesta yang Allah swt. ciptakan sebagai bentuk kecintaannya kepada Nur pertama yang beribadah kepada Allah swt. semasa di alam ruh dan di alam dunia.
Penciptaan Alam semesta atas dasar Nur Muhammad juga menjadi jawaban untuk para malaikat. Ketika mereka bertanya pada Allah swt. mengapa hendak menciptakan manusia yang akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah dimuka bumi. Lalu Allah swt. menjawabnya, bahwa sungguh Allah swt. mengetahui apa yang para malaikat tidak ketahui. Imam al-Tustari juga menjelaskan bahwa Nabi Adam as. tercipta dari Nur Nabi Muhammad saw., dan Nabi Muhammad saw. secara jasad merupakan keturunan Nabi Adam as..
Esensi dari penciptaan alam semesta adalah pengelolaan yang dilakukan oleh khalifah (penduduk bumi). Nabi Adam as. merupakan material jasad pertama yang mendapatkan tiupan Nur Rasulullah saw., bertugas mempertahankan ketauhidan pada anak cucunya, sekaligus menjalani masa penghukuman dan pertobatan atas ingkar yang telah dilakukannya. Namun, esensi asasi dari diturunkannya Nabi Adam as di muka bumi adalah sebagai penyebar risalah tauhid untuk para khalifah selanjutnya.